Cinta Manusia

Nusa Putra Manusia adalah gejolak, gelombang yang tak pernah henti. Manusia merupakan gerakan yang tak stabil, penuh kejutan, dan tak terduga. Gampang diledakkan emosi, dan dihanyutkan rasa. Rasionya seringkali disandera dan dipunukremukkan oleh em...

Cinta Manusia

Nusa Putra

Manusia adalah gejolak, gelombang yang tak pernah henti. Manusia merupakan gerakan yang tak stabil, penuh kejutan, dan tak terduga. Gampang diledakkan emosi, dan dihanyutkan rasa. Rasionya seringkali disandera dan dipunukremukkan oleh emosi.

Hatinya gampang dibolak-balik jadi kacau balau. Fikirannya mudah berubah-ubah. Sering berjanji, dan kerap mengingkari. Kebanyakan seperti pohon atau bendera, hanya mengikuti tiupan dan dorongan angin. Pendiriannya adalah tanpa pendirian.

Fakta inilah yang menjadi akar semua tragedi manusia. Sungguh, manusia itu rentan. Mudah tergoda dan gampang menyerah. Bila ada yang tegar, kuat, dan konsisten, pastilah hanya sedikit, dan langka.

Begitupun dalam cinta. Ada manusia yang mudah jatuh cinta dan gampang pergi. Jatuh cinta bagai mengggunakan sandal jepit baginya. Jika merasa sudah tak cocok dan tak betah, segera diganti. Bagi mereka cinta adalah sepenuhnya kesenangan dan senang-senang. Bila ada masalah segera pergi. Mereka tak mengenal kata pengorbanan.

Cinta bagi mereka adalah ungkapan selera hedonik. Cinta adalah ungkapan syahwat tak bertepi. Sejatinya ini bukanlah cinta. Tetapi syahwat hedonik yang dikemas dalam bungkus cinta.

Di diskotik, club, karaoke, jalanan, pusat kebugaran, bahkan banyak pusat bisnis, dan hotel transit adalah tempat cinta seperti tumbuh mekar. Para pelakunya bisa siapa saja. Om-om dan para ABG, anak sekolahan, mahasiswa/i, para eksekutif muda, para politisi, para pejabat. Siapa pun yang menjadikan syahwat hedonik sebagai ritual, menyukai cinta ini.

Ada pula yang menghayati cinta sebagai transaksi. Jual beli atau barter. Aku memberi segini dan ini itu, lantas aku dapat apa darimu? Ukuran cinta adalah seberapa banyak kamu memberi (uang dan materi), balasanku akan setara dengan itu.

Tentulah dalam praktiknya tidak seterbuka dan sekasar itu. Romantisme dan keindahan cinta pastilah ikut mewarnai jalinan cinta ini. Namun, dalam tiap kesempatan, ukuran-ukuran material selalu muncul dan menonjol. Bila pemberian atau setoran berkurang, maka rasa cinta bagai dadar telur kurang garam dan tanpa cabe bawang.

Cinta model ini sering berujung pada ritual hedonik. Karena pada dasarnya tujuan utamanya adalah aku “membeli cintamu” untuk dapatkan tubuhmu. Pastilah cinta ini tidak pernah langgeng. Karena transaksi itu cuma soal untung rugi.

Sejumlah orang menjalani cinta sebagai proses sosialisasi. Cinta adalah upaya sadar untuk membangun dan mengembangkan kebersamaan sebagai ujud relasi sosial. Sekaligus proses belajar sosial. Memahami orang lain dan belajar melakukan adaptasi sosial.

Mengembangkan kemampuan untuk merajut jalinan hubungan dalam interaksi dengan sesama. Mengasah keterampilan dan kecerdasan sosial. Menyetem atau menyesuikan rasa kebersamaan, sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain atas keberadaanku sebagai individu yang mampu bersosialisasi, dalam kerangka menerima dan diakui.

Cinta ini bagai cinta remaja awal yang mulai tertarik pada lawan jenis sekaligus mencari kesempatan untuk diakui secara sosial. Cinta benar-benar dihayati sebagai cara berada bersama. Betapa tidak enaknya sendiri dan terisolasi. Dicuekin, pengabaian terasa sangat menyakitkan.

Cinta model ini membuat yang jatuh cinta merasa berketergantungan dan sangat takut membayangkan ditinggalkan. Kesendirian dirasakan sebagai petaka paling menyakitkan. Bagi yang berkepribadian lemah dan peragu, mereka akan takluk dan berani mengorbankan apapun asal jangan ditinggalkan.

