Akronim, dari TBC Hingga Sepilis

Asarpin* Salah satu kelebihan orang Indonesia, kata seorang teman,  selalu membuat akronim. Jika perlu semua sebutan yang panjang-panjang dicarikan akronimnya. Misalnya kita sangat mengenal akronim TBC, tapi yang dimaksud bukan lagi penyakit...

Akronim, dari TBC Hingga Sepilis
Asarpin*
Salah satu kelebihan
orang Indonesia, kata seorang teman, 
selalu membuat akronim. Jika perlu semua sebutan yang panjang-panjang
dicarikan akronimnya. Misalnya kita sangat mengenal akronim TBC, tapi yang dimaksud bukan lagi penyakit dalam yang dulu
banyak membunuh orang. Ada lagi akronim Sepilis, yang juga bukan jenis penyakit. 
Akronim TBC
dan Sepilis mengalami perkembangan dan
pergeseran makna sedemikian rupa
sehingga keduanya kini tak lagi terkait dengan jenis penyakit yang menggerogoti tubuh. Namun makna baru dari kedua akronim ini tak kalah  menyakitkan bagi orang yang diberi label TBC
dan Sepilis. Di lingkungan pengajian keagamaan, sebutan TBC dan Sepilis jadi
bahan pembicaraan yang mengasyikkan di antara para jamaah. Kalau tidak jeli
kita bisa terkecoh ketika pak ustad menyebut dua nama itu.
Di  kalangan 
Muhammadiyah, kata TBC sudah sangat terkenal karena selalu
diulang-ulang setiap kesempatan.
Bagi mereka TBC adalah penyakit  keagamaan
yang harus diwaspadai. Bahkan salah satu alasan berdirinya organisasi
Muhammadiyah seabad lampau itu, adalah untuk memberantas TBC.
Tentu saja kita bangga mendengar sebuah organisasi keagamaan di
tanah air yang mau memberantas TBC. Tapi kita bisa terkecoh ketika yang dimaksud TBC bukan penyakit
menular. TBC adalah sebuah akronim dari takhayul, bid’ah dan khurafat. Sebuah
akronim yang agak aneh dan lucu. Ponakan saya protes karena huruf c pada
akronim TBC itu tidak nyambung dengan khurafat. Kecuali kalau ditulis churafat.
Tapi sejak kapan khurafat ditulis churafat?
Walaupun lucu, untuk kepentingan tertentu,  apalagi yang
ideologis sifatnya, akronim yang salah dan tidak kreatif tetap
saja dipaksakan karena laku.  Benar dan salah, kreatif dan tidak kreatif,
tak pernah jadi perhatian si pengguna. Yang penting akronim itu akrab dan
dengan cepat disambut khalayak.
Sekarang ini, TBC mulai jarang
dipakai sejak muncul istilah baru,  yaitu
Sepilis.
Ini juga sebuah akronim yang bisa membuat orang tersinggung. Sepilis
dipopulerkan oleh majalah Sabili. Dan
kalau tidak salah, majalah Sabili-lah
yang mengenalkan istilah Sepilis sebagai sindiran atau hujatan atas
orang-orang  yang dianggap berpikiran
liberal dan sekuler. Sepilis adalah singkatan dari sekularisme, pluralisme,
liberalisme. Akronim Sepilis sangat politis. Jika anda gandrung pada pemikiran
sekuler, plural dan liberal, maka anda akan dibilang terjangkit Sepilis.
Akronim itu sudah tersebar luas tak hanya di kota-kota besar.
Beberapa bulan yang lalu saya pulang kampung ke dekat Teluk Semangka dan
mendengar orang membicarakan Sepilis di mesjid. 
Di lingkungan PKS dan Muhammadiyah, istilah ini juga sangat terkenal.
Banyak buku yang sengaja diterbitkan untuk mengulas masalah Sepilis. Penerbit
buku Islam seperti Al Kautsar di
Jakarta, termasuk yang berjasa menyebarkan akronim ini.
Akronim adalah
senjata ampuh untuk menyindir,
meledek dan mencemooh. Ia menjadi sebuah
gejala perlawanan yang sengaja diproduksi dan disebarluaskan untuk kepentingan
ideologis, walau pun perlawanan jenis ini terkesan asal keren.

*Esais