Sepak Pojok: Maya (3)
Tomi Lebang Segala yang fana, yang tak kaudapat di dunia nyata, ke mana engkau dapat mewujudkannya? Hanya di tiga tempat: dalam mimpi, ilusi dan dumay. Jika mimpi dan ilusi sirna seiring engkau terbangun, dumay mewujudkannya selama engkau suka, di...

Tomi Lebang
Segala yang fana, yang tak kaudapat di dunia nyata, ke mana engkau dapat mewujudkannya? Hanya di tiga tempat: dalam mimpi, ilusi dan dumay. Jika mimpi dan ilusi sirna seiring engkau terbangun, dumay mewujudkannya selama engkau suka, di layar komputer, tablet, telepon pintar. Ya, dumay… dunia maya.
Tak ingin punya presiden di dunia nyata, wujudkanlah di dunia maya, tak usah peduli engkau disebut sakit jiwa – (ops… ini cuma becanda, jangan diambil hati). Di Twitter, ada akun yang lumayan tenar, @PartaiSocmed, sang pemilik akun dipanggil ketum (ketua umum). Mungkin di pikiran sahibul akun, para pengikut adalah rakyat jelata anggota partai. Yang jelas, tak memimpin partai di dunia nyata, ia jadi ketua — dipanggil ketua – di dunia maya. Tapi itu sekadar contoh.
Hanya di dunia maya, orang-orang bisa hadir sebagaimana yang ia inginkan. Dari negerinya di malam hari, jika ia ingin siang, ia berkelana ke belahan dunia yang terang. Ia rindu malam, sesegera itu ia berkelayapan ke kegelapan di bagian bumi yang lain. Bahkan jika ia hendak bersalin jender: lelaki menjadi wanita, wanita jadi lelaki, dunia maya mewujudkannya.
Dan yang teramat biasa: di dunia nyata ia kemayu, di dunia maya ia sungguh sangar. Kata-katanya menyengat, bahasanya amat tak beradab. Atau sebaliknya, di dunia nyata ia bertampang menyeramkan, mungkin pemabuk dan sesekali merampok, tapi di dunia maya ia kerap bersajak mendayu-dayu.
Dunia maya mewujudkan segala mimpi dan ilusi, dan menghadirkannya seolah nyata. Dan itu pula sebabnya, dunia maya adalah semacam katarsis, jalan keluar dari segala kejumudan hidup. Ia semacam pelimbahan pada segala yang menyesakkan jiwa. Dari sudut kafe yang dingin, orang-orang berbahagia bisa meneriakkan kepahitan hidup, kegagalan dan kegalauan dunia, seraya mengecam sana menghujat sini.
Mungkin itu sebabnya, unjuk rasa jalanan kini sepi. Di sana tak ada wifi.