Cita-Cita Jadi Bidan Kandas, Sudarsih Justru Jadi “Bidan Bank Sampah”
TERASLAMPUNG.COM, METRO — Sudarsih, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, memiliki cita-cita mulia menjadi bidan. Meski cita-citanya sebagai bidan itu kandas karena terkendala biaya,...

TERASLAMPUNG.COM, METRO — Sudarsih, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, memiliki cita-cita mulia menjadi bidan. Meski cita-citanya sebagai bidan itu kandas karena terkendala biaya, ibu dua anak berusia 45 tahun ini justru menjadi “bidan bank sampah. Ia setiap hari menangani masalah kesehatan warga terutama terkait dengan kebersihan lingkungan.
Sebagai kader PKK, Sudarsih adalah sebagai penggerak dan pengurus dari Bank Sampah Unit (BSU) PKK ‘Berhias’ di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Sampah yang berasal dari rumah tangga anggota bank sampah ‘Berhias’ tersebut, dikelola secara mandiri dan dipilah sejak dari rumah.
Keberadaan bank sampah PKK ‘Berhias’ di lingkungan RW 06 Kelurahan Rejomulyo, banyak memberikan manfaat bagi warga. Selain dapat mengurangi volume sampah, lingkungan menjadi bersih dan sehat serta dapat dijadikan sesuatu barang yang memiliki nilai ekonomis dan mendatangkan cuan.
“Cita-cita saya memang ingin sekali jadi bidan. Karena orang tua tidak punya biaya, saya urungkan cita-cita itu. Saat lulus sekolah SMK, tadinya saya mau pergi merantau cari kerja. Tapi sama orang tua tidak boleh, akhirnya ketemu jodoh ya sudah langsung nikah saja sampai sekarang ini punya anak dua,”kata Sudarsih sembari tersenyum saat ditemui teraslampung.com di kediamannya.
Dikatakannya, cita-cita menjadi bidan mungkin kandas, tapi Tuhan telah membuka jalan baginya untuk menjadi “bidan bank sampah” di desanya. Melalui tangan terampil dan kerja kerasnya, Ia pun dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Meskipun jalan yang saya lalukan ini bukanlah seperti yang diharapkan, saya sangat bersyukur sekali justru dapat memberikan kontribusi positif untuk lingkungan dan masyarakat,”ucapnya.
Sudarsih menceritakan, bank sampah PKK ‘Berhias’ yang dikelolanya, baru sekitar 2 tahun (2022-2023). Ketertarikannya mengelola bank sampah, bermula dari sosialisasi saat itu namanya Wakuncar (Waktu kunjung cari informasi) melalui kegiatan Dasawisma PKK di Kota Metro.
Dasawisma yang dimaksudkan, yakni kelompok ibu berasal dari 10-15 rumah bertetangga dalam satu lingkungan RT atau RW (Dusun).
“Saat itu Pak Yerri Sekretaris DLH Kota Metro memberikan sosialisasi tentang Arseti (Arisan sedot tinja), kenapa tidak coba buat bank sampah. Dari bank sampah ini, bisa hasilkan uang untuk bayar Arseti setiap bulannya,”kata dia.
Dari sosialisasi itulah, Ia pun langsung menekuni memilah sampah dan mencoba berinovasi untuk mendirikan bank sampah di tempat tinggalnya di RW 06 Kelurahan Rejo Mulyo, Kecamatan Metro Selatan. Sudarsih begitu optimis dan meyakini, bahwa dirinya bisa dan mampu melakukan hal itu.
“Saya selalu optimis dan yakin bisa. Kalau kita bisa, pasti punya kekuatan. Apalagi cari sampah inikan kita tidak harus keliling, yang cari keliling saja bisa kenapa kita nggak bisa. Tinggal duduk milah sampah, setor terus dapat insintif,”kata wanita lulusan SMK Kartika Kota Metro tahun 1996 ini.
Berawal dari Sosialisasi, Menjadi Bidan Bank Sampah
Di sela-sela kesibukannya sebagai petani, Sudarsih mengaku mengikuti pelbagai pelatihan untuk mengelola bank sampah, baik itu yang diberikan oleh tim penggerak PKK Kota Metro, lalu dari Coca Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia sebagai pelaku usaha industri minuman kemasan di Indonesia, Bank Sampah Sahabat Gajah dan lainnya.
