Ngoceh Bau
Oyos Saroso H.N. Seorang petinggi partai gencar menguak fakta tentang pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan dirinya menjelang pencapresn 2014 lalu. Petinggi partai itu murka karena pertemuan Samad dengan dirinya diibantah bahkan disebut sebagai...

Oyos Saroso H.N.
Seorang petinggi partai gencar menguak fakta tentang pertemuan Ketua KPK Abraham Samad dengan dirinya menjelang pencapresn 2014 lalu. Petinggi partai itu murka karena pertemuan Samad dengan dirinya diibantah bahkan disebut sebagai “ftnah” oleh Samad.
Itu adalah salah satu peluru di antara rentetan peluru yang dilepaskan PDIP. Samad dibombardir peluru. Ia dituding telah berpolitik sejak menjelang Pilpres 2014 lalu. Samad diduga mengincar posisi sebagai pendamping Jokowi dalam Pilpres 2014. Namun, konon, ia kalah saing dengan seniornya dari Makkasar, Jusuf Kalla. Bukan Kalla yang mengalahkan, tapi (konon) karena Bambang Gunawan, mantan ajudan Megawati ketika Mega jadi presiden, menolaknya keras.
Berita itu menggambarkan bahwa penetapan Komjen Bambang Gunawan sarat dengan nuansa politis dan balas dendam. Begitulah, berita tentang perseteruan KPK dengan Polri beberapa hari terakhir menjadi menu media sehari-hari. Ada yang bertepuk tangan, ada pula yang gusar. Ada yang ingin menambah peluru (dan senjata lebih canggih sekalian) untuk membombardir KPK, agar lembaga antirasuah itu hancur berkeping agar pejabat negara bebas korupsi.
Kalaupun benar, faktual, dan Samad berhasil didudukkan sebagai tersangka atau dipecat dari jabatannya, saya tak hendak bertepuk tangan. Bukan karena saya pembela Samad. Kalau Samad memang bersalah, pendosa, biarlah dia dapat hukuman setimpal. Tapi, saya juga malas untuk sekadar memberikan acungan jempol kepada petinggi partai yang teriak-teriak Samad sebagai pendosa ketika jagonya kalah.
Kalau jagonya melenggang jadi Kapolri, saya yakin tak pernah dia mengungkap ‘kebenaran’.
Biasanya orang akan berteriak, mengritik keras, dan marah-marah kalau kepentingannya diganggu. Itu pula yang dilakukan oleh kita ketika kita tidak dapat jatah proyek,tidak dapay bagian hadiah, atau digeser dari kursi empuk jabatan. Sebaliknya, kalau kita nyaman karena baru dapat kepretan proyek Rp 10 M, dapat hadiah mobil baru dari atasan, dan jabatan naik maka kita akan memuji sundul langit orang-orang yang kita anggap berjasa.
Teriakan dan umpatan kemarahan model seperti itu bolehlah disebut ngoceh bau. Ia serupa air comberan yang disedot dengan mesin terhubung ke selang dan disempotkan ke kerumunan orang.
Hati-hati. Di comberan barangkali ada bangkai anjing kotoran manusia.