Kopi Pagi: Pilihan

Aloys Wisnu Hardana Sudah dua kali akun Facebook saya melebihi batas 5000 teman yang diijinkan oleh FB. Ketika pertama kali itu terjadi, saya membersihkan teman-teman di akun saya yang namanya bukan nama individu, atau nama yang merujuk pada merek,...

Kopi Pagi: Pilihan

Aloys Wisnu Hardana

Sudah dua kali akun Facebook saya melebihi batas 5000 teman yang diijinkan oleh FB. Ketika pertama kali itu terjadi, saya membersihkan teman-teman di akun saya yang namanya bukan nama individu, atau nama yang merujuk pada merek, atau nama yang saya nggak punya persinggungan teman lain dengannya. Juga nama-nama yang sering mengupload gambar-gambar berbau kekerasan dan darah, atau pornografi, entah itu dilakukan dengan sadar atau tidak.

Kali kedua, saya menempuh cara yang sama untuk membersihkan daftar teman. Saya memilih tidak menghapus teman-teman, yang saya kenal persis, atau teman yang saya kenal lewat media sosial ini, mereka yang tidak suka dengan yang saya sukai atau menyukai yang tidak saya sukai, berpikir berbeda, berpendapat berbeda.

Memang, pilihan ini juga mengandung risiko, dinding saya sering muncul pikiran-pikiran aneh, kadang berbau rasis atau mengungkap kebencian agama dan keyakinan orang lain. Saya memilih mengambil sikap membiarkan ia berseliweran di dinding, tanpa saya harus merasa terganggu, karena sumber gangguan itu ada dalam cara kita membacanya dalam pikiran, atau merasakannya dalam hati, atau mengekspresikannya dalam komentar. Menendang mereka dari pertemanan di FB, cuma membuat dinding saya jadi seragam dan miskin warna-warni kehidupan.

Saya berpendapat, jika saya cuma berteman dengan mereka yang saya sukai pendapatnya, atau sama cara berpikirnya dengan saya, atau sama-sama menyukai sesuatu atau seseorang, saya seperti mengubur keragaman, dan membuang kelucuan-kelucuan yang bisa menyulih kepenatan, dan menyingkirkan pandangan-pandangan yang sering tidak masuk akal di kepala tapi itu ada.

Jadi, saya memilih untuk menyaring semua hiruk-pikuk di media sosial semacam ini, menggunakan filter yang saya punya, saya kuasai, saya kendalikan sendiri: Pikiran dan hati. Senang atau kecewa, bahagia atau sedih, tertawa atau menangis, marah atau gelisah, positif atau negatif, tidak ditentukan oleh apa atau siapa yang melintasi dinding FB ini, tapi dari cara pikiran dan hati menanggapi apa atau siapa yang melintas itu.