Darurat Selaput Dara

Syamsul Arifien*     Asyik juga itu gagasan test keperawanan. Angkat topi saya kepada wakil rakyat yang sangat mendalam  jiwa kemanusiaanya hingga sampai urusan manajemen keselamatan benda di sela-sela selangkangan, pun tak luput menjadi perhatiannya...

Darurat Selaput Dara

Syamsul Arifien*    

Asyik juga itu gagasan test keperawanan. Angkat topi saya kepada wakil rakyat yang sangat mendalam  jiwa kemanusiaanya hingga sampai urusan manajemen keselamatan benda di sela-sela selangkangan, pun tak luput menjadi perhatiannya.

Memang keperawanan bukan urusan sembarangan, bahkan bisa jadi jauh lebih genting dari persoalan pergantian pimpinan Polri, pimpinan KPK, atau banjir Jakarta, yang mungkin cukup dijawab dengan jargon “aku ora popo”, “aku ora mikir”.

Saya jadi teringat kisah seorang mantan ketua DPRD, yang berpuluh-puluh tahun mengalami trauma terhadap peristiwa ‘bencana’ malam pertama. Sang istri keduluan dibobol Duratmaka, hingga kekhusukan dan keindahan ritual ranjang pengantin sang mantan pejabat itu berubah malapetaka.

Singkat kata, tak ingin tertipu untuk kali kedua, mantan Ketua DPRD itu lantas melakukan test keperawan kepada calon istri keduanya. Ohya tentu saja itu dilakukan setelah  diceraikannya istri pertama, dan ia menduda. “Joss, calon istri Anda ini masih gadis ting-ting, saya jamin Anda orang pertama yang akan menjebol selaput dara”, ujar Dokter memberikan kesimpulan mediknya.

Selaput dara yang robek sebelum saatnya dirobek oleh orang yang berhak merobek tentu sebuah petaka. Sementara fenomena ketidakperawanan gadis di zaman ultramodern ini tingkat keseriusannya sudah seperti orang menggenggam demokrasi politik.

Tak lacur, karena dipandang dapat mengguncangkan stabilitas nasional hati wanita dan berbau pelecahan bagi martabat kaum hawa, usulan tes keperawan yang mencuat dari gedung DPRD Jember, itu buru-buru dicabut dengan permaafan, so pasti tak akan mungkin  bakal jadi diperdakan.

Saya sendiri sebenarnya juga risih jika masalah “seprivat” isi celana dalam wanita itu demikian dirisaukan. Karena keperawanan memang musti dijaga sendiri oleh si empunya dan juga oleh  kaum lelaki. Kehormatan wanita diuji sampai tiba waktu  ia hanya serahkan dompet kepada suami. Kehormatan lelaki diuji ketika sampai tiba waktu ia hanya berikan isi dompet kepada istri.

Pertanyaanya sekarang, tinggal wanita mana yang bisa tahan digoda-goda, dan lelaki mana yang sanggup tidak jlalatan menggoda-goda. Saya tak akan bicara instrument-intrument ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya yang jelas-jelas kasat mata menjadi media sarana dan jalan raya buat terjadinya kehancuran susila.

Saya hanya ingin menegaskan, apakah kita (laki-laki dan perempuan) sanggup istiqomah menegakkan “Hankamrata” pada masing-masing diri kita. Itu saja. Karena hanya “Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta” demikian inilah, saya kira, satu-satunya cara kita menjaga diri dari darurat selaput dara tidak keburu pecah sebelum waktunya. Dan ‘Rudal Scud’ tidak asal sembarang tembak ke objek yang bukan sasarannya.

*Ketua Kelompok Musik Gamelan Jamus Kalimosodo Lampung