“Saat itu saya sosialisasikan ke warga khususnya ibu-ibu, baik kader PKK di Kelurahan, Dasawisma dan majelis taklim. Saya menyampaikan mengenai kesehatan, Purun sehat nopo mboten? (Mau sehat atau tidak?), menawi purun sehat, monggo sareng-sareng lampah (tindak) (kalau mau sehat ayo kita sama-sama berbuat),”ujarnya dengan dialek bahasa jawa krama.
Tidak hanya itu saja, sebagai kader PKK, Sudarsih juga menyampaikan informasi lain yang diperolehnya kepada warga bahwa dari Universitas Indonesia (UI) sudah meneliti kalau di Kota Metro bakteri ekolinya 75 persen. Ia pun merasa khawatir, jika ada warga terkena diare dan lainnya akibat terkena bakteri itu.
“Saya berikan masukan ke warga, pertama Arseti dan kedua bank sampah. Daripada sampah dibuang sembarangan dan tidak berguna, labih baik dikumpulkan, dipilah dan disetorkan karena bisa menambah penghasilan rumah tangga,”tuturnya.
Dikatakannya, apalagi sampah plastik inikan tidak bisa diurai. Kalau dibakar, nanti polusi dan bisa bikin penyakit kanker atau lainnya. Selain itu, Ia juga merasa khawatir akan kesehatan khususnya terhadap anak-anak dimasa mendatang.
Sosialisasi dan Pendataan
Kemudian melalui Wakuncar itulah, lanjut wanita murah senyum ini, dilakukan pendataan melalui program Dasawisma. Pendataannya melalui online, baik itu warga yang mampu dan tidak mampu berlangganan atau tidak dengan sampah, memilah sampah atau tidak. Semuanya tercatat, dan ada disitu.
“Di Kelurahan Rejomulyo ini ada 29 RT dan 7 RW. Untuk pengelola sampah, ada 8 pengurus yang telah dibentuk dan semuanya itu dalam struktur PKK dari Puja 1-4. Kalau dari Dasawisma dilingkungan saya tinggal ini, ada 20 rumah,”kata dia.
Sementara suaminya bernama Sukarman yang kesehariannya bekerja sebagai petani dan memelihara ternak sapi, lanjut Sudarsih, mendukung langkahnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memilah sampah serta menjual hasil daur ulang sampah tersebut.
“Asal mau memilah meski di bank sampah hanya sedikit, tetapi paling tidak bisa memulai mengurangi sampah yang dibuang,”ucapnya.
Mengubah Sampah Menjadi Cuan
Sudarsih mengatakan, warga mengumpulkan dan memilah sampah plastik memiliki nilai ekonomi. Pada akhir bulan, sampah tersebut disetorkan dan ditimbang di bank sampah lalu ditukar dengan uang untuk kemudian dijadikan tabungan warga.
“Uang yang diterima dari hasil penjualan sampah memang tidak langsung diberikan, tetapi dijadikan sebuah tabungan warga. Tabungan bank sampah ini, bisa dicairkan sama pemiliknya,”kata dia.
Semantara pengambilan uang nasabah bank sampah PKK ‘Berhias’ di Kelurahan Rejomulyo ini, biasanya menjelang Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha dan bisa juga dilakukan kapan pun.
“Hasil dari daur ulang sampah ini cukup lumayan sekali, bisa menambah uang lebaran, untuk beli sembako, juga untuk tambahan biaya sekolah anak-anak mereka (nasabah),”ungkapnya.
Mengenai teknis pengambilan sampahnya, kata Sudarsih, warga setor ke pengurus yang sudah ada di masing-masing RW. Meski disetrokan di tiap-tiap pengurus, semua catatannya itu masuk di bank sampah PKK ‘Berhias’ yang dikelolanya. Sementara sampah yang akan disetorkan harus sudah dipilah, sehingga tidak kita buang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Karang Rejo, Kota Metro.
“Warga sudah memilah sampah anorganik memiliki nilai ekonomi seperti kardus, buku, plastik, kaleng, botol plastik, besi, seng, almunium dan lainnya di rumahnya masing-masing. Jadi ketika disetor, sudah terpilah sendiri-sendiri jenis sampahnya,”sebutnya.
