Perpustakaan Rp100 Miliar, Kereen!

Gunawan Handoko* Awal Desember 2015 lalu beberapa teman dari media menghubungi saya untuk meminta tanggapan terkait pernyataan Gubernur Lampung yang akan membangunan gedung Perpustakaan senilai 100 miliar. Konon, perpustakaan nantinya akan lebi...

Perpustakaan Rp100 Miliar, Kereen!
Gunawan Handoko*
Awal Desember 2015 lalu beberapa
teman dari media menghubungi saya untuk meminta tanggapan terkait pernyataan
Gubernur Lampung yang akan membangunan gedung Perpustakaan senilai 100 miliar.
Konon, perpustakaan nantinya akan lebih megah di banding perpustakaan milik
Pemerintah Provinsi Riau. 
Secara kebetulan, saat itu saya masih dalam suasana
berkabung atas berpulangnya ibunda terkasih, sehingga saya memilih untuk tidak
bicara dulu. Untuk mengurangi rasa kecewa, teman-teman saya persilahkan untuk
menghubungi sahabat Eni Amaliah, S.Ag., SS., MA., ketua Pengurus Daerah Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI) Provinsi Lampung. Saya tidak tahu persis apa
kelanjutannya.
Pagi ini saya membaca berita di
sebuah harian lokal Lampung, bahwa pernyataan Gubernur Lampung untuk
membangunan gedung perpustakaan tersebut bukan hanya wacana. Upaya panjenenganipun Mas M. Ridho Ficardo untuk meningkatkan minat
baca dengan membangun the best library
di Indonesia itu pun dikebut. Para pembantu Gubernur mulai melakukan pengkajian
dan pemantapan, untuk mewujudkan impian tersebut. Jujur saja, saya salah satu
diantara sekian banyak pemerhati minat baca yang merasa wajib bersyukur atas
rencana tersebut. 
Rasanya sangat lucu sebuah provinsi yang memiliki visi dan
misi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sementara tidak didukung dengan
gedung perpustakaan yang memadai. Kalaupun ada, lokasinya sulit untuk dijangkau, seperti yang ada saat ini. Dan hampir semua gedung perpustakaan yang
dibangun oleh Pemerintah saat ini tidak diminati pengunjung. Selain lokasinya
yang jauh dari pusat keramaian, koleksi bukunya pun sangat minim. Itulah
sebabnya, selama 2 tahun berturut-turut, yakni tahun 2009 dan 2010, saya (baca
: KMBI lampung) pernah berbuat ’nekad’ untuk mengadakan pameran buku skala
nasional dengan judul ”Lampung Sejuta Buku”. Tidak kurang dari 120 penerbit
dari pulau Jawa ikut andil pada pameran yang berlangsung selama 10 hari di GOR
Saburai Bandar Lampung. 
Awalnya saya berpikir bahwa kegiatan tersebut akan
mendapat sambutan dari satuan kerja yang membidangi pendidikan, program
menumbuhkan minat baca juga ada di satuan kerja tersebut. Ternyata dugaan saya
salah, bahkan proposal yang diajukan ke Dinas Pendidikan Provinsi Lampung
(waktu itu) ditolak dengan alasan tidak ada anggaran. Beruntung, saya berhasil
meyakinkan Bang Oedin, Gubernur Lampung waktu itu,bahwa pameran yang kami
laksanakan bukan kelas iwil-iwil,
penerbit yang mengikuti pameran juga bukan penerbit kacangan. Alhasil, Bang Oedin siap untuk hadir dan membuka Pameran
Buku tersebut dan siap mem-back up kekurangan
dana.
Di balik rasa bangga atas rencana
pembangunan Gedung Perpustakaan, saya masih sedikit khawatir apakah para
pembantu Pak Gubernur benar-benar komitmen 
(khususnya yang punya tanggungjawab dengan program pendidikan dan
menumbuhkan minat baca) ; harus disadari bahwa menumbuhkan minat baca tidak
cukup dengan program kunjungan perpustakaan atau peringatan Hari Aksara yang
hanya dilaksanakan sekali dalam 1 tahun. Perlu dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan dengan melibatkan elemen-elemen yang memiliki komitmen dan
kepedulian terhadap dunia pendidikan. 
Memang, berbicara tentang rendahnya
kualitas pendidikan selalu saja seperti mengurai gulungan benang kusut. Maka
pilihan yang paling arif bagi kita adalah untuk bersikap sportif bahwa setiap
orang pasti mempunyai keterlibatan dalam permasalahan ini. Masing-masing pihak
harus tumbuh ‘minat’ secara sungguh-sungguh untuk mengurai gulungan tali yang
kusut tadi. Maka tergambar oleh kita bahwa bicara masalah pendidikan bukanlah
semata menekankan pada konteks ‘hasil’, namun lebih menekankan pada sebuah
perjalanan luar biasa yang selama ini kita sebut sebagai ‘proses’. Proses yang
bernama pembiasaan, proses yang bernama pembelajaran dan proses yang
menyimpulkan pada sebuah tantangan besar.
Barangkali inilah saatnya untuk
berbuat menuju perubahan di era kepemimpinan Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo.
Merubah pemikiran kita semua bahwa menjadikan pendidikan yang berkualitas
kepada bangsa ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Setiap dari kita dapat mulai
berbuat sesuai dengan peran masing-masing, untuk selanjutnya bersinergi. 
Bila
perubahan yang kita lakukan demi untuk kemaslahatan anak bangsa, kenapa harus
ragu dan takut? Pemerintah juga tidak perlu curiga yang berlebihan manakala ada
elemen dan lembaga masyarakat yang memiliki niat tulus untuk bekerjasama dan
bersinergi demi suksesnya program. Dengan melibatkan elemen masyarakat di dalam
proses perencanaan, siapa tahu ada hal positif yang bisa dipetik, termasuk
konsep-konsep pengelolaan guna mewujudkan perpustakaan yang representatif,
bukan hanya gedungnya yang megah dan berkesan agung adiluhung. 
Dengan alokasi
anggaran sebesar 100 miliar, jika direncanakan dengan baik maka boleh jadi
perpustakaan di Provinsi Lampung bukan hanya terbaik di Indonesia, tapi di
ASEAN. Mengapa tidak? Sebagai pembanding, perpustakaan Graha Tama Pustaka
Yogyakarta yang ’hanya’ menelan biaya Rp. 72,5 miliar dan telah diresmikan pada
bulan Desember 2015 lalu bisa menjadi perpustakaan terbesar di Asia Tenggara.
Dengan dana Rp72, 5 miliar itu pihak perencana dapat melengkapi dengan bioskop 6
dimensi (6D), sehingga pengunjung dapat menikmati dan merasakan sensasi yang
berbeda karena saat film di putar, ke lima panca indera penonton dapat
menikmati efek dari adegan demi adegan dalam film. 
Selain itu, dilengkapi pula dengan
ruang bercerita untuk anak, ruang teater, ruang audio visual serta fasilitas
pendukung sepereti tempat berjualan makanan dan fasilitas lainnya. Yang menarik
lagi, perpustakaan yang terletak di jalan Bangun Tapan Yogyakarta dan bersebelahan
dengan Gedung JEC tersebut nampak gagah dan kokoh dengan tampilan 4 pilar yang
berdiri tegak menjulang tinggi ke atas***.

*Ketua Harian Komunitas Minat Baca Indonesia KMBI Provinsi Lampung