Undangan yang tidak Mengundang

Oleh: Sudjarwo Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila Saat suara azan terdengar mendayu dan merdu, hati ini terasa damai. Namun begitu masuk ke rumah ibadah, betapa memilukan: fasilitas yang cukup lengkap, walau tidak disebut mewah, k...

Undangan yang tidak Mengundang

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Saat suara azan terdengar mendayu dan merdu, hati ini terasa damai. Namun begitu masuk ke rumah ibadah, betapa memilukan: fasilitas yang cukup lengkap, walau tidak disebut mewah, karpet merah membentang, ruangan putih bersih, lantai harum, ternyata jamaah yang hadir hanya seorang imam dan tiga orang makmum. Selebihnya ruangan itu lengang. Padaha,l itu waktu magrib yang nota bone semua orang seharusnya sudah ada di rumah. Ketika hal ini ditanyakan kepada seorang jamaah, ia mengatakan tempat peribadatan ini selalu penuh saat panggilan dikumandangkan. Hanya saja yang tampak tiga. Yang tidak tampak lebih banyak. Ia tentu sedang seloroh dengan menggunakan bahasa satir.

Pada kesempatan lain, ada teman yang menggebu-gebu bercerita bahwa dirinya sudah mengunjungi banyak makam para alim ulama di negeri ini. Bahkan dengan bangga beliau menceritakan semua makam para aulia di negeri ini sudah dikunjungi. Ia juga sudah beberapa kali pergi ke tanah suci. Namun pada saat ditanya berapa kali dia mengunjungi makam kedua orang tuanya yang sudah lama berpulang, sedikit tersipu menjawab hanya saat menjelang puasa saja. Pada kesempatan lain ulama besar masa kini yang dikenal dengan Gus Baha pada suatu episode pengajiannya beliau menjelaskan agar kita  jangan menyunahkan yang wajib atau mewajibkan yang sunah. Menurut Gus Baha, keduanya memiliki kedudukan sendiri-sendiri, dan undangannyapun berbeda.

Berbicara undangan pada umumnya terbersit dibenak kita adalah Undangan Pernikahan, atau bahasa Jawanya ulem-ulem. Ada juga yang menyebut uleman. Dalam pengertian luas undangan bisa saja bukan hanya untuk pernikahan, tetapi untuk suatu acara penting menurut si pengundang, termasuk upacara kematian. Pada kegiatan kedinasan undangan adalah sesuatu yang melekat pada hampir semua kegiatan, seperti halnya undangan rapat, undangan pelantikan, undangan peresmian gedung dan masih banyak lagi.

Semakin sentral suatu kedudukan, maka undangan kegiatan akan membanjiri meja yang bersangkutan. Namun perlu diingat bahwa undangan pada hakikatnya memiliki makna ganda. Makna pertama, betul betul diminta kehadiran karena kesentralan posisi yang diundang, atau sangat pentingnya posisi yang diundang. Sampai sampai jika yang bersangkutan tidak hadir, maka acara si pengundang tidak dapat dilaksanakan. Makna kedua, undangan sekadar pemberitahuan, boleh hadir boleh tidak karena kehadiran dan ketidakhadiran yang diundang tidak mempengaruhi keberlangsungan acara sipengundang.

Namun, ada undangan yang tidak perlu mengundang, yang diundang akan datang kapan saja, di mana saja, dan pada saat apa pun juga, yaitu kematian. Undangannya begitu tiba-tiba dan tidak ada satupun mahluk yang mengetahui kapan dia datang untuk mengundang kita segera kembali. Sekalipun semua kita mengetahui semua makhluk akan mati, tetapi kita sering abai akan undangan yang ada kaitannya dengan persiapan bekal menuju kematian.

Ternyata kelalaian yang sering kita lakukan adalah menghadiri undangan yang tidak perlu diundang dan mengalphakan diri pada undangan yang wajib hukumnya untuk dihadiri, salah satu diantaranya adalah undangan dari Tuhan untuk “lapor diri” setiap waktunya tiba dengan suara panggilanNYA.
Kesibukan dunia yang sering dijadikan perisai diri untuk menunda undangan, ternyata tidak akan ada penundaan akan adanya azab dari kesukaan kita menunda akan perintah Sang Kholik. Dispensasi undangan hanya berlaku di dunia, pembeda antara kasta dalam berundang sering tampak begitu fulgar, namun begitu undangan diri untuk kembali, tidak akan ditemukan pembeda kasta, karena ukuran tempat dan barang yang bisa di bawa semuanya sama.

Mari sebelum undangan yang tidak bisa kita tolak itu datang, kita persiapkan bekal untuk menyongsongnya. Undangan itu datang tidak mengenal daftar urut tetapi daftar cabut. Demikian istilah anak zaman now. Tidak mengenal usia, tempat, dan derajat.

Semoga Jumat ini membawa keberkahan bagi kita semua dan bersiap menghadiri undangan setor diri pada waktu yang telah ditetapkan nanti.

Selamat menikmati kopi hangat!