RSUD Ryacudu Lampung Utara Kini Miliki Dokter Spesialis Anak

Rahmat/Feaby|Teraslampung.com Kotabumi–Setelah lama tidak memiliki dokter spesialis anak, Rumah Sakit Umum H.M.Ryacudu, Lampung Utara akhirnya akan memilikinya terhitung bulan Juni ini. Kehadirannya diharapkan akan mampu membuat RS pelat merah...

RSUD Ryacudu Lampung Utara Kini Miliki Dokter Spesialis Anak
Direktur RSUD Ryacudu, Aida Fitriah Subandhi, menjelaskan soal dokter spesialis anak RSUD Ryacudu, Kamis (1/6/2023).

Rahmat/Feaby|Teraslampung.com

Kotabumi–Setelah lama tidak memiliki dokter spesialis anak, Rumah Sakit Umum H.M.Ryacudu, Lampung Utara akhirnya akan memilikinya terhitung bulan Juni ini. Kehadirannya diharapkan akan mampu membuat RS pelat merah yang ditinggal pasien akan kembali ramai.

“Insya Allah mulai Juni ini, RSUDR akan kembali memiliki dokter spesialis anak,” kata Direktur RSUDR, Aida Fitriah Subandhi, Kamis (1/6/2023).

Kehadiran dokter spesialis anak itu berkat kerja keras semua pihak. Mereka itu di antaranya Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara, dan Pemkab Way Kanan. Tanpa usaha mereka, dokter spesialis anak itu mungkin tak begitu yakin untuk bekerja di RSUDR.

“Selama ini kendala untuk mendatangkan dokter spesialis anak di antaranya karena putra/putri daerah kita belum ada yang menyelesaikan studinya, sedangkan dokter yang ada kebanyakan sudah punya tiga surat izin praktek,” tuturnya.

Ia berkeyakinan jika kehadiran dokter tersebut akan berdampak langsung dengan jumlah pasien di RS yang dipimpinnya. Paling tidak, ruang operasi caesar di kebidanan akan dapat kembali berjalan seperti sebelumnya seiring dengan kehadiran dokter tersebut.

“Kalau untuk sekarang memang ada sedikit perkembangan mengenai jumlah pasien, tapi memang tidak begitu signifikan,” terangnya.

Adapun mengenai persediaan obat-obatan dan lainnya, ia mengatakan, persediaan obat mereka saat ini dapat dikatakan telah lengkap. Namun, dari segi kecukupan, pasokan obat kerap terhambat gegara utang obat yang belum sepenuhnya dibayar.

Kendati demikian, utang itu kini tak lagi besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp11 miliar. Utang itu dibayar dengan sistem mengangsur. Kini, utang obat mereka hanya tinggal Rp5 miliar.

“Selain utang obat, kami juga masihl memiliki tunggakan empat bulan jasa pelayanan sehingga totalnya Rp7 miliar,” kata dia.