Soal Korupsi Anies Baswedan, Goenawan Mohammad: Jika Perlu, Yang Dilaporkan ke KPK Itu Saya

TERASLAMPUNG.COM — Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gerah karena ada orang melaporkan dirinya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tuduhan korupsi dalam program Frankfurt Book Fair saat dirinya menjabat sebagai Menteri Pendidik...

Soal Korupsi Anies Baswedan, Goenawan Mohammad: Jika Perlu, Yang Dilaporkan ke KPK Itu Saya
Goenawan Mohammad (Foto: Istimewa)

TERASLAMPUNG.COM — Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gerah karena ada orang melaporkan dirinya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tuduhan korupsi dalam program Frankfurt Book Fair saat dirinya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Ia gerah karena tidak merasa menilap uang program. Ia pun menilai bahwa laporan ke KPK itu sangat merugikan dirinya karena dilakukan saat ia melenggang ke putaran kedua Pilgub DKI dengan elektabilitas yang terus naik.

Di mana sebenarnya peran Anies dalam program Frankfurt Book Fair di Jerman itu? Budayawan Goenawan Mohammad memberikan penjelasan yang gamblang. Menurut bos Tempo dan Presiden Komisaris Jawa Pos grup itu, kalau ada yang perlu dilaporkan terkait korupsi program Frankfurt Book Fair itu bukanlah Anies, tetapi dirinya.

Berikut ini catatan budawayan Goenawan Mohammad terkait Frankfurt Book Fair dan Ihwal Pelaporan Anies Baswedan ke KPK dengan tuduhan korupsi:

ANIES DAN FRANKFURT BOOK FAIR
— Catatan Goenawan Mohamad

Soal Frankfurt Book Fair Hari-hari ini, saya dengar ada orang yang melaporkan Anies Baswedan ke KPK dengan tuduhan korupsi ketika Indonesia hadir sebagai “negeri kehormatan” di Frankfurt International Book Fair.

Saya adalah Ketua Komite Nasional untuk acara besar selama 2014-2015 di Frankfurt, Leipzig, Bologna dan London itu. Maka jika ada yang perlu dilaporkan ke KPK, itu adalah saya, bukan Anies Baswedan. Bukan karena saya mau pasang badan buat Anies, yang bukan pilihan saya untuk pilkada kali ini. Tapi karena tak adil bagi dia.

Keputusan Indonesia untuk bersedia diminta jadi “negeri kehormatan” ditandatangani bukan oleh Anies Baswedan, melainkan oleh Menteri sebelumnya, Moh. Nuh. Juga besarnya anggaran disiapkan dan diajukan di masa Moh. Nuh.

Anies melanjutkan agenda ini, dan saya senang bekerja bersama dia: saya memimpin team profesional, dia aparat Kementerian. Hasilnya bisa dilihat dari kesaksian dan liputan media terkemuka Jerman. Bahwa sampai ada orang melapor hal ini, tanpa menelaah kejadiannya lebih dulu, membuat saya sedih dengan pilkada ini.

Siasat fitnah dan kabar bohong yang dulu diarahkan ke Capres Jokowi kini ditujukan ke Anies — dan sebelumnya ke Ahok, yang karena fitnah harus diproses di pengadilan. Bahkan hari ini Ahok difitnah ikut terima suap dalam kasus E-KTP.

Saya sedih dengan pilkada ini. Begitu banyak kebencian dilontarkan, tak mau tahu bahwa ini hanya cara memilih orang yang kita kontrak untuk mengurus kota selama paling lama lima tahun.

Jika fitnah dan kebencian diteruskan, apa lagi dengan mengobarkan sentimen agama dan etnis, sehabis ini kehidupan politik macam apa yang akan menyertai kita?

Luka hati. Perpanjangan saling curiga. Dan kepercayaan yang rusak berat kepada proses demokrasi.