“Jangan Tutup Sekolah Kami”, Film Dokumenter Duka Lara Anak-anak Desa Moro-Moro
ilustrasi BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Hari Pendidikan Nasional di Lampung pada tahun ini ditandai dengan kehadiran film dokumenter “Jangan Tutup Sekolah Kami”, sebuah potret buram yang menggambarkan perjuangan anak-an...

ilustrasi |
BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Hari Pendidikan Nasional di Lampung pada tahun ini ditandai dengan kehadiran film dokumenter “Jangan Tutup Sekolah Kami”, sebuah potret buram yang menggambarkan perjuangan anak-anak warga Desa Moro-Moro, Kabupaten Mesuji, mendapatkan hak-haknya mengakses pendidikan. Selain tidak mendaapatkan haknya yang semestnya didapat, satu-satunya bangunan sekolah milik mereka pun terancam digusur.
Film dokumenter yang digarap secara indie itu pada 2 Mei 2015 akan diputar secara serentek di puluhan kota di Indonesia. Film dokumenter berdurasi 10 Menit ini adalah karya tiga sineas Muda,Tedika Puri Amanda,Taufan Agustyan dan Miftahuddin.
Miftahudin, sutradara, mengatakan bahwa film dokumenter pendek ini diproduksi dalam waktu yang sangat singkat,pengambilan gambar dilakukan hanya dalam waktu tiga hari.
“Kami memang menargetkan agar film ini bisa diputar serentak pada Hari Pendidikan Nasional,” ungkapnya.
Film yang menggambarkan persoalan pendidikan dasar ratusan anak Desa Moro-Moro, di kawasan Register 45 Mesuji ini hendak menyampaikan pesan bahwa pendidikan adalah hak konstitusional setiap warga negara. Sekolah-sekolah yanga da di wilayah Register 45 terancam tutup karena pemerintah Kabupaten Mesuji tak lagi mengizinkan kelas jauh dengan alasan sekolah yang ada berada di kawasan Hutan Register 45. Padahal, sebelumnya,selama belasan tahun anak-anak di Moro-Moro bersekolah lewat kelas jauh di sekolah yang mereka dirikan secara swadaya tersebut.
“Jarak ke sekolah induk terdekat adalah 10 Km,bayangkan anak-anak harus menempuh jarak sejauh itu hanya untuk bersekolah,” ungkapnya.
Rico Andreas,humas film ini mengatakan sejauh ini lebih dari 50 kota di dalam dan luar negeri yang akan melakukan pemutaran film.”Kami berterima kasih kepada teman-teman jaringan baik di organisasi mahasiswa,komunitas,teman-teman buruh migran yang memberikan apresiasi untuk memutar film ini,” kata Rico.
Hampir semua kota besar di Indonesia akan melakukan pemutaran film ini,sementara eberapa kota diluar negeri yang akan memutar adalah di Kitakyushu Jepang, Ijmuigen Belanda, Bangi Malaysia dan Hongkong,tambahnya.
Lewat film ini,kami tentu berharap pemerintah akan dapat mengambil kebijakan yang tepat agar masa depan pendidikan anak-anak Moro-Moro dapat diselamatkan.