Kopi Pagi: Tentang Kota dan Alam
Asarpin* Francis Bacon konon pernah mengatakan: “hanya dengan terlebih dulu mematuhi alam manusia dapat menguasainya”. Patuhi, lalu kuasai. Inilah dua hal yang sampai kini selalu melekat dalam perbincangan mengenai kota, budaya dan alam. ...

dengan terlebih dulu mematuhi alam manusia dapat menguasainya”. Patuhi, lalu kuasai.
Inilah dua hal yang sampai kini selalu melekat dalam perbincangan mengenai
kota, budaya dan alam. Dimulai dengan
tunduk dan patuh akan hukum alam, para pemikir perkotaan dituntut untuk selalu
memulai setiap kegiatan dengan mengingat rambu-rambu yang digariskan oleh hukum
alam itu.
Akan tetapi, hanya sejauh ia sudah mengamati dan memikirkan alam. Tanpa itu, ia
tidak tahu apa-apa dan tidak dapat berbuat banyak untuk menguasai alam semesta
yang mahaluas ini.
tentang betapa ketat sesungguhnya rambu-rambu yang ditancapkan sang ilmuwan agar
orang tidak dengan gampang menguasai alam. Ini senada dengan kalimat monogami
dalam perkawinan yang begitu ketat membatasi orang untuk menikah lebih dari
satu istri dan dibolehkan dengan kalimat “jika kamu bisa berbuat adil” yang
nyaris mustahil itu.
berubah menjadi yang mungkin, dan lambat-laun menjadi halal. Terutama ketika ia
jatuh ke tangan penafsir yang sempit, penafsir yang telah kehilangan kearifan. Begitu
pula mengenai jagat raya. Sebagai agen penafsir atas alam, watak dan
kepentingan orang berbeda-beda. Maka peringatan “hanya dengan terlebih dulu
mematuhi alam” baru kemudian manusia bisa “menguasainya”, dilanggar dengan
sewenang-wenang.
terkenal yang sering dikutip namun satu penggalan pendek. “Pengetahuan
manusia itu sendiri adalah kekuasaan”. Mengapa pengathuan adalah kekuasaan?
Karena, seperti pernah diingatkan Karlina Supelli, ketidaktahuan akan sebab sesuatu dapat
menggagalkan efeknya. Karena Alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan
mematuhinya; dan apa yang di pikiran adalah sebab, di dalam praktek merupakan
kaidah”.
dibentuk oleh jejaring hubungan dan kepentingan, yang memungkinkan masyarakat
suatu zaman serta kepekaannya akan hal-hal tertentu mengenali adanya tatanan
berbeda di belakang gejala.
merupakan lawan pertarungan abadi manusia, melainkan kodrat dirinya yang
menciptakan sebuah kawasan tak-sadar. Jauh di bawah kesadaran rasional yang
sedemikian dibanggakan para Cartesianis, dan yang diyakini sebagai satu-satunya
elemen yang membedakan manusia dari alam, diam-diam bersembunyi kekuatan ampuh
yang tak masuk ke dalam analisis rasional: the unconscious.