Damar Ajak Masyarakat Lampung Pilih Pemimpin yang Berkomitmen Majukan Perempuan
TERASLAMPUNG.COM — Kurang dari satu bulan ke depan warga Lampung akan menentukan pilihan Gubernur dan wakil gubernur juga bupati dan wakil bupati.Terkait hal itu, Lembaga Advokasi Perempuan Damar mengajak warga Lampung untuk memilih pemimpin ke...
TERASLAMPUNG.COM — Kurang dari satu bulan ke depan warga Lampung akan menentukan pilihan Gubernur dan wakil gubernur juga bupati dan wakil bupati.Terkait hal itu, Lembaga Advokasi Perempuan Damar mengajak warga Lampung untuk memilih pemimpin ke depan yang mempunyai komitmen untuk memajukan perempuan Lampung.
Alasan untuk memilih pemimpin yang memiliki komitmen untuk memajukan perempuan Lampung diungkapkan manager program Damar Sofiya Hadi, Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indoesia pada Desember 2017, Lampung menjadi salah satu dari 10 daerah prioritas stunting di Indonesia dan hal ini menunjukkan bahwa Lampung rawan persoalan gizi.
“Dari hasil penelitian Damar ada 3 masalah mendasar penyebab stunting di daerah ini. Pertama Rendahnya pengetahun tentang makanan Bergizi, Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA), kedua kemiskinan dan beban kerja perempuan yang sangat berat, dan terakhir persoalan ketidakadilan gender kerap menimpa perempuan yang mengalami Kehamilan,” jelas Sofiyan Hadi, dalam rilisnya, Senin (28/5/2018).
Melihat fenomena tersebut, pada pilkada serentak ini lembaga advokasi perempuan Damar mengajak gubernur dan wakil gubernur maupun bupati dan wakil bupati terpilih harus memiliki komitmen mengatasi masalah gizi perempuan dan stunting dengan melahirkan Kebijakan dan anggaran untuk meningkatkan pengetahuan dan pemenuhan gizi perempuan dan perempuan muda.
“Rendahnya pendapatan keluarga miskin menyebabkan mereka tidak mampu membeli pangan bergizi. Sedangkan beban kerja yang sangat berat merupakan akibat dari pembagian kerja yang tidak adil antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga,” katanya.
Konsekwensinya, kata Sofiyan, perempuan tidak dapat mempersiapkan makanan bergizi karena sudah kelelahan dan tidak ada waktu.
Dikatakannya, persoalan ketidakadilan gender kerap menimpa perempuan yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD); Berbagai prasangka dan stigma negatif dilekatkan kepada perempuan KTD sehingga mereka “malu” memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas.
“Harus diakui bahwa stigma negatif tersebut tidak hanya dari masyarakat tapi juga dari pemberi layanan, sebagaimana terungkap dalam penelitian. Realitas ini tentu sangat membahayakan kesehatan dan gizi, ibu dan anak yang dikandungnya,”katanya.
Penyebab utamanya dari semua problemi itu, kata Sofiyan, adalah minimnya pemahaman dan kesadaran mengenai seksualitas, serta otonomi perempuan terhadap tubuhnya.
“Ketidaktahuan mengenai tubuh, seksualitas dan berbagai hal yang berhubungan dengan itu, sangat umum terjadi. Sementara pendidikan di sekolah tidak menjawab masalah tersebut. Maka,gubernur dan wakil gubernur maupun bupati dan wakil bupati terpilih harus memiliki komitmen mengatasi masalah gizi perempuan dan stunting dengan melahirkan kebijakan dan anggaran untuk meningkatkan pengetahuan dan pemenuhan gizi perempuan dan perempuan muda,” tandasnya.
Dandy Ibrahim







