Mantra Cinta Bulan Agustus
Oyos Saroso H.N. Agustus jelas bukan musim cinta. Tapi, kata cinta selalu merebak di tiap gang dan jalan raya pada bulan Agustus. Bendera merah putih dan umbul-umbul warna merah putih bertebaran di mana-mana. Juga, di gedung parlemen dan kantor pem...

Oyos Saroso H.N.
Agustus jelas bukan musim cinta. Tapi, kata cinta selalu merebak di tiap gang dan jalan raya pada bulan Agustus. Bendera merah putih dan umbul-umbul warna merah putih bertebaran di mana-mana. Juga, di gedung parlemen dan kantor pemerintah.
Atas nama cinta, tiap tahun presiden harus berpidato di depan parlemen, disiarkan langsung oleh stasiun televisi, ditonton pejabat di seluruh daerah, jadi olok-olok, dan kata-katanya masuk keranjang sampah.
Tiap Agutus banyak cinta ditebar: atas nama Ibu Pertiwi. Mungkin juga atas nama Sang Saka Merah Putih.
Cinta membuat banyak orang Indonesia bergetar dan jiwanya menggelepar ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersamaan naiknya Merah Putih ke angkasa. Tapi banyak juga yang tak merasakan getaran. Ada Indonesia atau Indonesia sudah luluh lantak, bagi mereka yang jiwanya sudah tak bergetar, akan sama saja. Yang penting bisa hidup enak dan nyaman. Sementara di tempat lain yang juga masih bagian Indonesia, masih banyak orang sekadar makan nasi sehari dua kali pun susah.
Kerap terjadi,mencintai Indonesia juga sama dengan omong kosong. Bilang cinta, tetapi di belakang berselingkuh dengan setan. Menyelingkuhi Indonesia seolah halal asalkan tidak ketahuan orang lain. Mereka akan tergeregap dan menahan malu setelah pakai baju oranye KPK.
Apakah para “tukang selingkuh” yang ditangkap KPK tidak punya rasa cinta? Kalau pertanyaan bodoh ini diajukan kepada mereka. jelas mereka akan berang. Mereka pasti cinta Tanah Air. Mungkin dulunya mereka pelajar hebat,mahasiswa cerdas dan berprestasi, tokoh yang tiap katanya menjadi ujaran yang membuat orang lain terkesima.
Cinta kerap membuat orang jadi munafik.
Tengoklah misalnya kisah keluarga Sukadal. Sukadal sekeluarga rajin ibadah, istrinya cantik dan pegawai berprestasi. Tiap pagi sebelum berangkat kerja, Sukadal selalu mencium kening istrinya sambil tak lupa menyelipkan kata “I Love You”. Foto-foto mesra Sukdal dan istrinya kerap diumbar Roro Plekenut, istri Sukadal, di jejaring media sosial.
Kedok cinta Sukadal baru ketahuan Roro Plekenut ketika suaminya itu ditangkap polisi di sebuah kamar sebuah hotel berbintang bersama wanita muda cantik. Roro Plekenut baru tahu bahwa Sukadal tercintanya punya istri simpanan dua bulan setelah penangkapan itu.
Lihat pula kisah Den Mas Semelete. Tokoh nasional yang disanjung puja orang segerbong partainya itu dikenal sangat nasionalis. Pada berbagai kesempatan kunjungan ke daerah Den Mas Semelekete selalu mewanti-wanti para pemuda agar cinta Tanah Air dan siap membela negara jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Cinta palsu Den Mas Semelekete kepada Indonesia baru terbongkar ketika dia terlibat korupsi yang merugikan negara hingga ratusan miliar rupiah. Lucunya, ketika Den Mas Sukadal keluar dari penjara ia tetap disanjung-puja. Sikap para pemuja itu persis seperti sikap pemuja Den Bagus Gembus. Sudah tahu Den Bagus Gembus pernah jadi raja garong dan pernah dihukum karena membunuh orang, eh, tiba-tiba banyak pemujanya ingin menjadikan Den Bagus Gembus sebagai lurah.
Banyak orang seperti Den Mas Semelekete: menebar kata cinta palsu seringan mencipratkan ludah…