Keterbatasan yang tidak Membatasi

Oleh: Sudjarwo Pemerhati Masalah Sosial dan Pendidikan Rasa haru, bangga, dan entah apalagi tatkala menyaksikan bagaimana seorang anak Indonesia dengan keterbatasannya mampu menembus kemenangan sekaligus keberhasilan, pada event berkesenian yang berg...

Keterbatasan yang tidak Membatasi

Oleh: Sudjarwo
Pemerhati Masalah Sosial dan Pendidikan

Rasa haru, bangga, dan entah apalagi tatkala menyaksikan bagaimana seorang anak Indonesia dengan keterbatasannya mampu menembus kemenangan sekaligus keberhasilan, pada event berkesenian yang bergengsi tingkat dunia di negeri Paman Syam. Harubiru peristiwa di atas panggung pertunjukkan itu disaksikan oleh jutaan pasang mata dari seluruh penjuru dunia. Mereka tidak menghiraukan keterbatasan Sang Juara, namun yang disaksikan adalah karya besarnya terhadap dunia.

Peristiwa itu menjadi berita di banyak massa di seluruh dunia. Bahkan lagunya diputar entah berapa juta kali oleh para pengagumnya. Liriknya yang melankolis, membawa pesan untuk berdamai dengan diri sendiri, adalah sentuhan “malaikat” yang dihadirkan ke dunia melalui karya besar seorang berkebutuhan khusus. Seolah Tuhan menegur kita semua untuk merenungi kembali jejak langkah selama ini di dunia, apakah kita masih terus ingat akan karunia-Nya. Padahal kita diberi kecukupan dalam segala hal; jawabannya tentu ada pada hati nurani kita masing-masing.

Putri Ariani, di samping juara dalam hal berkesenian, ada satu hal lagi yang dilabelkan pada dirinya oleh Dahlan Iskan seorang empunya pers Indonesia, Putri adalah penemu “Matematika Musik”. Sebab dengan keterbatasannya juga menjadikan Putri tidak terbatas untuk mengembangkan kepiawaian dalam bermusik yang bernotasi balok. Bisa dibayangkan begitu luarbiasa talentanya, bisa bernyanyi, mengaji dengan baik dan benar, bermain alat musik, dalam satu rentang waktu yang bersamaan. Lagi-lagi sepertinya Tuhan mengirim sinyal untuk memberikan peringatan kepada kita agar selalu mawas diri akan kebesaran rahmat-Nya.

Streotipe selama ini kepada saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus, dengan mendudukkannya pada klasifikasi papan bawah, ternyata semua itu salah besar dan tidak berdasar. Jadi kalau hari gini masih ada seorang ibu yang mencibirkan bibirnya kepada anak yang berkebutuhan khusus, apalagi dia juga seorang guru, maka ibu itu perlu diperiksa kejiwaannya. Apa lagi yang bersangkutan adalah istri seorang yang berkedudukan khusus di tengah masyarakat.

Kemandirian yang ditampilkan oleh Putri Ariani dalam menjalani hidup, perlu dicontoh oleh kita semua yang selama ini selalu memanjakan anak-anak dengan membiarkan diri ketergantungan kepada fihak lain. Bahkan tidak jarang kita mengeluarkan dana yang cukup besar, bukan untuk membuat kemandirian kepada anak, justru sebaliknya menciptakan ketergantungan baru kepada mereka.

Sekarang tinggal bagaimana pemerintah dapat melakukan evaluasi secara menyeluruh kepada sistem pendidikan kita, dan rekruetmen guru untuk sekolah-sekolah berkebutuhan khusus di masing-masing daerah. Bisa jadi sebenarnya banyak Putri Putri lain yang ada di daerah, tetapi bernasib tidak sebaik Putri Ariani; karena kealpaan orang tua dan disempurnakan oleh kurangnya perhatian Pemerintah Daerah kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus. Lebih memprihatinkan lagi jika mereka dianggap aib oleh keluarga dan beban anggaran oleh pemerintah, sehingga mendapatkan perhatian yang tidak semestinya.

Mereka hanya dibutuhkan manakala ada Pekan Olah Raga, atau lomba-lomba yang bersifat sesaat, tetapi untuk pembinaan, sama sekali kurang mendapatkan perhatian. Sebagai contoh berapa persen anggaran pembinaan dari lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk bidang olah raga, ditujukan kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Bisa jadi anggarannya ada, kegiatannya tidak ada. Atau anggarannya tidak ada,kegiatannya ada. Bisa juga anggaran dan kegiatannya sama-sama tidak ada.

Berkaca dari peristiwa bagaimana kedahsyatan anak bangsa manakala Tuhan menghendaki, apapun kendala yang ada tidak akan menyurutkan datangnya anugerah. Ini merupakan cermin hidup bagi kita yang mau mensyukuri apa yang Tuhan ber. Sebab,  anugerah itu datang atas kehendak Tuhan, bukan maunya kita. Pada batas ini doa dan ridha dalam wujud syukur adalah kunci untuk semuanya. Apa yang dikatakan oleh Sang Ibu dari Sang Juara, “Aminkan semua yang baik-baik dari siapapun, karena ketentuan Allah itu pasti.”.  Penggalan kalimat ini luar biasa daya dorongnya bagi mereka yang beriman.

Ternyata yang menyatakan keterbatasan itu hanya manusia, sementara itu keterbatasan sendiri sebenarnya bentuk lain dari anugerah Tuhan kepada hamba-Nya. Namun tidak semua hamba-Nya mampu melihat esensi dari keterbatasan yang sesungguhnya.

Selamat ngopi pagi.