Covid-19 Versus ‘Herd Immunity’ dan Vaksin

Andi Desfiandi Saat ini sudah lebih dari 1.9 juta di seluruh dunia yang positif tertular virus corona atau Covid-19. Menurut WHO hingga Selasa (14/4/2020) setidaknya ada 126.000 orang meninggal karena Covid-19. Mungkin angka sebenarnya lebih dari tig...

Covid-19 Versus ‘Herd Immunity’ dan Vaksin
Andi Desfiandi. Foto: Istimewa

Andi Desfiandi

Saat ini sudah lebih dari 1.9 juta di seluruh dunia yang positif tertular virus corona atau Covid-19. Menurut WHO hingga Selasa (14/4/2020) setidaknya ada 126.000 orang meninggal karena Covid-19. Mungkin angka sebenarnya lebih dari tiga kali lipat karena tidak ketahuan. Artinya sekitar 6 juta yang tertular.

Tiongkok yang sebelumnya dianggap sangat sukses menghentikan penyebaran Covid-19 kembali melaporkan ada 100 kasus baru di sana.

Pertanyaannya kenapa hal itu bisa terjadi padahal kota-kota di sana sudah kembali membuka isolasinya ? Jawabannya mungkin penyebabnya karena dibukanya kembali isolasi kota/negaranya di tengah pandemi di belahan dunia lainnya masih menyebar sangat cepat dan virus tersebut kembali masuk ke Tiongkok.

Kota atau negara yang mampu mengatasi penyebaran virus tersebut disinyalir karena mereka disiplin melakukan isolasi dan masyarakatnya juga disiplin mentaati protokol yang sudah ditetapkan.

Tanpa isolasi secara disiplin diseluruh dunia sepertinya akan hampir mustahil virus tsb dihentikan, sampai herd immunity tercapai di seluruh dunia (di seluruh dunia bukan hanya 1 negara atau kawasan).

Pertanyaannya kalau dunia hanya mengandalkan kepada herd immunity maka sesuai dengan teori Herd Immunity Threshold (HIT) covid-19 adalah 29-75%. Artinya, minimal 29% penduduk dunia harus terinfeksi dulu atau sekitar 2.2 miliar penduduk dunia yang terinfeksi, dan kalau 3% saja tingkat kematiannya maka akan ada setidaknya 66 juta yang meninggal.

Apabila hal tersebut terjadi maka kematian akibat Covid-19 akan melebihi korban “flu spanyol” yang terjadi 100 tahun yang lalu.

Kemudian apa yang harus dilakukan dunia menghadapi skenario terburuk tersebut? Vaksin adalah satu-satunya cara tercepat dan termurah untuk menghentikan penyebaran covid-19, semakin cepat vaksin tersebut ditemukan maka makin cepat peradaban dunia pulih walaupun mungkin dengan tatanan baru.

Hal kedua yang harus dilakukan oleh dunia adalah bersatu tanpa reserve atau tanpa syarat untuk menyetop penyebarannya dengan melupakan segala perbedaan dan kepentingan. Masing-masing negara harus diisolasi/dikarantina dan negara yang kuat membantu yang lemah dan begitu juga sebaliknya hingga vaksin bisa ditemukan atau kemudian virus tsb hilang dengan sendirinya karena sudah tidak menemukan inangnya. Walaupun sepertinya sangat kecil kemungkinannya karena konon virus tersebut sangat cepat dan mudah bermutasi.

Bagaimana dengan negara dan daerah di Indonesia ? Hal yang sama juga perlu dilakukan. Seluruh elemen masyarakat mulai dari pemerintah pusat, daerah, swasta, tokoh, ulama, hingga masyarakat terbawah bersatu dan fokus melawan covid-19.
Hilangkan seluruh perbedaan dan kepentingan dan semua bersatu padu melawan penyebaran covid-19 di bumi pertiwi.

Pemerintah pusat membantu pemerintah daerah dan masyarakat, daerah yang kaya membantu daerah yang miskin, tenaga medis dan relawan membantu pasien, masyarakat kaya membantu masyarakat miskin, ilmuwan membantu dengan ilmunya, ulama membantu umatnya agar taat, tokoh membantu masyarakat, perusahaan membantu karyawannya, masyarakat membantu masyarakat lainnya dan pemerintah dan seterusnya.

Semua pihak berkontribusi apapun baik materi, tenaga, pikiran, perasaan bahkan jiwa untuk melawan musuh bersama yaitu covid-19 karena tanpa itu sangat sulit untuk bisa memenangkan perang melawan virus ini.

Mari kita bersatu dan bersama melawan peperangan ini, jangan lagi saling menyalahkan atau saling serang dengan segala macam alasan pembenaran apalagi sekadar cari panggung.

Kita semua punya musuh yang sama, yang harus kita lawan secara bersama-sama. Kita semua harus berihtiar sungguh-sungguh dan berdoa agar Allah Tuhan kita segera mengangkat wabah ini dari muka bumi. Karena bukan kita saja yang saat ini menderita dan kesulitan tapi juga saudara-sungguh kita lainnya diseluruh muka bumi ini.***

*Dr. Andi Desfiandi, M.A. Ketua Bidang Ekonomi DPP Pejuang Bravo Lima, tinggal di Bandarlampung