Republik Ijazah

Oleh: Sudjarwo Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila Suatu siang datang seorang tamu sahabat lama yang dahulu sama sama bekerja “nyambi” jadi konsultan di suatu instansi. Setelah panjang kali lebar bercerita masa lampau, beliau menge...

Republik Ijazah

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Suatu siang datang seorang tamu sahabat lama yang dahulu sama sama bekerja “nyambi” jadi konsultan di suatu instansi. Setelah panjang kali lebar bercerita masa lampau, beliau mengemukakan niat datang untuk bertanya apakah bisa jika dirinya yang tamat sarjana strata satu dan strata dua perguruan tinggi swasta  melanjutkan ke perguruan tinggi negeri untuk mengambil gelar strata tiga.

Pertanyaan itu sontak membuat saya terkesiap, lalu terpaksa mengajukan pertanyaan: untuk apa sekolah lagi di ujung usia begini? Dengan yakin  beliau menjawab bahwa negeri ini masih menghormati ijazah dari pada “jam terbang”. Oleh karena itu, beliau berjaga-jaga mumpung masih ada waktu jika nanti ingin maju menjadi anggota legislatif, gelar yang disandangnya semakin panjang. Waktu dikonfirmasi apakah ijazah yang banyak itu menjadi syarat untuk pilihan jalan hidupnya ke depan? Beliau hanya menjawab dengan nyengir kuda.

Sepulangnya teman tadi, terbayang bagaimana karut marutnya negeri ini: dari kepala negara sampai kepala kampung, berkutat dengan persoalan selembar kertas bernama ijazah. Menjadi lebih seru lagi yang meributkan bukan instansi, tetapi personal. Itu pun karena maksud tertentu yang hanya dirinya dan Tuhan yang mengetahui. Demi lembar ijazah inilah yang membuat orang berbuat apa saja, termasuk menyuap pejabat yang lemah iman, untuk meloloskan keinginannya.

Tentu kita tidak terbayang hanya karena mengejar lembaran ini, seribu jalan ditempuh, dengan bermodalkan rupiah yang tidak sedikit, dan sedikit koneksi dengan pihak yang berkompeten untuk berurusan dengan ijazah. Seolah semua lupa bahwa urusan rezeki itu bukan pada ijazah, akan tetapi pada pemilik kehidupan, yaitu Tuhan penguasa alam. Banyak doktor yang miskin, walau tidak sedikit yang kaya. Tidak kurang pemilik gelar yang panjang, tetapi tidak memiliki pekerjaan, walau tidak sedikit pemilik gelar panjang, pekerjaannya tersibuk di dunia. Banyak mereka tanpa ijazah, tetapi kaya raya, walau tidak sedikit yang punya ijazah juga bergelimang harta.

Ternyata Tuhan tidak mensyaratkan ijazah untuk berbuat baik dan atau untuk menjadi kaya raya. Bukti yang dapat dijadikan pembenaran pemikiran ini adalah tidak ada seorang pun yang ditangkap oleh lembaga antirasuah yang tidak memiliki ijazah. Bahkan yang menandatangani ijazah pun ada di sana. Demikian juga ternyata ijazah tidak berkorelasi dengan perbuatan baik. Ada ulama hebat di negeri ini tidak memiliki selembar ijazah pun dari perguruan tinggi, namun beliau memiliki kapasitas keilmuan yang melebihi guru besar pada bidangnya. Ulama hebat itu pun sering rapat dan berbicara bersama para guru besar yang memiliki lembar ijazah dan gelar yang sangat panjang. Sebaliknya, ada yang baru guru besar untuk diajak rapat saja sulitnya minta ampun untuk hadir karena (sok) sibuk, padahal semua orang mengetahui kesibukannya hanya belanja ke pasar menggantikan peran istri. Sampai sampai mahasiswa mau menghadap untuk konsultasi mengirim pesan WA dibalas setelah pengirimnya lupa.

Beginilah kalau ijazah dimaknai sebagai selembar kertas, berbeda dengan makna hakikinya yaitu: dalam Islam, ijazah mengandung makna yang dalam. Menurut para ahli hadist, ijazah adalah salah satu cara untuk menerima dan meriwayatkan suatu hadist. Dengan kata lain, ijazah lebih dimaknai sebagai pertangungjawaban keilahian yang sampai pada sumberutama, yaitu Rasullulah.

Mungkin belum banyak yang mengetahui, dari berbagai sumber ditemukan ternyata ijazah pertama ditemukan dan diperkenalkan secara formal oleh sebuah lembaga pendidikan atau universitas Islam yang berada di Maroko. Nama lembaga itu Universitas Qarawiyyin yang dibangun oleh seorang muslimah kaya raya yang bernama Fatima al-Fihri. Oleh Unesco juga dinobatkan menjadi universitas tertua dunia merupakan lembaga pendidikan atau institusi resmi yang memberikan ijazah sebagai tanda kelulusan pada murid-muridnya. Tradisi yang berasal dari umat muslim ini pun kemudian mulai diaplikasikan pada universitas di Bologna (Italia) dan Oxford di Inggris yang dibangun pada abad 11 dan 12, bahkan sampai hari ini di seluruh dunia.

Selamat ngopi pagi….