‘Unverified Information Society’

Alois Wisnuhardana Kasus beras yang sekarang lagi ramai dibicarakan itu, makin menegaskan bahwa warga sekarang ini hidup dalam suatu kumpulan masyarakat yang saya sebut sebagai unverified information society (masyarakat informasi tak terperiksa). Mod...

‘Unverified Information Society’
Ilustrasi

Alois Wisnuhardana

Kasus beras yang sekarang lagi ramai dibicarakan itu, makin menegaskan bahwa warga sekarang ini hidup dalam suatu kumpulan masyarakat yang saya sebut sebagai unverified information society (masyarakat informasi tak terperiksa).

Model masyarakat semacam ini, dibentuk oleh suatu lautan informasi yang mengombang-ambingkan mereka dari satu sikap yang satu ke sikap yang lain, pilihan yang satu ke pilihan lain, tergantung dari informasi yang mereka kunyah atau terima.
Hari-hari ini, informasi yang mereka kunyah bersumber dari media sosial dan pengantar pesan instan.

Atas setiap pesan yang masuk di kepala, mereka tak pernah atau enggan memeriksanya lagi, atau bahkan sekadar memverifikasinya secara sederhana. Bisa melalui pengalaman mereka sendiri atau pengalaman orang lain.

Dalam kasus beras itu, ada yang mengeluh beras merek tertentu kalau dimasak “mblenyek”, cepat basi, atau enggak pulen. Tapi karena percaya pada label kemasan, percaya kepada iklan yang masif, percaya bahwa harga mahal adalah jaminan kualitas, mereka tetap dan terus membeli beras-beras yang sama. Lagi dan lagi. Terus dan terus begitu.

Situasi ketika masyarakat hidup dalam suatu lingkungan unverified information society, dengan mudah dimanfaatkan oleh siapa saja untuk menangguk untung.

Kebutuhan akan makanan jasmani, dengan mudah dimanfaatkan oleh para produsen makanan jasmani untuk masuk dan menjual produknya dengan mudah. Begitu juga kebutuhan akan makanan rohani, di mana para produsennya dengan mudah menjual “barang dagangan” mereka.

Masyarakat, tidak sadar dibuat untuk tidak punya ruang juga waktu untuk memeriksa dan menarik kesimpulan dari pengalaman mereka sendiri atau cerita orang lain. Mereka terus dibombardir dan diserbu oleh informasi-informasi hingga tak lagi bisa bernafas lega dan mampu mengunyah baik-baik setiap informasi yang hadir.