Pembunuhan Sadistis: Seminggu Buron, DN Tidur di Mushala SPBU Natar dan Metro

Zainal Asikin/Teraslampung.com BANDARLAMPUNG – Tersangka DN (17) yang juga masih berstatus pelajar ini mengakui, bahwa dirinya ikut terlibat pembunuhan terhadap korban Dwiki Dwi Sopian (17) pelajar SMKN 2 Bandarlampung. Sebelum melarikan diri p...

Pembunuhan Sadistis: Seminggu Buron, DN Tidur di Mushala SPBU Natar dan Metro
DN (17) satu dari lima pelajar tersangka pembunuh Dwiki Dwi Sopian (17) saat akan diperiksa di Polresta Bandarlampung, Minggu (13/3/2016).

Zainal Asikin/Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG – Tersangka DN (17) yang juga masih berstatus pelajar ini mengakui, bahwa dirinya ikut terlibat pembunuhan terhadap korban Dwiki Dwi Sopian (17) pelajar SMKN 2 Bandarlampung. Sebelum melarikan diri pada Senin (7/3/2016) malam, paginya ia sempat pergi ke sekolah  terlebih dahulu. Setelah mengetahui mayat Dwiki ditemukan warga, barulah ia melarikan diri.

“Ya saya kabur dari rumah pada senin malamnya, saya pergi tidak membawa apa-apa. Jadi saya pergi gitu saja begitu dengar mayatnya Dwiki ditemukan,”kata DN di hadapan petugas dan awak media, Minggu (13/3/2016).

Dikatakannya, saat pergi itu, ia menumpang kendaraan mobil yang melintas. Lalu ia berhenti dan turun di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di daerah Natar, Lampung Selatan. Lalu ia memutuskan tidur di mushala SPBU tersebut.

“D itempat itulah awalnya saya bersembunyi. Keesokan harinya, saya pergi lagi ke daerah Metro naik mobil omprengan,”ucapnya.

Sesampainya di Metro, kata DN, lalu ia kembali bersembunyi dengan tidur di mushala SPBU Metro. Menurutnya, selama dalam pelarian itu, ia merasa dihantui rasa bersalah karena ikut terlibat melakukan pembunuhan terhadap Dwiki.

“Karena rasa bersalah itu, saya pulang ke rumah. Bersama kedua orang tua, saya datang ke kantor polisi untuk menyerahkan diri,”ungkapnya.

Prarekonstruksi pembunuhan siswa SMKN 2 Bandarlampung, Dwiki Dwii Sopian, di sampung Lapangan Saburai Bandarlampung, Sabtu (12/3/2016).

DN mengaku, pada saat malam kejadian pembunuhan, ketika itu ia sedang nongkrong bareng KRF. Kemudian KRF, mengajak dirinya pergi ke daerah Saburai, Enggal, Bandarlampung.

“Saat diajak KRF itu, saya tidak tahu kalau KRF sudah ada niat mau membunuh Dwiki,”ujarnya.

DN juga mengakui, pada saat pembunuhan Dwiki, ia ikut memegang tangan dan menyekap Dwiki di rumah paman KRF di Jalan ZA Pagar Alam, Labuhan Ratu Kedaton, Bandarlampung. Di situlah Dwiki dibunuh dengan 107 tusukan.