Dorong Revitalisasi Dewan Kesenian dan Desa Wisata, Akademi Lampung Lakukan Safari Budaya ke Tiga Kabupaten 

Dorong Revitalisasi Dewan Kesenian dan Desa Wisata, Akademi Lampung Lakukan Safari Budaya ke Tiga Kabupaten 

Teraslampung.com — Akademi Lampung kembali melaksanakan Safari Budaya pada Kamis dan Jumat (4–5/12) dengan mengunjungi tiga titik penting: Kotabumi (Lampung Utara), Liwa (Lampung Barat), serta desa wisata budaya Tenumbang (Pesisir Barat). Kunjungan ini bertujuan memperkuat pembangunan berbasis kebudayaan serta mendorong revitalisasi lembaga kesenian di daerah.

Dorong Pengaktifan Kembali Dewan Kesenian Lampung Utara

Di Kotabumi, rombongan Akademi Lampung beraudiensi dengan Bupati Lampung Utara Hamartoni di rumah dinasnya. Pertemuan turut dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ketua Dewan Kesenian Lampung Utara Nani Rahayu, serta sejumlah pengurus, termasuk Juhardi Basri.

Akademi Lampung hadir melalui Ketua Anshori Djausal, Sekretaris Iwan Nurdaya Djafar, dan anggota Khaidarmansyah.

“Selama lima tahun terakhir Dewan Kesenian Lampung Utara tidak aktif. Karena itu, kami menyarankan agar pemerintah daerah kembali mengaktifkannya melalui dukungan dana hibah,” ujar Sekretaris Akademi Lampung, Iwan Nurdaya Djafar.

Bupati Hamartoni menyambut baik usulan tersebut. Ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjalankan pembangunan berbasis kebudayaan, termasuk rencana penyelenggaraan festival wisata budaya di kawasan Way Rarem.

Ketua Akademi Lampung, Anshori Djausal, menambahkan bahwa Lampung Utara memiliki potensi budaya kuat yang dapat menjadi basis pembangunan daerah. “Diperlukan sarasehan budaya untuk mempersamakan visi dan arah pengembangan wisata budaya,” ujarnya.

Mendorong Penguatan Anggaran Kebudayaan di Lampung Barat

Safari Budaya berlanjut ke Kabupaten Lampung Barat. Rombongan bertemu Staf Ahli Bupati, didampingi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata, staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta pengurus Dewan Kesenian Lampung Barat (DKLB).

Ketua Harian DKLB, Richard Sambera, menjelaskan bahwa lembaga tersebut telah berjalan tiga tahun terakhir. “Dana hibah memang belum besar, tetapi kami memanfaatkannya untuk kegiatan yang memberi dampak langsung kepada masyarakat,” katanya.

Ketua Akademi Lampung, Anshori Djausal, mengusulkan agar dana hibah bagi DKLB ditingkatkan. Sementara anggota Akademi Lampung, Khaldarmansyah, menyoroti pentingnya politik anggaran yang lebih berpihak pada kegiatan kebudayaan.

Dalam kesempatan itu, Sekretaris Akademi Lampung Iwan Nurdaya Djafar juga menyinggung pentingnya pelestarian warisan sastra Lampung Barat. Ia membawa manuskrip sastra wayak karya Ahmad Syafei (Kukuk Kedok 1933) sepanjang 137 bait, serta koleksi 35 nyanyian Lampung Belalau Gaya Populer. “Warisan budaya ini akan saya serahkan kepada Dewan Kesenian Lampung Barat,” ujar Iwan.

Tenumbang: Desa Wisata Budaya dengan Aktivitas Lintas Generasi

Pada Jumat (5/12), rombongan mengunjungi desa wisata budaya Tenumbang di Pesisir Barat. Pertemuan berlangsung di sanggar seni milik Richard Sambera, yang selama ini menjadi pusat aktivitas seni bagi anak-anak hingga orang tua. Hadir pula para tetua adat, kepala desa, dan pengurus Dewan Kesenian Pesisir Barat, Elly Darmawanti.

Tenumbang sebelumnya menjadi tuan rumah Ngejalang Festival, sebuah festival budaya bertema silaturahmi. Menurut Richard, sanggar yang ia kelola rutin mengadakan latihan seni hadrah pada malam hari dan bahkan menarik minat wisatawan mancanegara. Lokasinya yang strategis dekat Pantai Mandiri dan Tanjung Setia—dua destinasi unggulan olahraga selancar—serta kawasan arung jeram menambah daya tarik desa tersebut.

Safari Budaya juga meninjau Museum Ruang Tamu yang menampilkan koleksi pedang, keris, topeng sekura, baju zirah, tapis, dan kain sinjang miwang yang digunakan penutur hahiwang. “Museum ini idealnya dikembangkan menjadi Museum Budaya yang lebih besar dengan koleksi yang lebih lengkap,” kata Iwan.

Akademi Lampung Serahkan Buku untuk Daerah

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, Akademi Lampung menyerahkan sejumlah buku kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Barat. Buku-buku tersebut meliputi Lampung Tempo Doeloe, Reproduksi Lukisan Anshori Djausal, Toponimi Bandarlampung, dan Toponimi Sumatra Bagian Selatan.

Safari Budaya ini menegaskan komitmen Akademi Lampung dalam memperkuat ekosistem kebudayaan di daerah serta mendorong kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesenian, dan masyarakat.