Jejak K.H. Ahmad Hanafiah, Komandan ‘Laskar Golok’ asal Lampung yang Baru Saja Ditetapkan Sebagai Gelar Pahlawan Nasional
Zainal Asikin | Teraslampung.com BANDARLAMPUNG — Selain Radin Inten II, satu lagi putra terbaik Lampung mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Tokoh itu adalah K.H. Ahmad Hanafiah, seorang ulama yang juga dikenal sebagai Komandan “Laskar Golok”....

Zainal Asikin | Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG — Selain Radin Inten II, satu lagi putra terbaik Lampung mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Tokoh itu adalah K.H. Ahmad Hanafiah, seorang ulama yang juga dikenal sebagai Komandan “Laskar Golok”.
K.H. Ahmad Hanafiah telah mendarmabaktikan diri dan berjasa besar dalam membangkitkan semangat kepahlawanan, kepatriotan dan perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan negara dan bangsa sampai titik darah penghabisan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), menyetujui gelar Pahlawan Nasional disematkan kepada K.H. Ahmad Hanafiah yang merupakan sebagai tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan RI asal Provinsi Lampung.
Diketahui, selain KH Ahmad Hanafiah dari Lampung, Presiden Jokowi juga telah menyetujui lima tokoh dari berbagai daerah (Provinsi) lainnya di Indonesia yang akan diberikan gelar Pahlawan Nasional.
Beberapa nama tokoh itu adalah M Tabrani (Jawa Timur), Ratu Kalinyamat ( JawaTengah), KH Abdul Chalim (Jawa Barat), Ida Dewa Agung (Bali) dan Bataha Santiago (Sulawesi Utara).
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto membenarkan adanya informasi tersebut.
“Kami sudah dapatkan informasinya dari Kementerian Sosial (Kemensos), usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional asal Lampung atas nama KH Ahmad Hanafiah diterima Presiden,”kata Fahrizal, Rabu (8/11/2023).
Fahrizal mengatakan, pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada K.H. Ahmad Hanafiah berdasarkan pada Surat Militer Presiden nomor: R-09/KSN/SM/GT.02.00/11/2023. Dalam surat itu, juga tercantum nama enam calon penerima gelar Pahlawan Nasional dari berbagai daerah (Provinsi) lainnya di Indonesia.
Dengan disetujuinya usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional tersebut, KH Ahmad Hanafiah menjadi tokoh Lampung kedua yang bergelar sebagai Pahlawan Nasional selain Radin Inten II.
“Lampung, selama ini memiliki satu Pahlawan Nasional yakni Radin Inten II. Sehingga, Gubernur Lampung mengajukan usulan menambah daftar Pahlawan Nasional asal daerah ini (Lampung) yakni KH Ahmad Hanafiah,”ujarnya.
Menurutnya, dengan bertambahnya satu lagi Pahlawan Nasional asal Lampung, tentunya hal ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat di Lampung.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Lampung, Aswarodi, menuturkan usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk KH Ahmad Hanafiah itu, dicetuskan oleh Gubernur Lampung pada 23 Maret lalu.
“Setelah 36 tahun atau sejak tahun 1987, kini kita bisa menambah satu lagi tokoh asal Lampung menjadi penerima gelar sebagai Pahlawan Nasional,”sebutnya.
Menurutnya, penyerahan gelar Pahlawan Nasional KH Ahmad Hanafiah kepada ahli warisnya, rencananya akan dilakukan oleh Presiden Jokowi pada 10 November 2023. Tapi kami belum melihat Keppresnya, sehingga belum bisa memberikan informasi mengenai nomor Keppresnya.
“Penyerahan gelar itu, rencanya bersamaan pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023 besok,”kata dia.
Sejatinya, Pemerintah Provinsi Lampung berkoordinasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos) dan Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres) di Jakarta, telah mengusulkan dua nama tokoh asal Lampung agar mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Kedua tokoh asal Lampung itu adalah, KH Ahmad Hanafiah dan Gele Harun Nasution atau lebih dikenal dengan sebutan Mr Gele Harun.
Jejak Komandan “Laskar Golok” K.H. Ahmad Hanafiah
K.H. Ahmad Hanafiah (Al Fiah), merupakan seorang ulama dan sekaligus pejuang asal Kabupaten Lampung Timur ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dia gugur sebagai syuhada, ketika Belanda menyerang Kamerung di sebuah Hutan di Baturaja arah Martapura, Sumatera Selatan menjelang 17 Agustus 1947.