Menurutnya, sampah makanan 30 persen, plastik 16 persen, kardus 9 persen dan 30 persen sampah yang lain-lain. Kemudian yang dimanfaatkan, 70 persen sampah anorganik dan organik dibuat kompos dan maggot di BSU Hatim Berseri. Kalau di tempat kami, sampah dari sayuran dijadikan untuk makan ternak sapi dan kambing.
Diakuinya, sejak mengelola bank sampah dua tahun ini (2022-2023), baru ada 100 orang yang aktif menyetorkan sampah ke bank sampah PKK ‘Berhias’ Rejomulyo. Semuanya, tercatat di pembukuan sebagai nasabah bank sampah. Dari 100 nasabah bank sampah tersebut, memang belum semuanya dibuatkan buku tabungan di Bank BNI 46 Kota Metro.
“Baru sekitar 20 nasabah yang sudah memiliki buku rekening Bank BNI, dan 20 nasabah ini untuk satu lingkungan RT. Saldonya, dimasukkan ke dalam tabungan semua. Kalau saya sendiri, pegang tiga RT ada 60 nasabah,”kata dia.
Sementara energi yang mendasari dirinya untuk tetap terus semangat melakukan itu semuanya, karena ingin berbuat baik dan berguna untuk semua orang.
“Karena hidup di masyarakat, maka harus bermanfaat. Pastinya, saya ingin punya tabungan baik di aherat kelak,”ungkapnya.
Hambatan dan Harapan
Hambatan paling mendasar mengurus bank sampah, Sudarsih mengatakan tidak ada. Hanya saja harga yang dijual selalu turun, seperti harga kardus tadinya Rp3.000/kilo sekarang Rp1.800/kilo. Sampah kardus, didapat dari warga yang memiliki warung-warung dan satu bulan dapat sekitar 2 kwintal kardus.
Bank sampah PKK ‘Berhias’ yang dikelolanya ini, masih terus berproses untuk bisa berinovasi dan bisa menjual hasil daur ulang sampah tersebut. Cara seperti ini, ternyata cukup efektif untuk mengedukasi warga tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan ingkungan sekaligus bisa menambah penghasilan rumah tangga.
“Alhamdulilah, tanggapan dari Kelurahan, Ketua RW dan RT serta masyarakat mengenai bank sampah cukup baik dan semuanya mendukung,”kata dia sembari tersenyum lagi.
Dikatakannya, kalau kata orang jawa itu ’Mokal’ atau mustahil, sampah kok bisa mendapatkan uang. Memang benar, sampah ini menjijikkan, bau dan kotor. Tapi begitu setelah dipilah, bisa jadi uang.
Adanya bank sampah ini, lanjut Sudarsih, sebagai upaya membantu Pemerintah Kota Metro dalam mengatasi masalah sampah, dan sarana edukasi warga untuk peduli menjaga kebersihan lingkungan dengan memilah daur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan sebagai barang memiliki nilai ekonomi yang bisa menambah penghasilan keluarga.
“Kegiatan yang sudah berlangsung selama dua tahun ini, harapannya bisa membawa manfaat untuk warga dan menjadi aset penting yang perlu ditingkatkan dan terus dikembangkan lagi,”terangnya.
Pernah Dikunjungi Warga dari Luar Negeri
Ia menambahkan, bahkan ada warga dari negara Nepal India dan Prancis, pernah datang ke tempatnya untuk melihat secara langsung mengenai Arseti (Arisan sedot tinjak) dan bank sampah yang dikelolanya selama ini.
“Orang dari negara luar ini merasa heran, melihat warga disini (Rejomulyo) bayar arisannya pakai sampah,”tukasnya.
Cita-cita Sudarsih menjadi bidan memang tidak tercapai, namun ia justru menemukan passion barunya sebagai bidan bank sampah. Ia berhasil mengelola bank sampah PKK ‘Berhias’ dan mengedukasi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Bank Sampah PKK ‘Berhias’ adalah salah satu upaya yang dilakukan masyarakat Kelurahan Rejomulyo untuk mengatasi masalah sampah. Bank sampah ini juga, telah memberikan manfaat bagi warga baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Melalui bank sampah ini, warga dapat menambah penghasilan dengan cara memilah dan menyetorkan sampah ke bank sampah. Selain itu, bank sampah juga dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPAS (Tempat Pembuangan Akhir Sampah).
Zainal Asikin | Teraslampung.com