Anak Bunuh Ayah Kandung di Lampung Utara, Ini Motifnya
Feaby Handana | Teraslampung.com Kotabumi–Terduga pelaku pembunuhan laki – laki paruh baya (As) akhirnya ditangkap oleh Polres Lampung Utara pada Selasa (15/11/2022). Tersangka dengan inisial En ternyata tak lain adalah anak kandung korba...

Feaby Handana | Teraslampung.com
Kotabumi–Terduga pelaku pembunuhan laki – laki paruh baya (As) akhirnya ditangkap oleh Polres Lampung Utara pada Selasa (15/11/2022). Tersangka dengan inisial En ternyata tak lain adalah anak kandung korban.
Aksi keji En sendiri dilakukannya di sebuah perkebunan kopi di Desa Tanjungbaru Timur, Bukit Kemuning, Lampung Utara. As meninggal dengan luka bacok di bagian leher dan wajah akibat sabetan senjata tajam.
“Terduga pelaku diamankan di Dusun Longsor, Desa Pekurun Barat, Kecamatan Abung Tengah, Lampung Utara,” kata Kapolres Lampung Utara AKBP Kurniawan Ismail, Rabu (15/11/2022).
Penangkapan atas pelaku berawal dari kecurigaan anggotanya yang mendapati adanya orang yang tak dikenal tidur di depan rumah salah seorang warga di sana. Ternyata setelah diselidiki, wajah orang itu mirip dengan foto pelaku.
Kecurigaan mereka kian menguat saat pelaku memberikan pengakuan baru saja menghabisi nyawa ayahnya. Golok yang digunakan untuk membunuh ayahnya telah dikubur olehnya di sebuah perkebunan. Jarak antara lokasi pembunuham dengan barang bukti tersebut sekitar 3 KM.
“Pengakuan pelaku, ia kesal karena dilarang memakan buah – buahan yang ada dinkebun kopi mereka,” jelasnya.
Meski begitu, Perwira Pertama kepolisian ini mengatakan, pelaku diduga kuat mengalami gangguan jiwa. Itu dibuktikan dengan adanya kartu berobat atas nama En dari rumah sakit Jiwa Pesawaran dengan nomor CM 031874. Menariknya, saat menjalani proses pemeriksaan, pelaku terlihat tidak menunjukan gelagat itu.
“Kami masih akan menanyakan kebenaran mengenai soal itu di rumah sakit jiwa tersebut,” kata dia.
Terpisah, pelaku En mengaku, tidak menyesal telah menghabisi nyawa ayahnya. Ia beralasan jika tak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya. Bahkan, sejak kecil, ia selalu dipasung. Kaki dan tangannya selalu diikat rantai. Kekesalannya kian memuncak saat ia dilarang untuk menikah oleh orang tuanya.
“Enggak. Enggak nyesal,” jelas warga Jaya Laksana Kampung Bonglai, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan tersebut.