Seni Rupa Lampung Semakin Berwarna
Teraslampung.com, Bandarlampung — Di sebuah pondokan di pelataran kompleks wisata Sumur Putri Putri, Bandarlampung, Sabtu, 3 Mei 2025 para perupa Lampung asiyk menyeruput secangkir kopi. Ada pula yang menikmati nasi bungkus dan pempek. Dari tem...

Teraslampung.com, Bandarlampung — Di sebuah pondokan di pelataran kompleks wisata Sumur Putri Putri, Bandarlampung, Sabtu, 3 Mei 2025 para perupa Lampung asiyk menyeruput secangkir kopi. Ada pula yang menikmati nasi bungkus dan pempek. Dari tempat mereka duduk, sayup-sayup terdengar suara air terjun di seberang jalan.
Itulah momen pembuka hari sebelum kami bersama-sama merayakan kebersamaan dengan perhelatan melukis bareng dalam rangka Bulan Menggambar Nasional 2025.
Dengan kebersamaan semacam itu, seni rupa semakin asyik diperbincangkan. Para perupa bisa mengolah rasa, keseimbangan, bersosialisiasi, dan berinteraksi. Interaksi fisik seperti itu sama halnya dengan proses membuat karya, rasa keseimbangan komposisi ruang, komposisi warna, dan pemilihan simbol untuk menghasilkan karya terbaik.
Kebersamaan itu direncanakan akan terus berlanjut. Andri Sugiarto, perupa Lampung, mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat ini tepatnya pada 10 Mei 2025 mendatang Forum Perupa Lampung berencana akan menggelar Obras (Obrolan Santai). Dalam Obras tersebut digelar diskusi seputar seni rupa di Kompleks Wisata Sumur Putri Kota Bandarlampung mengangkat tema “Merespons Dana Indonesiana) yang digulirkan oleh Kementerian Kebudayaan pada 5 mei 2025 di kanal youtube Indonesia TV. Kegiatan OBRAS itu menindaklanjuti diskusi para perupa Lampung pada 3 Mei 2025 lalu di tempat yang sama.
Pada diskusi 3 Mei 2025 lalu hadir kurang lebih 15 perupa Lampung dan kurator seni rupa. Antara lain Joko Irianta (kurator), Damsi Tarmizi (perupa, Dewan Kesenian Lampung), Allmizar, Zuhdan Naufali, Andri Sugiarto (mewakili komunitas anak-anak punk), dan Wiwid Hermanto (penggrafis).
David menyampaikan pengantar diskusi dengan memaparkan tentang manajemen sebuah pameran yang ideal dan masa seni rupa di Lampung dan Indonesia.
Joko Irianta mendedah tentang kekaryaan, tentang bagaimana karya-karya kaligrafi pada umumnya disandingkan dengan karya-karya yang lain seperti karya realisme, surialisme, dekoratif, abstrak, dan kontemporer.
Pada diskusi itu muncul usulan, ada baiknya para perupa Lampung membentuk sebuah komunitas atau kelompok tertentu. Kelompok-kelompok itu selanjutnya bisa menggelar pameran kelompok. Hal itu dulu pernah terjadi di Lampung, yaitu dengan lahir dan eksisnya Kelompok 5. Kelompok 5 kala itu terdiri atas Pulung Swandaru, Ari Susiwa Manangisi, Joko Irianta, Atuk, dan Indra Wilmar. Kelompok 5 sudah membuktikan berperan untuk seni rupa Lampung.
Damsi Tarmizi dari Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Lampung (DKL) menyampaikan komitmen lembaganya sebagai fasilitator dan katalisator seni rupa di Lampung.
“Komite Seni Rupa DKL siap memfasilitasi siapapun yang ingin pameran tunggal dengan bantuan 2 juta rupiah dengan dikerjakan bareng-bareng oleh seniman Lampung,” kata Damsi.
Damsi sangat optimistis seni rupa Lampung akan kembali berjaya jika perupanya selalu mendukung dan bekerjasama untuk kemajuan seni rupa Lampung.
Andri Sugiarto, salah satu pelukis sekaligus muralis Lampung, mengatakan pameran seni rupa harus punya sistem dan terogranisir dengan baik.
“Saya sangat berharap Wisata Sumur Putri bisa menjadi pusat seni rupa Lampung. Aktivitas seni rupa bisa dilakukan di sini. Kita bisa berdiskusi dan menggelar workshop melukis di Wisata Sumur Putri,” katanya.
David, Kurator Seni Rupa dan Perupa Lampung