Mudik Lebaran Gowes Sepeda 300 Km, Rasa Lelah Riko dan Rizal Terobati Ketika Bertemu Keluarga

TERASLAMPUNG.COM–Dua pemudik asal Serang, Banten, Riko dan Rizal, menunjukkan semangat yang luar biasa memilih mudik berlebaran di Lampung dengan cara berbeda. Bukan naik mobil, angkutan umum atau sepeda motor. Mereka mudik dengan menggowes ali...

Mudik Lebaran Gowes Sepeda 300 Km, Rasa Lelah Riko dan Rizal Terobati Ketika Bertemu Keluarga

TERASLAMPUNG.COM–Dua pemudik asal Serang, Banten, Riko dan Rizal, menunjukkan semangat yang luar biasa memilih mudik berlebaran di Lampung dengan cara berbeda. Bukan naik mobil, angkutan umum atau sepeda motor. Mereka mudik dengan menggowes alias dengan mengayuh sepeda.

Keduanya menempuh perjalanan 300 kilometer atau selama 5-7 jam dengan mengayuh sepeda untuk bisa sampai ke daerah Kemiling, Kota Bandarlampung.

Mudik Lebaran Idul Fitri atau pulang kampung dengan cara gowes mengayuh sepeda sejauh ratusan kilometer dan berhari-hari, mungkin saja terdengar “gila”. Tapi bagi Riko dan Rizal yang merupakan pehobi sepeda atau gowes, tentunya memiliki kesan tersendiri bagi keduanya.

Beban yang dibawa kedua pemudik asal Serang, Banten ini, tidaklah banyak.

Terlihat hanya ada beberapa pakaian, perlengkapan mandi, dan perlengkapan sepeda seperti baterai untuk keperluan penerangan saat perjalanan malam hari yang ditaruh dan diikat pada stang bawah bagian depan sepeda.

Di bagian belakang sepedanya, terdapat oleh-oleh makanan ringan kerupuk kemplang 4-5 bungkus saja yang diikat di atas perlengkapan jas hujan pada bagian belakang sepeda.

Ketika teraslampung.com menemui Riko saat di area kantong parkir khusus sepeda motor di dermaga 2 reguler Pelabuhan Bakauheni, Riko mengaku ia bersama kerabatnya, Rizal, dari Kemiling, Kota Bandarlampung hendak kembali ke Serang, Banten.

“Mau pulang ke Serang, Banten, ini mas. Kemarin saat mudik ke Lampung, saya dan saudara saya ini berangkat dari Pelabuhan Ciwandan dan turunnya di Pelabuhan Wika Beton, Bakauheni. Ya pakai sepeda ini mudiknya ,”kata Riko Jumat (4/4/2025) siang.

Ia mengutarakan, perjalanan mudik lebaran yang dilakukannya dengan cara gowes mengayuh sepeda dari Serang, Banten hingga sampai ke Lampung, menghabiskan waktu selama 5-7 jam.

Tidak tangung-tanggung, perjalanan panjang dan melelahkan ini, ditempuh dengan dirinya selama seharian untuk bisa sampai di kampung halaman di daerah Kemiling, Kota Bandarlampung.

“Jarak yang ditempuh, sekitar 300 kilometer atau selama 5-7 jam. Sesekali istirahat untuk sholat, lalu jika kepergok hujan saat di perjalanan,”ujarnya.

Riko mengaku, mudik lebaran Idul Fitri dengan cara gowes sepeda ini, bukanlah kali pertama dilakukannya, melainkan sudah 4 tahun sejak tahun 2022 mudik lebaran dengan gowes sepeda. Rasa haru bercampur suka cita, dirasakannya ketika bertemu dengan keluarga dan kerabatnya.

Meski harus melewati medan tanjakan, cuaca panas bahkan hujan dengan menempuh jarak ratusan kilometer, tapi tidak menyurutkannya mengayuh sepeda tanpa lelah demi bisa bertemu keluarga dan berlebaran bersama di kampung halamannya di daerah Kemiling, Kota Bandarlampung.

“Sudah 4 kali lebaran saya mudik pakai sepeda. Capek pastinya ya lah, tapi rasa lelah mengayuh sepeda seketika hilang terobati, begitu bertemu sama keluarga di momen lebaran,”jelasnya.

Dikatakannya, ia melakukan perjalan mudik lebaran dengan mengayuh sepeda seorang diri, sementara istri dan anaknya tidak ikut melainkan berlebaran di rumah Serang, Banten.

“Sendiri mudiknya, istri dan anak lebaran di Serang, Banten sama mertua. Kalau lebaran dua tahun sebelumnya, istri dan anak ikut mudik ke Kemiling tapi naik kendaraan umum dan saya tetap gowes sepeda saja mas,”katanya.

Keduanya memilih melakukan perjalanan mudik lebaran dengan cara unik gowes sepeda ini, selain karena hobi, mudik dengan gowes dianggap lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan motor, mobil maupun kendaraan umum.

“Mudik pakai sepeda lebih sehat, nggak kena macet di jalan, irit biaya juga dan bisa menikmati indahnya pemandangan. Ngayuhnya santai aja, ya biar gak kerasa capeknya,”pungkasnya.

Zainal Asikin/Teraslampung.com