Idul Adha 1436 H: Robohnya Observatorium Kita (2)
Oleh Ma’rufin Sudibyo Peta tinggi Bulan di segenap permukaan Bumi pada saat Matahari terbenam Minggu 13 September 2015 TU. Garis kuning menunjukkan garis nol (garis dimana tinggi Bulan sama dengan nol derajat). Di sebelah barat gari...
Oleh Ma’rufin Sudibyo
Pada Minggu 13 September 2015 TU senja itu tak satupun titik di Indonesia yang memenuhi “kriteria” Imkan rukyat. Sehingga dalam pemaparannya di sidang itsbat penetapan awal Zulhijjah 1436 H, NU menyatakan tak satupun pos rukyat hilaal di bawah jejaring NU yang melaporkan keterdeteksian hilaal. Sehingga bulan kalender Zulqaidah 1436 H pun digenapkan menjadi 30 hari (istikmal) dan 1 Zulhijjah 1436 H bertepatan dengan Selasa 15 September 2015 TU.
Keputusan NU ternyata senada dengan keputusan sidang itsbat penetapan awal Zulhijjah 1436 H Kementerian Agama RI. Hingga saat ini mayoritas ormas Islam di Indonesia dalam forum sidang itsbat telah menyepakati implementasi “kriteria” Imkan rukyat. Khususnya dalam bentuk revisinya semenjak 1432 H (2011 TU). Ormas Islam yang belum menyepakati “kriteria” tersebut, misalnya Persatuan Islam (Persis) yang memilih mengadopsi “kriteria” LAPAN 2009 untuk kalendernya, pada praktiknya selalu senada dengan keputusan sidang itsbat. Atas dasar demi persatuan Umat Islam di Indonesia.
Sebaliknya Muhammadiyah tidak menunggu hasil rukyat hilaal. Muhammadiyah berpedoman pada hisab dengan “kriteria”-nya sendiri, yakni “kriteria” wujudul hilaal. Muhammadiyah tidak menempatkan rukyat hilaal sebagai, katakanlah, advisory bagi hisab. Dengan posisi demikian Muhammadiyah juga berpedoman untuk tidak berpatokan pada hasil sidang itsbat dalam menetapkan hari Raya Idul Adha 1436 H.
Pada Minggu 13 September 2015 TU senja itu sebagian titik di Indonesia telah memenuhi “kriteria” wujudul hilaal. Khususnya Indonesia bagian barat. Dengan menerapkan prinsip naklul wujud, yang telah diadopsi Muhammadiyah semenjak 1433 H (2012 TU), maka meski bagian timur Indonesia belum memenuhi syarat “kriteria” wujudul hilaal namun tetap menjadi satu kesatuan dengan bagian barat Indonesia. Sehingga Muhammadiyah menetapkan bulan kalender Zulqaidah 1436 H hanya berumur 29 hari dan 1 Zulhijjah 1436 H ditetapkannya jatuh pada Senin 14 September 2015 TU.
Dengan situasi demikian dan ditunjang dengan keputusan Menteri Agama RI yang didasari sidang itsbat penetapan awal Zulhijjah 1436 H, maka nampak jelas bahwa hampir semua ormas Islam akan menetapkan hari raya Idul Adha 1436 H bertepatan dengan Kamis 24 September 2015 TU. Hal ini juga yang naga-naganya bakal diputuskan Menteri Agama RI. Sebaliknya Muhammadiyah telah jauh-jauh hari menetapkan Idul Adha 1436 H bertepatan dengan Rabu 23 September 2015 TU.
Dalam situasi seperti ini patut diperhatikan pula bahwa Saudi Arabia menetapkan Idul Adha 1436 H bertepatan dengan Kamis 24 September 2015 TU. Harus digarisbawahi bahwa hari Kamis itu akan bertepatan dengan tanggal 11 Zulhijjah 1436 H dalam kalender Ummul Qura yang digunakan pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sebagai kalender sipil.
Mengingat dengan basis “kriteria” Ummul Qura (yang mirip-mirip dengan “kriteria” wujudul hilaal), sejatinya 1 Zulhijjah 1436 H di Saudi Arabia bertepatan dengan Senin 14 September 2015 TU. Namun, penentuan awal Ramadhan serta dua hari raya di Saudi Arabia tidak berdasarkan atas hisab, melainkan rukyat. Dan jika hasil rukyatnya tidak mendukung, bagi pemerintah Kerajaan Saudi Arabia tidak menjadi persoalan bilamana puasa Ramadhan dimulai pada 2 Ramadhan, atau hari raya Idul Fitri dilaksanakan pada 2 Syawwal, ataupun hari raya Idul Adha bertepatan dengan 11 Zulhijjah.



