Pohon untuk Si Miskin

Asarpin* Lendo Novo,  pendiri Sekolah Alam,  menyatakan dalam sebuah wawancara di Perspektif  Baru yang dipandu Wimar Witoelar. “Saya marah sama calon presiden dan wakil presiden. Mereka bicara tentang pengentasan kemiskinan, tap...

Pohon untuk Si Miskin
Asarpin*
Lendo Novo,  pendiri Sekolah Alam,  menyatakan dalam sebuah wawancara di
Perspektif  Baru yang dipandu Wimar
Witoelar. “Saya marah sama calon presiden dan wakil presiden. Mereka bicara
tentang pengentasan kemiskinan, tapi sejak Indonesia merdeka sampai hari ini
jumlah orang miskin bukan berkurang malah bertambah. Artinya, setiap presiden
tidak memiliki solusi pengentasan kemiskinan”.
Wa,  hebat sekali
omongan mantan aktivis mahasiswa ITB itu. 
Dia bisa marah sama calon-calon presiden dan wakil presiden. Hebat! Seperti para pengusaha yang marah-marah kepada para bupati lantaran sang
pengusaha telah cukup banyak menggelontorkan uang demi kemenangan dirinya tapi
sang bupati tak memberi upeti. Jika bupati bisa takluk oleh kekuasaan uang,
saya tak bisa membayangkan akan jadi apa negeri ini jika semua bupati bertekuk
lutu dengan para pengusaha.
Omong hebat soal
kegagalan pemerintah mengatasi kemiskinan di negeri ini, tak cuma dilontarkan
Novo, tapi sebagian besar aktivis juga berteriak ketika melihat program-program
mengatasi kemiskinan yang dikeluarkan pemerintah tapi gagal.  Kalau sekadar melempar kritik sih sudah umum,
 dan itu sudah jadi ciri orang Indonesia.
Yang justru penting sekarang ini adalah solusi yang bisa kita tawarkan.
Rupa-rupanya Bang Lendo
tak berhenti sebatas berteriak. “Saya ada ide kalau satu orang miskin diberikan
satu hektar lahan untuk ditanami 1.000 pohon, maka dalam waktu 15 tahun dia
akan menghasilkan uang Rp 1,7 milyar. Itu kalkulasi yang sangat konservatif.
Artinya, kalau presidennya waras karena saat ini kita memiliki 60 juta lahan
tandus”.
Wah, ini yang
ditunggu-tunggu sejak  tadi. Ini baru ide
brilian.  Sarjana Teknik Perminyakan ITB ini
ngomong solusi kemiskinan tak kalah dengan sarjana sosiologi pembangunan.   Saya
sudah lama mendengar sepak-terjang orang ini, mengintip ide-idenya seputar
membangun jaringan Sekolah Alam di Indonesia, menanggapi dengan bijak
kritik-kritik para orang tua anak yang belajar di Sekolah Alam. Tapi saya
betul-betul tersentak ketika ia punya data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menanam 1000 pohon
dalam 15 tahun akan menghasilkan Rp. 1,7 milyar. Luar biasa! Tapi dimana saja
letak lahan 60 juta hektar itu? Bukankah tidak semua daerah punya lahan tak
tergarap, dan kalau pun ada tempatnya bisa jadi jauh dari tempat rakyat yang
akan nanam 1000 pohon itu. Apa ia orang Jawa miskin mau nanam kayu di Papua?
Atau orang Jakarta diajak nanam pohon di Sumatera Utara?  Ini juga perlu dipikirkan, bukan hanya oleh
Lendo Novo, tapi kita semua.

*Esais