Ujung Doa, Ujung Lidah
Ujung doa adalah harapan dikabulkannya permohonan. Sementara ujung lidah adalah penguar kata-kata yang berhambur dari hati dan isi pikiran. Doa tidak harus diucapkan, tapi muaranya sama: mohon untuk dikabulkan. Orang suci atau maling berdasi pastilah...

Ujung doa adalah harapan dikabulkannya permohonan. Sementara ujung lidah adalah penguar kata-kata yang berhambur dari hati dan isi pikiran.
Doa tidak harus diucapkan, tapi muaranya sama: mohon untuk dikabulkan.
Orang suci atau maling berdasi pastilah pernah berdoa. Orang makmur maupun orang miskin juga pernah berdoa. Orang gendut dan kerempeng, bujang jangkung atau setengah tinggi juga sesekali berdoa.
Semua ujungnya sama: mohonlah kiranya Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengabulkan doa-doa yang sudah dipanjatkan.
Seperti pidato, doa juga bisa menjelma upacara: seremoni, kebiasaan yang diorganisir, dan terkadang menjemukan. Misalnya adalah doa panjang mengiba-iba pada siang yang terik di lapangan luas sebelum upacara (upacara betulan) hari besar selesai digelar.
Jamaknya doa, permohonan kepada Sang Pencipta biasanya dengan menghadirkan hati, dengan segenap perasaan. Kita akan disebut otaknya bergeser alias sinting dan perlu dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol atau Rumah Sakit Jiwa Kurungan Nyawa di Lampung jika berdoa sambil cengengesan.
Doa tulus hanya disampaikan oleh hamba yang merasa sangat kecil, hina dina, dan cuma setitik debu di mata Allah SWT.
Sebelum nyawa pecat dari badan kita harus terus berdoa: dalam diam, dalam tiap tarika napas.
Doa tak perlu dipamerkan. Apalagi cuma pamer silat lidah yang memercikkan metraliur kata-kata yang menyakiti hati orang lain.
Oyos Saroso HN