Minggu, Jamaah An Nadzir Sudah Rayakan Lebaran

GOWA, Teraslampung.com – Ratusan jamaah An Nadzir mamadati lapangan di kebun sawit area kompleks Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian, Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka untuk mengikuti salat Idul Fitri 1435 hijriah yang diyakini 1 Syawal 1435 Hijriah...

Minggu, Jamaah An Nadzir Sudah Rayakan Lebaran
Jamaah An- Nadzir (dok msn)

GOWA, Teraslampung.com – Ratusan jamaah An Nadzir mamadati lapangan di kebun sawit area kompleks Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian, Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka untuk mengikuti salat Idul Fitri 1435 hijriah yang diyakini 1 Syawal 1435 Hijriah jatuh pada Minggu (27/7/2014).

Sejak pukul 06.00 Wita para jamaah ini sudah terlihat berbondong-bondong menuju pusat salat ied dari perkampungan mereka yang berada di sekitar danau Mawang, desa Mawang kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.

Ada pula yang terlihat datang menggunakan sepeda motor, mobil mau pun rombongan yang berasal dari luar perkampungan ini.

Di lapangan ini juga jamaah perempuan dan laki-laki berpisah. Sementara jamaah anak-anak ditempatkan di belakang. Sedangkan bocah perempuan terlihat berada disamping ibunya masing-masing.

Setelah dijelaskan tata cara salat Ied, dibacakan juga ceramah seragam dari Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo.Pimpinan Jamaah An Nadzir ustaz Lukman A Bakti bertindak imam salat ini.

Dikabarkan sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1435 H. Sesuai hisab Hakiki wujudul hilal yang dipegang Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Idul Fitri tahun ini jatuh pada 28 Juli 2014, atau sama dengan pedoman dari pemerintah.

Wakil Ketua Majelis Tarjih Bidang Teknologi, Umar Faturahman menyampaikan ada dua kali perbedaan awal Ramadan dan dua kali Syawal (Lebaran) selama 10 tahun ke depan. Perbedaan itu karena metode atau cara menentukan 1 Ramadan atau 1 Syawal berlainan.

“Kalau metode tidak berubah, penetapan 1 Ramadan akan berbeda pada 2018 dan 2024. Sedangkan untuk Syawal di tahun itu sama, artinya berbarengan,” katanya dalam keterangan pers di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.

Sementara untuk penetapan 1 Syawal selama 10 tahun ke depan juga diprediksi ada dua perbedaan. Perbedaan pertama pada tahun 2019 dan tahun 2023. Perbedaan itu tidak terjadi pada penetapan 1 Ramadan di tahun tersebut.

Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas meminta perbedaan itu tidak perlu dijadikan alat untuk saling mengolok-olok. Sebab, dengan perbedaan itu harus lebih ditingkatkan keimanan pribadi masing-masing kepada Sang Pencipta.

“Perbedaan tidak boleh memecah belah umat, kita tetap harus bersatu dalam menjaga kerukunan meski ada perbedaan pandangan,” kata Yunahar. (jpnn/waspada)