Dongeng Berantai

Asarpin* Di sebuah kota yang sedih, hidup seorang  bocah bernama Harun. Bapaknya, Rasyid Khalifa, dikenal sebagai Raja Dongeng paling masyhur di sentero Alifbay.  Ibunya, Soraya,  perempuan yang pintar bernyanyi.  Rasyid Kha...

Dongeng Berantai
Asarpin*
Di
sebuah kota yang sedih, hidup seorang  bocah
bernama Harun. Bapaknya, Rasyid Khalifa, dikenal sebagai Raja Dongeng paling
masyhur di sentero Alifbay.  Ibunya, Soraya,  perempuan yang pintar bernyanyi.  Rasyid Khalifa memiliki para penggemar
dongeng  yang mengasyikkan. Namun bagi
musuhnya, yang benci terhadap dongeng, Rasyid Khalifa tak lebih sebagai Raja
Omong Kosong. Apa yang didongengkannya hanya menghabiskan waktu saja dari
dongeng ke dongeng.  
Keluarga
kecil itu tinggal di sebuah lantai bawah rumah sederhana yang berdinding merah marun
dan berjendela warna hijau limau. 
Sementara di lantai atas, tinggal pak Sengupta dan istrinya, Oneeta.
Pernah, pada suatu hari pak Sengupta menjelek-jelekkan si Raja Omong Kosong kepada
Soraya, dan Harun mendengar dengan jelas kata-kata penuh kebencian yang
meluncur dari mulut lelaki itu.
“Soraya,  kepala suamimu itu terpaku di udara dan
kakinya melayang di atas bumi. Apa gunanya dongeng-dongeng itu? Hidup bukanlah
sebuah buku cerita atau toko lelucon. Semua kenangan ini akan berujung tidak
baik. Apalah manfaatnya dongeng-dongeng yang tak mungkin terjadi di alam
nyata?”
Kisah
di atas dikemukakan Salman Rushdie  dalam
novel sangat bagus, Harun dan Lautan
Dongeng
. Soraya akhirnya termakan omongan Sengupta dan kemudian minggat
bersama Sengupta dengan meninggalkan sepucuk surat penuh kebencian pada Raja
Omong Kosong yang sedang sedih itu.  
“Suamiku,
kau hanya tertarik pada kesenangan. Seorang lelaki yang bermartabat mestinya
tahu bahwa hidup adalah urusan serius. Otakmu penuh dengan dongengan, sehingga
tak ada lagi tempat untuk kenyataan. Pak Sengupta tak punya imajinasi sama
sekali. Dan itu baik buatku”.
Sudah
bisa dibayangkan apa yang dirasakan Rasyid tatkala membaca surat dari istrinya yang
sudah mencampakkannya dengan sekali pukul.  “Apa yang musti kulakukan, Nak”, Rasyid
berkata mengiba di hadapan anaknya. 
“Mendongeng adalah satu-satunya pekerjaan yang bapak bisa lakukan”,  kata Raja Dongeng itu.
Di
dunia modern saat ini ada banyak Soraya dan Rasyid Khalifa, juga Harun sang
anak yang tak tahu harus memihak ayah atau ibunya. Karena Harun dalam cerita
itu memiliki benih dari seorang seniman dongeng,  ia memang memihak ayahnya tanpa membenci
ibunya.  Semula Harun sama dengan ibunya,
tapi kemudian ia tahu bahwa melalui dongeng, ayahnya bisa bahagia.
Dongeng-dongeng
Salman Rushdie seperti pesan berantai. Pembaca diajak  mengarungi dunia mimpi dan samudera khayal
yang murni. Namun akhirnya kita tersadar dan bangun dari mimpi ketika Harun dan
ayahnya kembali ke rumah asalnya.  Di
sana telah menunggu Soraya dengan linangan air mata yang muncul dari rasa
bersalah.  Mereka bertemu kembali. Hidup
serumah kembali. Mendengarkan Rasyid Khalifah mendongeng kembali.
*Esais