Siapa yang Paling Berpeluang Menang dalam Pilkada Metro?

Oyos Saroso HN Lima pasangan calon bersaing dalam Pilkada Metro 9 Desember 2015. Mereka adalah Sudarsono-Taufik Hidayat, Abdul Hakim-.Muchlido Apriliast, Ahmad Pairin-Djohan, Supriadi-Megasari, dan Okta Novandra Jaya-Wahadi. Pada pagi ini hingga R...

Siapa yang Paling Berpeluang Menang dalam Pilkada Metro?

Oyos Saroso HN


Lima pasangan calon bersaing dalam Pilkada Metro 9 Desember 2015. Mereka adalah Sudarsono-Taufik Hidayat, Abdul Hakim-.Muchlido Apriliast, Ahmad Pairin-Djohan, Supriadi-Megasari, dan Okta Novandra Jaya-Wahadi. Pada pagi ini hingga Rabu siang (9/12/2015) mereka akan memperebutkan 113.059 suara yang dimiliki warga Metro.

Di antara lima pasangan calon itu,  terdapat lima calon “senior” yang memiliki pengalaman sudah pernah ikut pilkada. Yakni, Sudarsono (pilkada Metro 2005), Abdul Hakim (Pilkada Bandarlampung 2010), Pairin (Pilkada Lampung Tengah 2010), dan Djohan (Pilkada Metro 2005, dan Pilkada Metro 2010).

Saya katakan “senior” karena mereka sudah pernah punya pengalaman ikut pilkada. Kalau dihitung dari segi pengalaman ikut pilkada, tentu pasangam Pairin-Djohan paling “senior” dan punya pengalaman plus dalam pilkada. Plus artinya mereka pernah menang dalam pilkada, Pairin pernah menang dalam Pilkada Lampug Tengah ketika mencalonkan diri sebagai Bupati berpasangan dengan Mustafa.

Djohan pernah  sekali menang pilkada ketika mencalonkan diri menjadi Wakil Walikota Metro berpasangan dengan Lukman Hakim pada Pilkada 2005. Namun, ketika lima tahun kemudian maju mencalonkan diri sebagai Walikota berpasangan dengan Herno pada Pilkada Metro 2010 Djohan-Herno kalah dari Lukman Hakim-Saleh Chandra, Menariknya, meskipun kalah, ketika itu selisih suara Lukman Hakim-Saleh Chandra dengan Djohan-Herno hanya 1.001.

Pada saat itu jumlah suara sah ada 70.023 dan suara tidak sah 2.584. Lukman-Saleh memperoleh suara 30.615 suara, sedangkan Djohan-Herno meraup 29.614 suara.

Kini, pada Pilkada Metro 9 Desember 2015 jumlah daftar pemilih tetap ada 113.059 orang. Dengan asumsi partisipasi pemilih pada Pilkada Metro kali adalah 75 persen, maka setidaknya akan ada 84.794 suara yang akan diperebutkan oleh kelima pasangan calon. Jumlah itu hanya sekitar 12-an ribu lebih banyak dibanding jumlah warga Metro yang memberikan hak suara pada Pilkada 2010 lalu.

Siapa yang paling berpeluang menang? Apakah pasangan calon paling senior dan berpengalaman yang akan menang? Apakah pemenangnya adalah wajah baru karena dianggap relatif bersih? Apakah yang paling banyak duitnya yang paling berpeluang merebut suara rakyat Metro?

Selama masa kampanye, para kandidaat sudah banyak bertemu dengan para calon pemilih.Mereka sudah mengenalkan visi-misinya jika kelak terpilih untuk memimpin Metro. Namun, untuk menebak siapa yang akan menang dalam Pilkada Metro tidaklah gampang. Pilkada Metro 2010 membuktikan bahwa faktor keberhasilan memimpin daerah bukanlah faktor determinan bagi seorang calon bisa menang. Itu ditunjukkan dengan kemengan sangat tipis Lukman Hakim-Saleh Chandra atas pasangan Djohan-Herno.

Memang, pada awal September 2015 lalu sebuah lembaga survei (Rakata Institute) merilis hasil survei  yang menunjukkan pasangan Pairin-Djohan memiliki tingkat keterpilihan yang tinggi, Berdasarkan hasil surveui yang digelar 27-29 Agustus 2015 itu  pasangan Pairin-Djohan memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas) 24,75 persen, disusul pasangan Sudarsono-Taufik Hidayat 21 persen, Abdul Hakim-Muchlido 17,25 persen, Okta Novandra-Wahadi 6,50 persen, dan Supriyadi-Megasari 4 persen.

Itu empat bulan lalu. Tentu selama empat bulan terakhir terjadi pergeseran kecenderungan. Pergeseran itu bisa disebabkan karena faktor ideologis, efek kampanye,maupun — ini yang memprihatinkan– karena iming-iming pemberian atau uang.

Pilkada Metro 2010 menunjukkan faktor X (uang)  berpengaruh dalam menentukan pilihan pemilih. Survei Rakata Institute pada Agustus 2015 lalu pun juga menyebutkan warga Kota Metro masih permisif terhadap politik uang.

Masalahnya adalah: apakah kampanye antipolitik uang dalam Pilkada Metro efektif menggerus keinginan calon pemilih yang terbiasa menerima uang menjelang pemilu? Kalau ya. lalu siapa di antara calon walikota-wakil walikota itu yang paling efektif merebut hati paling banyak warga Kota Metro tanpa iming-iming janji muluk dan uang?

Sayangnya, selama kampanye kemarin publik tidak mendapatkan gambaran calon yang memiliki gaya kampanye yang baru dan genuine. Cara para calon berkampanye masih nyaris sama. Bahkan, manuver dan cara-cara menyebar kampanye hitam pun masih terlihat puritan. Artinya,memang. di antara klaim masing-masing pasangan calon punya dukungan terbanyak, warga Kota Metro dan publik di luar Metro masih layak untuk berdebar-debar…