Presiden Jokowi dan Perempuan
Sunardian Wirodono Yang sering tak kita duga dari Jokowi, ialah seolah presiden ini berada di luar jangkauan pikiran kita. Bahasa medsosnya, bukan di luar mainstrem, tapi seperti kata Ratna Sarumpaet, “presiden ini ngerti nggak sih pekerjaann...

Sunardian Wirodono
Yang sering tak kita duga dari Jokowi, ialah seolah presiden ini berada di luar jangkauan pikiran kita. Bahasa medsosnya, bukan di luar mainstrem, tapi seperti kata Ratna Sarumpaet, “presiden ini ngerti nggak sih pekerjaannya,…”
Dan kita selalu cenderung lebih mengerti, apapun, dibanding presiden. Celakanya, konstitusi sudah mengesahkan Jokowi adalah presiden untuk 2014-2019. Artinya, niatan untuk menurunkannya di tengah jalan, seperti yang juga diam-diam didengungkan Effendi Simbolon dari PDIP sendiri, mohon bersabar. Kecuali bisa mendatangkan 500.000 massa serentak ke Jakarta, nggak usah 1 juta deh. Kalau cuma dibawah 500 orang, mendingan berdoa dan belajar lagi.
Dalam soal pemilihan pansel pimpinan KPK, sampai ke Jusuf Kalla pun mengatakan perlu tokoh yang kredibel dan independen. Untung kali ini beliaunya tidak menyebut nama, meski nama Romli Atmasasmita dan Margarito Kamis dimunculkan lewat jalan lain.
Tapi, Jokowi kini makin berani. Ia pilih 9 nama yang di luar dugaan. Semuanya perempuan (meski tak ada nama Ratna Sarumpaet di sana). Dan itu menyingkirkan nama-nama yang beredar sebelumnya seperti: Oegroseno, Tumpak Hatorangan, Saldi Isra, Zainal Arifin Husein, Erry Riyana, Refli Harun, dan Jimly Assidiqie (disampung Rommy dan Margarito).
Kita tahu, di zaman Jokowi jumlah perempuan dalam kabinet terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Retno Marsudi dan Sussy Pudjiastuti, adalah nama cemerlang pilihan Jokowi.
Akankah; Destri Damayanti, ahli ekonomi keuangan dan moneter (Ketua merangkap anggota); Enny Nurbaningsih, pakar hukum tata negara (Wakil Ketua merangkap anggota); Harkristuti Harkrinsowo, pakar pidana hukum dan HAM; Betty Alisjahbana, ahli IT dan manajemen; Yenti Garnasih, ahli hukum pidana, ekonomi dan pencucian; Supra Wimbarti, ahli psikologi SDM dan pendidikan; Natalia Subagyo, ahli tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi; Diani Sadiawati, ahlli hukum dan perundang-undangan; Meuthia Ganie Rochman, ahli sosiologi, mampu memberikan nama-nama yang sesuai harapan rakyat, dengan ‘naluri keperempuanan’ mereka?
Akan sangat tergantung pada DPR dalam fit and proper test mereka. Karena munculnya Abraham Samad dulu sebagai ketua (dengan menyingkirkan BW sebagai kandidat utama dengan nilai terbaik), adalah juga ulah DPR untuk bisa menggunting dalam lipatan.
Tapi, cara berpikir kita memang sedang dikocok-kocok oleh Jokowi. Kita tunggu komentar Habieb Rizieq, apakah ia tetap akan bekoar-koar melengserkan presiden, dan membuat koalisi dengan Effendi Simbolon, Ki Gendeng Pamungkas, Ratna Sarumpaet, atau nama-nama lainnya yang pengen segera ganti presiden. Kalau perlu, 6 bulan sekali ganti presiden, biar asyoi.