Piabung, Destinasi Wisata Baru di Lampung
Budi Hutasuhut Sunrise di Pantai Piabung (Foto: ©Ratna Juwita Sudah tentu kamu belum paham kalau Piabung–yang dikenal sebagai markas Angkatan Laut di kawasan pesisir Selatan Lampung– itu punya destinasi wisata. Di kawasan...

Budi Hutasuhut
Sunrise di Pantai Piabung (Foto: ©Ratna Juwita
|
Sudah tentu kamu belum paham kalau Piabung–yang dikenal sebagai markas Angkatan Laut di kawasan pesisir Selatan Lampung– itu punya destinasi wisata. Di kawasan yang menjadi tempat militer itu, tidak hanya ada anggota militer dengan laras dan seragam loreng, gudang senjata, kapal perang, dan peluruh. Tidak cuma pos penjaga yang dijaga ketat oleh anggota militer dengan wajah tampan yang suka tersenyum meski membawa senapan. Di sana, ada destinasi wisata, dan kau akan betah berlama-lama.
Lihatlah pelabuhannya, yang menyimpan sejarah panjang dan mencatat ketika tentara kolonial Belanda merapat pertama kali di Lampung pasca meledaknya Gunung Krakatau pada 1884. Kau akan menatap pemandangan laut dengan hamparan air warna biru yang beriak, dan kapal-kapal nelayan berselewiran. Di salah satu sudutnya, kau akan lihat kapal patroli milik petugas. Tapi di luar pemandangan laut itu, kau akan temukan satu ikon yang baru dibangun: patung perjuangan nelayan menghidupi diri dan keluarganya.
Di lokasi ini juga dibangun areal wisata, dimana para pengunjung bisa memarkir kendaraannya sambil menikmati ragam destinasi wisata dan belanja ragam produk masyarakat pesisiran untuk souvenir. Kau akan heran bagaimana bisa kawasan milik militer begitu terbuka kepada publik, dan publik bisa menikmati lokasi itu sebagaimana mereka berada di lokasi pariwisata?
Saya pernah mengobrol dengan salah seorang perwira di kawasan itu. Dia masih muda, berwawasan luas, dan paham betul bahwa negara ini punya potensi maritim yang masih perlu sentuhan tangan-tangan kreatif. Kami mengobrol santai, sambil menghirup aroma kopi Lampung yang eksotik, dan dia bercerita betapa kawasan Piabung itu harus punya makna lebih bagi masyarakat Lampung. Saya mencoba memahami makna lebih itu, dan saya sampai pada pemahaman, betapa Piabung harus menjadi milik masyarakat Lampung.
Tidak banyak daerah di NKRI ini yang memiliki kawasan seperti Piabung, dan terkenal hingga ke manca negara. Hanya ada di Surabaya, juga di Lampung. Cuma, tak seperti Surabaya, Lampung nyaris tidak pernah memberdayakan keberadaan Piabung di daerahnya. Kesan itu sangat dominan, karena Lampung nyaris tak pernah memikirkan bagaimana agar Piabung memiliki fasilitas yang luar biasa seperti jalan raya yang tidak berlobang.
Sayang, memang, Lampung tak merasa Piabung itu miliknya. Padahal, ribuan anggota marinir yang ada di Piabung itu adalah warga Lampung, yang punya hasrat luar biasa agar dilibatkan sebagai warga untuk mendukung program-program pembangunan daerah. Meskipun begitu, tanpa dilibatkan saja, anggota militer di Piabung selalu berbuat untuk masyarakat di sekitarnya. Kita, acap, menyaksikan bagaimana anggota militer membangun sekolah-sekolah tanpa bantuan pemerintah daerah.
Nah, sekarang, Piabung membuka diri untuk masyarakat. Apa salahnya pemerintah daerah membuka diri juga untuk bersama-sama militer di Piabung membangun daerah ini.
Baca Juga: Tentang Piabung dan Kita