Mirip ketergantungan bayi pada susu ibu. Ketergantungan itu membuat si bayi lekat erat pada ibu. Sangat sulit bila harus menyapih. Seringkali si bayi jatuh sakit dan menjadi kurus kering. Tinggal tulang dan kentut. Mereka yang mengalami cinta ini bukan saja anak smu dan mahasiswa tingkat awal. Juga banyak yang usianya telah pantas beranak pinak dan bercucu. Cinta memang aneh. Bisa mempengaruhi manusia dengan cara yang tak terduga.

Ada lagi tipe yang berbeda. Manusia yang mencintai manusia lain, bahkan manusia-manusia lain sebagai cara terbaik untuk mengaktualisasikan diri. Baginya cinta adalah mengunkapkan perhatian, kasih sayang dan kepedulian pada manusia lain. Bisa kepada seorang manusia sebagaimana layaknya hubungan cinta antar manusia. Juga bisa berupa kepedulian pada mereka yang membutuhkan perhatian dan pembelaan seperti kaum dhuafa, anak jalanan, dan orang-orang yang terbuang dalam masyarakat.

Bila cinta itu merupakan cinta antar perempuan dan lelaki, maka penghayat cinta ini bisa tampak sengat mengagumkan. Ia bisa menerima pasangan sungguh apa adanya. Tidak mempersoalkan masa lalunya. Baginya bila ia jatuh cinta maka ia akan memberikan yang terbaik sebagai ungkapan cinta. Ia akan berkorban apa saja jika memang diperlukan. Ia lebih mendahulukan memberikan yang terbaik dan kurang peduli pada reaksi, respon dan balasan sang kekasih. Kebahagiaan sang kekasih adalah yang utama.

Ia juga tak peduli apa kata orang tentang sikap baik dan pengorbanannya. Baginya cinta adalah mengaktulisasikan apa yang diyakini dan dihayatinya sebagai kebaikan yang melekat dalam dirinya agar dirasakan oleh sang kekasih. Pada tingkat tertentu cinta ini bisa meningkat menjadi cinta Platonik. Cinta ideal untuk membahagiakan orang lain. Tak peduli aku menderita karenannya.

Cinta tidak selalu berarti memiliki. Cinta adalah cara terbaik untuk tunjukkan bahwa kebaikan, keyakinan yang bercokol dalam diriku bisa diujudnyatakan dan dirasakan oleh orang yang dicintai. Bahkan siapa pun di luar sana.

Aktualisasi rasa cinta ini tak butuh pengakuan dan penghargaan orang yang dicintai. Utamanya cinta ini mengalir dan mengarah keluar. Dirasakan sebagai anugerah terindah bagi yang dicintai. Anomali cinta muncul jika aktualisasi itu terhambat entah oleh apa dan siapa pun. Paling kurang rasanya seperti pengen buang hajat tetapi tertahan, bahkan kentut pun tak bisa. Sangat tidak enak bagai orang yang ngap, tak bisa bernafas. Terasa berat dan menyesakkan.

Namun cinta tipe aktualisasi diri bukanlah cinta yang berada paling puncak. Ada yang lebih dahsyat. Cinta yang berakar pada spiritualitas. Aku mencintaimu karena Sang Maha Cinta yang menggerakkannya. Bukan karena keinginanku. Ini cinta yang bebas dari intervensi dan keinginan keakuan.

Aku mencintaimu sepenuhnya demi Dia Yang Menciotakan Cinta. Cinta telah cukup bagi dirinya sendiri. Aku tak butuh balasan apapun dari yang dicintai. Aku hanya berharap berkah dari Sang Sumber Cinta.

Aku hanya ingin membermaknakan hidup dan keberadaan serta memekarkan segala kebaikan pada diri setiap insan. Bila aku memilihmu untuk dicintai, itu bukan kemauanku. Aku hanyalah paralon bagi Sang Maha Cinta untuk mengalirkan cinta ini padamu.

Segala yang material dan duniawi tak bermakna dalam cinta ini. Akan kulakukan apapun agar kita semakin mendekat, melekat erat dalam genggaman Sang Maha Cinta.

Cinta tak lain dan tak bukan adalah metamorfosa dari sara iman dalam keindahan dan kesyahduan. Cinta adalah ungkapan syukur atas penciptaan kita. Kita hanyalah percikan rasa cinta dari Sang Maha Cinta yang mengejawantah dalam kebertubuhan manusia darah daging.

CINTA MANUSIA MEMANG TIDAK TUNGGAL DAN SERAGAM.