K.H. Ahmad Hanafiah terlahir dari keluarga santri pada Tahun 1905 dan tercatat sebagai anak dari KH Muhammad Nur, seorang tokoh agama di Kawedanan Sukadana dan juga pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Istishodiyah yang menjadi Ponpes pertama di Provinsi Lampung.
Semasa hidupnya, K.H. Ahmad Hanafiah berjuang mempertahankan kemerdekaan NKRI di tanah Lampung. Ia mendirikan Laskar Hizbullah, sebuah organisasi pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Laskar Hizbullah tersebut, menjadi sebuah wadah pendidikan para militer bagi para santri pada masa itu.
K.H. Ahmad Hanafiah berjuang saat Belanda melancarkan agresi militernya pada tahun 1947 di sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Lampung saat itu masih menjadi bagian Karisedenan Sumatera Selatan.
Saat agresi Belanda tahun 1947, K.H. Ahmad Hanafiah bersama Laskar Hizbullah dan tentara Indonesia melakukan perlawanan terhadap Belanda dalam pertempuran di Kamerung, sebuah hutan yang lokasinya terletak didekat Baturaja ke arah Martapura, Sumatera Selatan.
Di hutan Kamerung itulah terjadi pertempuran hebat antara pasukan Laskar Hizbullah melawan Belanda. Saat pertempuran itu, pasukan Laskar Hizbullah dan Sabilillah hanya bersenjatakan golok. Tentara dan Laskar Hizbullah yang berencana hendak menyerang Belanda di Baturaja telah dibocorkan oleh mata-mata, sehingga pasukan tentara Indonesia mundur dari Martapura.
Sedangkan pasukan Laskar Hizbullah yang tengah beristirahat di Kamerung disergap Belanda dan terjadilah pertempuran hebat. Saat itu, pasukan Laskar Hizbullah banyak yang gugur dan tertawan oleh Belanda.
Sementara KH Ahmad Hanafiah ditangkap hidup-hidup oleh Belanda dan kemudian dimasukkan dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan, Sumatera Selatan. Hingga sekarang , makam K.H. Ahmad Hanafiah tidak diketahui.
K.H. Ahmad Hanafiah diakui sebagai tokoh agama, ulama, pejuang, politisi dan Komandan Perang (Pemimpin Laskar Hizbullah) yang lebih dikenal dengan sebutan “Laskar Golok” karena pada umumnya mereka bersenjatakan golok.
K.H. Ahmad Hanafiah bukan saja sangat dikenal pemberani, tetapi juga ditakuti dan disegani lawan.
Berikut Pendidikan KH Ahmad Hanafiah:
1. Tamat sekolah Guverment di Sukadana pada tahun 1916.
2. Belajar ilmu pengetahuan agama Islam dengan orangtuanya sendiri KH Muhammad Nur dan usia 5 tahun sudah khatam membaca kitab suci Al-Qur’an.
3. Belajar di Pesantren Jamiatul Chair di Jakarta tahun 1916-1919.
4. Belajar di Pesantren Kelantan Malaysia pada tahun 1925-1930.
5. Kuliah di Masjidil Haram Mekkah Saudi Arabia pada tahun 1930-1936.
Selain itu, K.H. Ahmad Hanafiah juga memiliki pengalaman lain di era yang berbeda:
1. Masa penjajahan Jepang, K.H. Ahmad Hanafiah menjadi anggota Sa-ngi-kai Karisedenan Lampung pada tahun 1943.
2. Menjadi ketua Komite Nasional Indonesia Kawedanan Sukadana pada tahun 1945-1946.
3. KetuaPartai Masyumi dan Pimpinan Hizbullah Kawedanan Sukadana, Wedana Kepada Daerah Kawedanan Sukadana.
4. Anggota DPR Keresidenan Lampung tahun 1946-1947.
5. Wakil Kepala dan merangkap Kepala BagianIslam pada Kantor Jawatan Agama Karesidenan Lampung se-Jawa awal tahun 1947.
6. Gugur sebagai syuhada di medan perang dalam upaya merebut kembali kota Baturaja dari agresor Belanda pada malam menjelang 17 Agustus 1947 di fron Kemerung, Baturaja, Sumatera Selatan.