Ini Penyebab Utama RSU Ryacudu Lampura Ditinggal Pasien

TERASLAMPUNG.COM, Kotabumi–Meskipun sempat dibantah, namun fakta Rumah Sakit Umum ‎Daerah H.M. Ryacudu, Lampung Utara ditinggal pasien ternyata memang benar adanya. Pasien yang dirawat di sana dapat dihitung dengan jari sekarang ini. Pantauan d...

Ini Penyebab Utama RSU Ryacudu Lampura Ditinggal Pasien

TERASLAMPUNG.COM, Kotabumi–Meskipun sempat dibantah, namun fakta Rumah Sakit Umum ‎Daerah H.M. Ryacudu, Lampung Utara ditinggal pasien ternyata memang benar adanya. Pasien yang dirawat di sana dapat dihitung dengan jari sekarang ini.

Pantauan di lokasi, Rabu (2/11/2022), sejumlah ruangan terlihat kosong tak berpenghuni. Kalaupun ada, jumlah pasiennya hanya satu atau dua orang saja di sejumlah ruangan. Ruangan – ruangan itu di antaranya ruangan anak (kosong), ruangan bedah (kosong), ruangan kebidanan (beberapa pasien), ruangan VIP C (dua orang), ruangan penyakit dalam (satu orang).

Menariknya, kondisi ini ternyata telah berlangsung cukup lama. Berawal dari kosongnya persediaan obat di sana. Penyebabnya tak lain karena utang obat yang tak terbayar pada tahun 2021 silam. Persoalan utang obat sendiri santer terdengar sejak Mei 2021 lalu.

“Sekarang ini sudah sedikit lebih baik kondisinya karena sudah mulai ada pasien walau belum banyak,” kata ‎sumber tepercaya Teraslampung.com, Rabu (2/11/2022).

Ia mengatakan, kondisi ini telah berlangsung cukup lama dikarenakan kekecewaan masyarakat yang kesulitan mendapatkan obat saat berobat di sana. Akibatnya, jumlah pasien terus menurun drastis. Bahkan, pernah sama sekali tidak ada pasien yang menjalani perawatan di sana.

“Selain itu, dokter – dokter spesialis juga kerap tidak masuk. Mungkin ada hubungannya dengan tidak adanya persediaan obat kala itu,” jelasnya.

Di sisi lain, Direktur RSUD H.M.Ryacudu Lampung Utara, Aida Fitriah Subandhi mengakui bahwa jumlah pasien di RS yang dipimpinnya saat ini sangat sedikit. Meskipun telah berangsung membaik, namun jumlahnya hanya berkisar antara 20 – 50 pasien saja. Semua itu disebabkan oleh pelbagai permasalahan yang terjadi di RSUDR.

Pelbagai permasalahan itu adalah utang obat yang berujung kurangnya pasokan obat, kondisi fisik bangunan, konflik internal mengenai jasa pelayanan, dan kebijakan dokter spesialis yang kerap merujuk pasien untuk berobat di tempat lain. ‎Persoalan – persoalan tersebut membuat kepercayaan masyarakat pada RS yang dipimpinnya menjadi menurun.

“‎Akibatnya, RS ini menjadi sepi pasien. Syukurnya, sekarang kondisinya perlahan sudah membaik. Meski enggak banyak, tapi jumlahnya sudah ada peningkatan,” tutur dia.

Aida mengakui jika mengembalikan kepercayaan masyarakat yang terlanjur hilang itu tidak mudah. Namun, pihaknya akan terus berjuang semaksimal mungkin agar mendapatkan kembali kepercayaan publik. Caranya dengan menjalin komunikasi yang intensif dengan pemkab dan legislatif, menyediakan obat – obatan yang diperlukan, menetapkan skala prioritas anggaran, dan pembenahan internal.

“Semoga dengan langkah – langkah tersebut, kepercayaan publik akan kembali‎ terbangun sehingga RS ini dapat kembali seperti semula kondisinya,” katanya.

Feaby Handana