Puntadewa Si Raja Berdarah Putih
Oleh: Sudjarwo Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila Tatkala diberi informasi bahwa produksi darah putih berlebihan oleh dokter ahli setelah membaca hasil pemeriksaan darah di laboratorium, seketika jadi ingat akan tokoh pewayangan b...

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila
Tatkala diberi informasi bahwa produksi darah putih berlebihan oleh dokter ahli setelah membaca hasil pemeriksaan darah di laboratorium, seketika jadi ingat akan tokoh pewayangan bernama Puntadewa. Tokoh pewayangan ini merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.
Puntadewa adalah titisan Bathara Darma. Ia mempunyai watak, sabar, ikhlas, percaya atas kekuasaan Tuhan, tekun dalam agamanya, tahu membalas budi dan selalu bertindak adil dan jujur. Ia juga terkenal pandai bermain catur. Setelah Pandawa berhasil membangun negara Amarta di hutan Mertani, Puntadewa dinobatkan sebagai raja negara Amarta bergelar Prabu Darmakusuma. Ia juga bergelar Prabu Yudhistira karena dalam tubuhnya menunggal arwah Prabu Yudhistira, raja jin negara Mertani. Raden Puntadewa memiliki watak sadu (suci, ambeg brahmana), suka mengalah, tenang, sabar, cinta perdamaian, tidak suka marah meskipun harga dirinya diinjak-injak dan disakiti hatinya. Oleh para dalang ia digolongkan dalam tokoh berdarah putih dalam pewayangan bersama Begawan Bagaspati, Antasena dan Resi Subali sebagai perlambang kesucian hati dan dapat membunuh nafsu-nafsu buruknya.
Kita tinggalkan sementara si raja berdarah putih. Lalu bagaimana jika manusia berdarah putih? Ini pertanyaan fakta atau hakikat. Jika pertanyaan fakta, berarti itu wilayah ilmu pengetahuan. Jawaban singkat yang bersumber dari honestdocs adalah: Sel darah putih diproduksi dari sel multipoten yang terdapat di sumsum tulang atau disebut juga sel induk hematopoietik. Leukosit dapat ditemukan di seluruh tubuh, termasuk jaringan ikat, sistem getah bening (limfatik), dan sistem peredaran darah.
Urusaan yang satu ini biarkan teman teman kedokteran yang mendalaminya. Lalu bagaimana pada wilayah hakikat? Ini menjadi menarik karena sebenarnya tidak mungkin ada manusia berdarah putih semua tanpa darah merah, dan tidak juga mungkin manusia berdarah merah semua tanpa darah putih. Lalu apa persoalannya ? Ternyata ada pesan yang tersembunyi di sana; yaitu bahwa Tuhan menciptakan dunia dan isinya dengan pola keseimbangan sempurna, salah satu bentuknya adalah memberikan pasangan dari masing masing makhluknya.
Kombinasi pasangan sempurna itu kalau dicermati, ternyata ada pesan moral di sana, yaitu: manusia (baca:makhluk) ciptaan-Nya selalu diberi tugas untuk menjaga keserasian dalam perbedaan, apapun bentuknya. Karena dinamika sempurna yang diakibatkan oleh perbedaan itu, seolah menjadi motor penggerak bahkan berkolaborasi untuk mendinamisasi kehidupan ini tetap hidup dan terus hidup.
Masing-masing tentu saja memiliki sifat kelemahan bawaan dan keunggulan bawaan. Namun perlu disadari bahwa kelemahan lain ditutupi oleh keunggulan lainnya, dan keunggulan lain diingatkan ada sisi kelemahan yang memerlukan pihak lain untuk menyempurnakannya dengan cara mengisinya. Itulah kesempurnaan sistem keilahian; maka kita sangat dianjurkan untuk selalu menjalin silaturahmi, walau hanya sekedar ucapan salam. Apalagi sekarang sangat dipermudah dengan adanya media sosial.
Jika ini ditabalkan pada lambang Prabu Puntadewa, sekalipun tokoh ini diberi label bijaksana, rendah hati dan masih banyak lagi sifat sifat luhur lainnya sebagai manisfestasi berdarah putih; namun sisi gelap darinya adalah suka berjudi. Sampai sampai negaranya, untuk beberapa versi pewayangan istrinyapun dijadikan taruhan judi. Maksud yang dikandung dalam babad cerita ini adalah tidak ada makhluk yang sempurna, karena kelemahannyalah yang menyempurnakannya sebagai makhluk.
Kelemahan yang paling lemah yang itu dimiliki mahluk Tuhan dan sering tidak disadari adalah berharap; terkadang sering terbersit dalam hati adalah berharap sesuatu, padahal itu mungkin bukan untuk kita. Imam Ghazali mengatakan segala sesuatu yang ditakdirkan untukmu akan sampai kepadamu, meskipun jaraknya jauh lebih dari dua gunung di mukamu, tetapi segala sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk mu, tidak akan sampai padamu; sekalipun jaraknya sedekat dua bibirmu. Untuk itu sebaiknya kita berdoa: ” Ya Allah jagalah hatiku dari berharap kepada sesuatu yang tidak ditakdirkan dan dituliskan untukku…”
Dengan demikian, kita tidak akan dan tidak pernah akan menolak ketentuan keilahian yang sudah digariskan; beberapa kelompok sufi menyebutkan mengosongkan diri dari apapun kecuali hanya asma Allah. Inilah kelompok berdarah putih dalam pengertian sesungguhnya dalam sisi hakekat. Apa pun yang dijumpai, dialami, dirasakan; sejauh itu sudah di luar spectrum usaha dan doa, maka itu adalah wilayah keilahian. Oleh karenanya jika sudah sampai pada wilayah ini, hanya kepasrahan diri total kepada Sang Pemilik Hidup yang dapat kita lakukan; walaupun hal ini bersifat sangat personal.
Kelemahan berikutnya adalah mendoakan dan memuji (yang tulus tanpa maksud lain) orang lain; yang ini banyak diantara mahluk yang bernama manusia sangat pelit untuk melakukannya. Justru yang paling mudah dan meluncur dari mulut adalah merendahkan dan mencelah kelemahan atau kekurangan orang lain. Menjadi aneh lagi jika ada orang mendoakan atau memuji orang lain dengan tulus, justru menjadi tertawaan karena tampak aneh dimatanya.
Semoga kita menjadi manusia “berdarah putih” dalam makna hakiki, bukan sesuatu yang profan dan sumir; karena jika itu yang kita perbuat, maka sebenarnya kita mengingkari eksistensi diri sebagai makhluk ciptaan manusia yang tidak sempurna, karena ketidaksempurnaan kitalah yang menyempurnakan kita sebagai manusia ciptaan Sang Pemilik Hidup.
Selamat ngopi pagi.