Surti: Biarkan Aku Bicara Puasa, Piala Dunia, dan Pilpres
Syarifudin Yunus Surti memang bukan perempuan metropolis. Hidup di kota, tapi tak tertarik dengan ingar-bingar kota. Politik ogah. Gaya hidup yang wow mboten gelem. Apalagi soal Pilpres 2014. Sama sekali, Surti bergeming. Tidak peduli....

tertarik dengan ingar-bingar kota. Politik ogah. Gaya hidup yang wow mboten
gelem. Apalagi soal Pilpres 2014. Sama sekali, Surti bergeming. Tidak
peduli. Atau ia apatis. Sebagai istri, Surti hanya perempuan biasa. Tak suka
nonton TV. Apalagi baca koran. Baginya, media isinya hanya kebohongan.
Tono, suaminya, lembut.
bergantung pada si Capres. Tapi pada Tuhan” jawab Surti lantang.
Tapi menyentak pikirannya.
tahu mau ke mana bangsa ini mereka bawa?” tanya Tono lagi.
cuma debat Capres. Bikin pusing. Apa yang Capres omongin di TV itu nyatanya gak
sama dengan di pasar. Harga bumbu dapur, bawang, cabe dan kebutuhan pokok
lainnya tetap saja naik. Puasa juga belum, semuanya sudah pada naik. Untuk apa
debat Capres? Memang mereka itu bisa mengubah Indonesia dengan omongannya,
dengan retorika di depan banyak orang. Aku tidak tertarik Mas” jelas Surti
membara.
bergelut dengan hidup sehari-hari. Memasak. Berbenah rumah. Mengantar anak ke
sekolah. Sama sekali tidak peduli pada ingar-bingar politik yang ngotot pada
kepentingan kelompok semata.
Pilpres tahun ini. Apa yang salah dari negeri yang katanya kaya ini? Mengapa
perempuan seperti Surti tidak antusias menyambut pemilihan presiden di negeri
ini.
kita mengenal visi si Capres nantinya akan memberi harapan kepada kita sebagai
rakyatnya? Biar kita bisa tentukan pilihan yang tepat?” bujuk Tono pelan.
negeri ini. Termasuk para Capres itu. Kebanyakan omong. Lagi kampanye, sok
bercengkrama dengan petani, buruh, pedagang pasar dan orang-orang kecil lainnya
dengan wajah riang gembira. Itu semua semu. Tidak nyata. Mereka gak tahu betapa
sulitnya petani kita mempertahankan lahannya dengan pendapatan yang
diperolehnya. Mereka sudah hidup miskin. Mana tanggung jawab pemimpin negeri
ini?” keluh Surti berapi-api.
mana ekonomi bangsa ini akan dibawa? Mereka kan ingin membangun ekonomi
kerakyatan kita” bela Tono lagi.
bangsa ini sejak merdeka, Mas. Tapi apa nyatanya? Wujud ekonomi kerakyatan
sampai sekarang masih kayak hantu. Hidup di tempat gelap dan menyeramkan.
Rakyat malah dipaksa hidup sederhana, mengencangkan ikat pinggang. Ekonomi
kerakyatan sama dengan bikin rakyat prihatin” papar Surti tegas.
apa-apa pada rakyatnya?” sergah Tono.
biar gak khawatir. Itu semua retorika. Justru selama ini rakyat berusaha
sendiri agar tetap dapat hidup. Tanpa campur tangan pemerintah. Lagaknya aja
kalau ngomong pake analisa begini-begitu. Kayak malaikat aja. Mbuhlah Mas!” Surti kesal.
Lagi, Tono memahami persaaan istrinya. Ia ingin menyudahi obrolan tentang
Pilpres. Sambil sejenak menyeruput kopi hitamnya. Tentu juga sebatang rokok.
Santai. Masih berdua Surti.
ada Piala Dunia. Sekaligus Pilpres juga tanggal 9 Juli nanti” tuturnya.
“Iya Mas. Gak terasa suah mau puasa aja. Tahun ini agak rame. Ada puasa. Ada
Piala Dunia. Sekalian Pilpres. Seharusnya kita dan bangsa ini bisa belajar dan
mengambil hikmahnya” ujar Surti.
Piala Dunia. Sekalian Pilpres.
tanya Tono.
hikmahnya. Puasa itu bulan untuk kita ‘menahan diri’. Dengan puasa kita harus
mampu mengendalikan hawa nafsu, di samping belajar prihatin seperti mereka yang
hidup susah. Di bulan puasa, si Capres dan pendukungnya juga harus bisa menahan
diri. Tidak seperti sekarang. Saling bikin kampanye
hitam. Saling menjelekkan dan fitnah. Bahkan menyinggung SARA” tegas Surti.
juga ada hikmahnya. Kita harus menjunjung tinggi sportivitas selayaknya para
pesepak bola dari 32 negara yang berebut supremasi di Brasil. Mereka
berkompetisi secara sehat dan tetap saling tepo seliro.
Ya, mampu menahan diri dari perilaku tidak baik. Menjauh dari segala larangan.
Itulah hikmahnya” jelas Surti lagi.
apa pun peristiwa yang terjadi. Tentang Puasa. Tentang Piala Dunia. Dan tentang
Pilpres.
Puasa, Piala Dunia dan Pilpres bagi kita Bu?”
saja Mas. Puasa itu syahrul ibadah. Bulan kita menahan diri. Dilarang
berlebihan, namun secukupnya saja. Termasuk di saat kita buka puasa atau makan
sahur. Jadi, sepatutnya semangat Puasa dan Piala Dunia dapat merasuk ke dalam
Pilpres sebagai pesta demokrasi.
sportivitas seperti di Piala Dunia, di samping mampu menahan diri dari perilaku
negatif. Serta harus amanah jika sudah terpilih. Dari bulan Puasa dan Piala
Dunia, bangsa ini bisa belajar cara “melahirkan”
pemimpin bangsa yang benar-benar
bersih, jujur dan amanah karena mereka terpilih dalam suasana religius dan
sportif.”
Ia bangkit dan dengan bangga mencium kening Surti. Dalam hatinya, Tono berdoa,
“Ya Allah, lindungi istriku. Biarkan ia bicara tentang Puasa, Piala Dunia, dan
Pilpres seperti ini lagi. Amin….”
Tono dan Surti bergegas ke kamar. Sambil mematikan lampu ruang tengah rumah.