20 Juta Wisatawan Selama 2016

Budi Hutasuhut Angka 20 juta wisatawan itu beban yang diwajibkan Jokowi untuk menterinya. Itu angka yang sedikit, karena jumlah manusia di Bumi ini lebih 20 juta. Setiap manusia punya keinginan untuk berwisata. Cuma, bagaimana caranya agar manusia it...

20 Juta Wisatawan Selama 2016

Budi Hutasuhut

Angka 20 juta wisatawan itu beban yang diwajibkan Jokowi untuk menterinya. Itu angka yang sedikit, karena jumlah manusia di Bumi ini lebih 20 juta. Setiap manusia punya keinginan untuk berwisata. Cuma, bagaimana caranya agar manusia itu berwisata ke Indonesia.

Tapi, memang, meskipun angka itu sedikit, si menteri tak akan mampu. Pasalnya, destinasi pariwisata di negeri ini belum jadi industri. Destinasi pariwisata masih jadi antah berantah.

Siapakah yang paling banyak mengembangkan sektor pariwisata di negeri ini? Apakah pemerintah atau malah swasta? Siapa pula yang paling banyak mempromosikan pariwisata di negeri ini, apakah pemerintah atau swasta?

Kita bicara pariwisata di Lampung, juga persoalannya yang luar biasa. Beberapa hari lalu, Gubernur Lampung menulis di twitternya tentang jarak tempuh ke Kiloan–destinasi pariwisata yang luar biasa di daerah Kiloan–yang semakin pendek. Tahun 2016, jarak tempuh itu memakan waktu lebih sedikit.
Bukankah twit itu keterlaluan.

Ya, keterlaluan karena seharusnya jarak tempuh ke Teluk Kiluan itu lebih dekat sejak lama, sejak Gubernur Lampung itu menjadi Kepala Daerah di provinsi ini. Tapi, Gubernur Lampung butuh dua tahun lebih untuk membangun jalan ke daerah pariwisata yang diminati banyak pengunjung itu. Itu pun bukan karena kemampuan Gubernur Lampung mengelola dana APBD Lampung. Tapi karena ada dana APBN yang berhasil digiring anggota DPR RI asal Lampung, yang prihatin terhadap daerah asalnya.

Tak sedikit dana APBN yang dialokasikan untuk memperbaiki jalan menuju Kiloan. Ada Rp16 triliun, itu informasi dari anggota DPR RI asal Lampung. Lalu, untuk apa twit itu dibuat Gubernur Lampung, seakan-akan ini prestasinya. Sebaiknya, Gubernur Lampung memikirkan bagaimana menambahi dana APBN itu agar sektor pariwisata bisa berkembang. Atau, agar Lampung punya kontribusi mencapai target 20 juta wisatawan itu.

Sayang, Gubernur Lampung barangkali tak berpikir ke sana. Sama seperti pemerintah di daerah lain, menilai pariwisata itu hanya menghabiskan anggaran. Padahal, Kiloan itu nyaris tak dibangun oleh pemerintah daerah. Swasta yang banyak berperan di sana. Bukan hanya itu, nyaris semua objek wisaya di kawasan pesisir Lampung bagian Selatan dikembangkan oleh swasta.

Atau, kita lihat saja ke Tanjung Setia di Pesisir Barat. Daerah yang disukai wisatawan itu, karena punya potensi yang memanjakan para peselancar, adalah objek wisata yang dikembangkan swasta. Malah, orang-orang asing muncul di sana, melakukan investasi tapi memakai nama orang indonesia. Itu disengaja, karena bila orang asing investasi –itu berarti penanam modal asing– dan birokrasinya sulit banget.

Nah, bagaimana Lampung bisa berkontribusi terhadap 20 juta wisatawan pada 2016 ini?
Mungkin Lampung akan gigit jari. Sebab, Lampung tak punya apapun. Destinasi wisata banyak, kaya, dan melimpah. Tapi, infrastruktur pendukungnya miskin.

Kemarin, saya ke arah pesisir Selatan, dan saya tak tahu dimana mau membeli souvenir khas daerah itu. Ah, pemerintah daerah yang tak bervisi bisnis, seharusnya memang terbuka dan mengakulah tak punya visi. Dengan begitu, saya yang swasta bisa lebih dominan berperan. Asalkan, jangan bebani swasta dengan sekian banyak retribusi atau apalah yang disebut pemerintah sebagai PAD itu. Sebelum sukses, berilah kemudahan.***

Tulisan Terkait: Riko Stevanus, Penyelamat Lumba-Lumba Teluk Kiluan
Baca Juga: Di Teluk Kiluan, Kita Bisa Mengintip Penyu Bertelur