Sudarsih Mengubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomis

Zainal Asikin | Teraslampung.com TERASLAMPUNG.COM--Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang sulit terurai dan paling banyak dihasilkan oleh masyarakat. Ia menjadi sumber masalah lingkungan yang serius. Jika tidak ditangani dan dikelola d...

Sudarsih Mengubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomis
Sudarsih menunjukan hasil kerajinan tas dari sampah plastik dan souvenir tempat untuk menaruh barang dari bahan tumbuhan rawa eceng gondok yang dibuatnya.

Zainal Asikin | Teraslampung.com

TERASLAMPUNG.COM--Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang sulit terurai dan paling banyak dihasilkan oleh masyarakat. Ia menjadi sumber masalah lingkungan yang serius. Jika tidak ditangani dan dikelola dengan baik, sampah plastik dapat mencemari lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan manusia.

Sampah plastik sebenarnya bisa menjadi sumber penghasilan yang berharga jika dikelola dengan tepat. Seperti yang dilakukan oleh Sudarsih, seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro memanfaatkan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan bernilai ekonomis.

Selain sebagai petani, ibu dua anak itu kini juga berperan sebagai pengelola Bank Sampah Unit (BSU) PKK ‘Berhias’ di tempat tinggalnya Kelurahan Rejomulyo. Sudarsih memanfaatkan sampah plastik yang disetorkan warga dijadikan kerajinan tas. Meskipun kerajinan tas yang dibuat dari plastik kresek bekas, hasilnya cukup kreatif dan ciamik.

“Saat mengelola bank sampah ’Berhias’ ini, saya berpikir bagaimana memanfaatkan sampah plastik dijadikan kerajinan bernilai ekonomis. Baru satu bulan ini saya coba buat kerajinan tas dari sampah kantong plastik kresek, sudah ada 15 tas berbagai ukuran yang sudah dibuat,” kata Sudarsih kepada teraslampung.com sembari menunjukan dua buah tas yang dibuatnya dari sampah plastik dan eceng gondok.

Kerajinan tas dari sampah plastik hasil kerajinan Sudarsih, pengelola Bank Sampah Unit (BSU) PKK ‘Berhias’ Kelurahan Rejomulyo, Kota Metro.

Untuk membuat kerajinan tas dari sampah plastik, Sudarsih terlebih dahulu mencuci dan menjemur sampah plastik tersebut. Setelah kering, sampah plastik kemudian dipotong-potong kecil dan dibentuk menjadi tas.

Sudarsih mengatakan, untuk membuat kerajinan tas dari sampah kantong plastik, ia terlebih dahulu mencuci bersih sampah plastik tersebut. Setelah itu, sampah plastik dikeringkan dan dipotong-potong kecil, lalu diletakkan diatas plastik ukuran besar dan direkatkan menggunakan setrika baru kemudian dijahit dan dibentuk menjadi tas.

“Untuk membuat satu buah tas, membutuhkan waktu sekitar satu jam. Harga jual tasnya bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp25 ribu,”ujarnya.

Selain tas, Sudarsih juga membuat ecobrik. Ecobrik adalah kerajinan yang terbuat dari sampah plastik yang dipotong-potong kecil dan dipadatkan lalu dimasukkan kedalam botol bekas air mineral. Sampah plastik yang digunakan untuk ecobrik, sampah plastik jenis kemasan (sachet) seperti shampo, deterjen, pewangi, permen dan lainnya.

Ecobrik, adalah sampah plastik rumah tangga yang dipotong-potong kecil dan dipadatkan lalu dimasukkan kedalam botol bekas air mineral untuk dijadikan kerajinan meja dan kursi.
Ecobrik, adalah sampah plastik rumah tangga yang dipotong-potong kecil dan dipadatkan lalu dimasukkan kedalam botol bekas air mineral untuk dijadikan kerajinan meja dan kursi.

“Untuk satu botol ecobrik, membutuhkan 500 gram sampah plastik. Ecobrik ini, nantinya saya jual lagi ke pengepulnya untuk dibuat kerajinan seperti meja dan kursi,”kata dia.

Untuk dijadikan ecobrik, kata Sudarsih, sampah plastik terlebih dulu dicuci, lalu dijemur dan di gunting kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol plastik bekas air mineral. Dalam satu botol plastik, isi sampah plastik yang sudah dipotong kecil-kecil ini beratnya 500 gram.

“Satu botol ecobrik, saya beli dari warga Rp 1.500 dan saya jual lagi ke Pak Mul pengelola Bank Sampah Unit (BSU) Hatim Berseri seharga Rp.2000. Satu bulan, ada 100 botol ecobrik yang saya setorkan. Itu ada yang dibayar langsung dan juga tidak. Supaya warga tetap terus semangat berbuat, saya yang menutupi dananya,”ungkapnya.

Dikatakannya, sampah plastik rumah tangga menghasilkan 0,6 gram untuk satu orang. Jika dalam satu rumah ada lima orang, maka dalam sehari ada 3 kilogram sampah plastik dan satu bulan bisa mencapai 90 kilogram. “Ternyata, banyak sekali sampah plastik yang dihasilkan dalam satu rumah,”ujarnya.

Sudarsih berharap, usahanya dalam memanfaatkan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan, kiranya dapat menginspirasi masyarakat lainnya untuk ikut peduli terhadap lingkungan.

“Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan sampah plastic, karena sampah plastik bisa menjadi sumber daya yang berharga atau nilai ekonomi jika dikelola dengan tepat,”kata dia.

Tidak hanya itu saja, lanjut Sudarsih, sejak tahun 2019 hingga sekarang ini, Ia bersama warga membuat kerajinan berbagai jenis souvenir dan lainnya. Bahan baku untuk membuat kerajinan itu, dari tumbuhan liar yakni eceng gondok yang tumbuh di rawa-rawa.

Menurutnya, sudah ada 1.000 kerajinan aneka jenis souvenir yang dibuat bersama warga dari bahan eceng gondok tersebut. Saat membuat kerajinan itu, ada yang dilakukan bersama-sama dan ada juga yang sendiri dirumah membuatnya.

“Dari 1.000 kerajinan yang sudah dibuat, sudah terjual semua dan hanya tersisa 3 buah saja yang belum terjual. Pemasarannya, baru sekitar Provinsi Lampung ini saja. Dijualnya pun bervariatif, mulai dari harga Rp15 ribu, Rp25 ribu, Rp70 ribu dan Rp180 ribu,”jelasnya.

Sebelum dibuat kerajinan, lanjutnya, eceng gondok terlebih dulu dijemur dibawah teriknya matahari selama dua hari agar kondisinya benar-benar kering. Kalau di ovent banyak yang patah dan tidak bisa dipakai lagi, maka dijemur dibawah terik matahari. Setelah itu, barulah dipilah lalu dianyam dan proses akhir di vernis.

“Ada lima orang buat kerajinan dari eceng gondok ini, satu hari bisa jadi 10 kerajinan souvenir. Untuk pemasarannya, ada yang dijual secara langsung melalui event-event pameran dan melalui media sosial (medsos) seperti Facebook dan Instagram,” katanya.