Perlukah Pintu Akses Kampung Baru – Unila Ditutup ?
Ketika kemarin saya melintasi jalan ke arah kampung baru atau tepatnya di depan stm negeri terbentang sebuah spanduk bertulis “Masyarakat Kampung Baru Menolak Keras Penutupan Jalan Kampung Baru”. Saya jadi teringat berita surat kabar bebe...

Ketika kemarin saya melintasi jalan ke arah kampung baru atau tepatnya di depan stm negeri terbentang sebuah spanduk bertulis “Masyarakat Kampung Baru Menolak Keras Penutupan Jalan Kampung Baru”. Saya jadi teringat berita surat kabar beberapà waktu lalu terkait rencana menata ulang pintu masuk unila melalui akses kampung baru.
Adapun alasan dari pimpinan Unila adalah untuk mengurangi serimgnya terjadi pencurian yang disinyalir keluar melalui pintu arah Kampung Baru. Disampaikan, Pemerintah Kota Bandarlampung akan memperlebar Jalan Abdul Muis yang selanjutanya masuk melalui Jalan Sumantri Brodjonegoro.
Buat saya pribadi, keberadaan rel kereta di wilayah Kampung Baru mempunyai arti tersendiri. Saya teringat hampir disetiap universitas di Jepang dan di berbagai universitas besar, termasuk UI, selalu membuka akses yang seluas-luasnya ke arah stasiun kereta. Saya pikir akan lebih baik apabila justru kita mengkaji pembuatan stasiun kereta Unila.
Keberadaan stasiun Labuhan Ratu yang kurang maksimal dapat menjadi opini kita kepada pjka dan pemerintah kota agar memindahkannya menjadi stasiun unila. Dengan keberadaan stasiun tersebut akan memberikan akses baru bagi mahasiswa kita yang tentunya dengan biaya lebih murah.
Rencana pelebaran Jalan Abdul Muis saya pikir perlu dipertimbangkan dengan masak-masak. Perlu dikaji dengan lebih intensif berapa besar max-flow yang mungkin dapat dilakukan. Dengan demikian kita akan dapat melihat apakah jalan tersebut nantinya akan depat menampung beban masukan dari wilayah kampung baru dan sekitarnya.
Dengan dibatasinya akses Kampung Baru, praktis akses melalui pintu utama akan meningkat tajam. Kita masih melihat banyaknya warung tenda yang disertai parkir kendaraan. Kondisi ini tentu saja akan membuat terjadinya bottle neck jalan tersebut. Upaya menempatkan satpam di jalan pintu masuk saat ini memang membantu. Namun demikian, perlu pemikiran serius ketika memang kebijakan tersebut dilakukan.
Keberadaan Unila bagi masyarakat kampung baru juga sangatlah strtegis. Sebagian besar masyarakat sini bergantung dari keberadaan mahasiswa. Mereka berdagang; membuka restoran, menjual.berbagai kebutuhan mahasiswa serta.bisnis kos-kosan. Sehingga tidaklah.mengherankan apabila mereka akan menolak kebijakan tersebut.
Terakhir kita memang perlu memberikan solusi kepada rektor dan jajarannya untuk mengurangi pencurian kendaraan. Saya pikir ada dua solusi yang mungkin dilakukan. Pertama, membangun area parkir kendaraan motor satu pintu di satu termpat. Selanjutnya bisa disiapkan beberapa bus yang berputar diarea kampus. Saya pikir area dekat perpustakàan masih mungkin dibangun gedung parkir dengan beberapa tingkat.
Kedua, dibuatkan pintu otomatis dengan akses kartu dan dengan pengawasan satpam disemua pintu masuk dan keluar unila. Dengan demikian akses keluar masuk kendaraan ke unila dapat terkontrol.
Semoga kita dapat berdiskusi untuk membangun unila yang kita cintai.
Admi Syarif,
Bandarlampung