Esai
Festival Teater Pelajar dan Usaha Menyelamatkan Peradaban
Teater Palapa, SMAN 3 Bandarlampung dalam lakon Pinangan karya Anton Cheko...
Sop Buntut, Kesepian, Puisi
Frieda Amran Pada suatu hari di musim dingin, aku membuat sop buntut. Suami da...
Masha & The Bear dan Cara Rileks Melihat Drama di Senayan
Oleh Alexander GB Satu minggu sebelumnya, ketika Robert Koplak sedang menikmati ...
Mempertanyakan Puncak Identitas Manusia Indonesia
Oleh Taufik Wijaya BANYAK orang Indonesia yang kaya. Baik kaya dengan cara...
Politik itu Indah
Conie Sema Politik itu indah. Kita-kita saja yang salah menafsirkannya dengan u...
Menunggu RSUD Way Kanan Membuat Masyarakat Tersenyum
Gatot Arifianto* Gelantung mendung di langit Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung...
Posisi Puisi, Posisi Esai
Maman S Mahayana* Ketika jurnalistik berhadapan dengan tembok kekuasaan, sast...
Heboh ‘Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’: Sast...
ESAI Sunardian Wirodono* Mengkritisi sebuah buku, apalagi buku kebudayaan (sastr...
Lampung, Upaya Memaknai Sebuah Tanda
Djadjat Sudradjat* LAMPUNG adalah sebuah tanda. Tanda tentang sebuah provinsi y...
Mitos dalam “Rumah Kawin”-nya Zen Hae*
Esai Oyos Saroso H.N. SEPERTI tercatat dalam nujuman, pada Kamis Wage, tanggal 1...
Dongeng Usai Subuh Pengantar Bangun Tidur
Sunardian Wirodono Syahdan pada suatu waktu, menurut sahibul jamil dkk., datangl...
Menolak Sekte Sastra*
Oyos Saroso H.N. Seperti Ahasveros yang ditolak di setiap pintu, kritik sastra ...
Lakon Panembahan Reso, Ajaran Asta Brata, dan Indonesia
Oleh Oyos Saroso H.N. Rendra pada 10 November 1997 menyampaikan pidato kebudayaa...