Negeri Sedang Sakit
Oleh: Sudjarwo Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila Syahdan di Negeri Hastinapura, Sang Paduka Raja memerintahkan Patih Sengkuni agar meningkatkan pendapatan negara dengan menaikkan semua pajak. Dengan limpahan pemasukan uang dari p...

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila
Syahdan di Negeri Hastinapura, Sang Paduka Raja memerintahkan Patih Sengkuni agar meningkatkan pendapatan negara dengan menaikkan semua pajak. Dengan limpahan pemasukan uang dari pajak, maka semua petinggi negeri tidak kelihatan gembel karena tidak punya simpanan di bank, kendaraan mewah, dan rumah mewah. Diingatkan pula untuk mencari strategi baru untuk mendapatkan pemasukan. Terserah bagaimana caranya.
Perintah itu didengar oleh Aswatama, anak Pandita Dorna. Sebagai anak cerdas, ia lalu memutar otak. Terbayang di otaknya ada tetangga kampung yang memiliki usaha memberdayakan kelinci. Budidaya kelinci itu didiversikasi dengan usaha sate kelinci dan pupuk dari kencing kelinci. Semua itu tampaknya tidak punya izin. Maka, bergegaslah Aswatama bersama pengawalnya mendatangi lokasi.
Aswatama dengan bahasa penegak hukum menggertak pemilik usaha agar menutup usahanya karena tidak berizin. Negosiasi berjalan alot. Aswatama dengan gagah perkasa memenjarakan pemilik budidaya kelinci tersebut.
Beda lagi dengan Durmogati. Punggawa satu ini lebih cerdas. Walaupun mengalami gangguan bicara, ia mendengar titah raja yang juga abangnya itu dengan menjumpai para pegawai imigrasi. Ia menginstruksikan seluruh pegawai lapangan agar dalam memberikan pelayanan semua kopor warga yang akan masuk ke Hastina harus diperiksa. Semua barang dikenai pajak. Termasuk piala dari suatu perlombaan.
Adipati Kartomarmo yang suka dengan program gawai, lain lagi langkahnya. Ia menyensor semua kata demi kata yang dipakai warga dunia maya dalam berkomunikasi. Jika ada yang tidak menggunakan kata hormat kepada para punggawa kerajaan, maka warga tadi akan dipecat dari pekerjaannya.
Singkat cerita semua adipati melakukan kreativitas sendiri-sendiri, baik dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Yang penting dapat kepeng untuk memenuhi pundi-pundinya. Hanya agar tampak santun, mereka berpesan pada anak istrinya agar tidak pamer di depan umum. Kalau mau pamer kekayaan, mereka disarankan pergi ke negeri tetangga saja, seperti ke Negeri Wirata, Pringgadani, atau ke Amarta. Demikian juga kalau mau membeli barang mewah atau memiliki kendaraan mewah, maka urusan surat menyurat harus menggunakan nama orang lain agar jika ketahuan dan dicek aparat bisa berkelit bahwa itu cuma kendaraan pinjaman.
Negara Hastinapura yang oleh dalang selalu disebut negara “gemah ripah loh jinawi” itu memang para punggawa kerajaannya keren-keren, kaya raya, terutama yang mengurusi keuangan, perpajakan, dan penegakan hukum. Di sisi lain, ternyata rakyatnya selalu merasa waswas karena setiap upaya dan usahanya tidak lepas dari pajak. Jangan berinovasi kalau itu bakal membuat konfrontasi dengan negeri. Karena sehebat apa pun, rakyat tetap rakyat. Negeri Hastinapura hanya perlu rakyat taat pajak. Rakyat harus taat bayar pajak. Petugas pajak boleh nggambleh alias mangkir bayar pajak.
Dalam berperilaku politik pun juga harus hati-hati. Sebab, siapa pun yang berbeda garis politik dengan para punggawa Hastinapura, maka akan di-bully sampai mati. Tidak cukup itu. Sekalipun Negeri Hastinapura memiliki perwakilan rakyat, namun para wakil itu digaji untuk berteriak saja. Tidak untuk mengawal apalagi eksekusi. Teriak sampai kencang, bila perlu kursi meja dilayangkan. Itu hanya untuk konsumsi kamera, sehingga kelihatan Hastinapura negeri demokrasi.
Hastinapura tidak punya punakawan (pembantu para satria) seperti Amarta, karena tugas punakawan itu mengingatkan, sementara para nayakapraja (pejabat kerajaan) Hastinapura tidak suka diingatkan. Jika ada warga yang mencoba berperilaku sebagai punakawan, maka akan dicari kesalahannya untuk dapat diberhentikan jadi rakyat. Jika selama ini dia sudah menyandang status rakyat, maka status itu akan ditinjau kembali. Anehnya, jika apa yang dikataakan itu benar, maka dengan ringan nayakapraja akan bicara standard “Atas nama Hastinapura kami mohon maaf, dan karyawan yang melakukan pelanggaran akan kami beri pembinaan”.
Meskipun penuh dengan ketidakpastian, banyak orang yang senang hidup di Negeri Astinapura. Raja Hastinapura tidak mau tahu apa yang terjadi di tengah-tengah rakyatnya. Semua sudah diserahkan kepada para nayakapraja. Semua atas kendali Patih Sengkuni, orang andalan raja yang tidak bisa mati. Patih Sengkuni akan mati hanya jika kepalanya diadu dengan kepala raja.
Negeri Hastinapura memang dibuat sakit agar para nayakapraja bisa tetap sehat. Sebab, jika negaranya sehat, maka para nayakapraja itu akan sakit.
Selamat melaksanakan ibadah puasa!