Matematika Calon Kepala Daerah

Oyos Saroso H.N. “Kalau kamu bukan calon petahana, kaya raya, dan dibandari oleh cukong besar yang nekat dan nyaris tanpa perhitungan, jangan coba-coba mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Apalagi kalau elu nggak pandai matematika (bacaa: me...

Matematika Calon Kepala Daerah

Oyos Saroso H.N.

“Kalau kamu bukan calon petahana, kaya raya, dan dibandari oleh cukong besar yang nekat dan nyaris tanpa perhitungan, jangan coba-coba mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Apalagi kalau elu nggak pandai matematika (bacaa: menghitung uang dan untung-rugi).”

Itulah nasihat Parto Klete ketika Karto Celeng minta doa restu dan dukungan, menjelang Karto Celeng mendaftarkan diri ke KPU untuk maju pada pilkada di Kabupaten Pohon Preh.

Karto Celeng terkesiap. Tapi ia tak bisa memprotes gurunya. Ia cuma diam. Ia juga hanya diam saja dan mulut seperti terkunci ketika Mang Wel Geduwel mengambil pulpen dan sebuah buku tulis. Dalam tempo kurang lima menit, Mang Geduwel sudah selesai bikin oret-oretan.

Ongkos Pilkada bagi Calon Kepala Daerah:

1. Membeli perahu = Rp 5 miliar x 3 perahu = Rp 15.000.000.000
2. Biaya survei = Rp 200.000.000 x 3 kali survei = Rp 600.000
3. Biaya pembuatan dan pemasangan alat peraga kampanye = Rp 2.000.000.000
4. Honor saksi di semua TPS = Rp 100.000 x 13.000 TPS = Rp1.300.000.000
5. Honor Anggota Tim Sukses = Rp 5.000.000.x 50 orang saja = Rp 250.000.000
6. Biaya Pengamanan suara dari TPS ke PPK hingga KPU = Rp 2.000.000.000
7. Biaya Kampanye, pencitraan, entertainment, dll  = Rp 5.000.000.000
8. Honor pengacara (jika terjadi sengketa pilkada) = Rp 1.000.000.000
…..

“Bagaimana? Apakah kamu sudah siapkan semuanya? Berapa banyak uangmu? Berapa banyak sertifikat tanahmu? Berapa gajimu saat ini? Berapa banyak cukongmu siapkan dana? Bagaimana cara kamu mengembalikan uang cukong?” Parto Klete.

“Ingatlah Karto,” kata Parto Klete,”kamu baru saja terpilih jadi wakil rakyat. Jangan buru-buru ingin jadi orang besar dan bernafsu menggenggam dunia ketika modalmu belum cukup.”

“Tapi kesempatan tidak datang beberapa kali,Kang,” Karto Celeng berusaha menyela.

“…dan kamu yakin, ini kesempatanmu? Kami yakin bakal menang jika bisa menyiapkan modal besar?”

Karto Celeng terdiam.

“Ingatlah, Karrto. Maju dalam pilkada itu bukan hanya seperti judi, tetapi juga seperti bermain halma dan mempraktikkan Matematika. Kalau kamu salah langkah, maka kamu akan langsung tumbang dan susah bangun lagi. Ilmu matematikamu harus diasah betul. Jika tumpul, dengkulmu akan babak bundhas!” kata Parto Klete,

“Bayangkan,” kata Parto Klete. “Begitu kamu ditetapkan sebagai calon kepala daerah, maka kamu harus mundur sebagai anggota legislatif. Uang yang kamu pakai untuk nyalon, tidak semuanya milikmu. Kalau kamu menang, mungkin kamu bisa membayarnya dengan proyek ini-itu. Kalau kamu keok, maka kamu bisa lari keliling kabupaten tanpa baju dan celana….”