Harga Kemakhlukan Kita

Syamsul Arifien Seberapa peduli dan tingginya penghargaan Anda terhadap diri sendiri? Ini bukan pertanyaan provokatif atau menyorong-nyorong Anda untuk menjadi orang egois dan superior. Bahwa didalam kompleksitas dinamika hidup yang banyak memberik...

Harga Kemakhlukan Kita

Syamsul Arifien

Seberapa peduli dan tingginya penghargaan Anda terhadap diri sendiri? Ini bukan pertanyaan provokatif atau menyorong-nyorong Anda untuk menjadi orang egois dan superior.

Bahwa didalam kompleksitas dinamika hidup yang banyak memberikan instrumen lahirnya sikap adigang adigung adiguna, permisif, ambigu, dan ambisius ini, setiap waktu alam bawah sadar kita akan bergejolak dalam tarikan-tarikan prinsip dan nilai; itu benar, ini salah; begitu baik, begini buruk; itu boleh, ini jangan; kalau begitu menyakiti, kalau begini mengasihi, dst…

Itulah dinamika pribadional kemakhlukan kita yang akan terus berlangsung dalam setiap tarikan napas sepanjang ruang dan waktu. Kalau ruh dan fisik biologis berjuang dan bekerja keras untuk banyak hadir dan terlibat pada kerja-kerja keutamaan dan kemaslahatan, maka di sanalah letak tingginya penghargaan kita pada diri sendiri. Meski tidak harus dan selalu berhubungan dengan terhormatnya posisi, status, jabatan, dan hal-hal yang besifat materi.

Pun sebaliknya, disorientasi hidup yang hanya menghamba kepada hasrat-hasrat kepenguasaan (ambisi) tanpa memperhatikan rambu-rambu nilai kebenaran, kebaikan, dan kepatutan, meskipun karena itu seseorang menjadi berkedudukan terhormat baik jabatan, kekayaan, dan  status sosial, sejatinya ia sedang terjerembab dalam kubangan  penghinaan atas diri sendiri.

Betapa misalnya kita tiba-tiba menjadi sangat konfiden sebagai orang yang paling hebat sehingga yakin pula mampu menjadi problem solver terhadap masalah-masalah besar. Lantas misalnya kita berlomba-lomba mencalonkan diri pada jabatan-jabatan politik dan strategis.

Di kemudian hari, lantas benar seseorang berhasil menjadi presiden, menjadi gubernur, bupati, pimpinan militer, pimpinan Polri, direktur perusahaan, kepala satpam, dsb. Beragam masalah lalu bermunculan terkait dengan kewenangan dan tanggung jawab yang melekat pada posisi-posisi jabatan itu. Di sinilah,  akhirnya sosok sejati invidu  diuji dan dibuktikan.

Semakin besar dan banyak masalah dapat diatasi, secara alami harga kemakhlukan bernilai tinggi. Sebalikny,  setelah emblem-emblem status-prestisius jabatan dan pangkat nangkring di bahu, namun jeblok  dalam aksi, itu sama halnya seseorang telah menyetorkan saham kerendahan harga kemakhlukannya, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhannya.

Dalam konteks kekinian, kenyataan hari ini kita sedang disuguhi  peristiwa-peristiwa tentang yang saya tuliskan ini: ambil contoh misalnya pada apa yang sedang terjadi dan sedang dialami oleh Presiden Jokowi. Contoh-contoh  lainnya silakan Anda daftari sendiri…