Kenapa Mereka Memilih Bunuh Diri

Budi Hutasuhut Orang acap melihat sisi orang lain dari kaca mata umum. begitu juga orang melihat profesi polisi dari kaca mata umum. selalu, polisi diposisikan sebagai profesi idaman. Setiap generasi muda selalu ingin jadi polisi. apapun dilakukan...

Kenapa Mereka Memilih Bunuh Diri

Budi Hutasuhut

Orang acap melihat sisi orang lain dari kaca mata umum. begitu juga orang melihat profesi polisi dari kaca mata umum. selalu, polisi diposisikan sebagai profesi idaman. Setiap generasi muda selalu ingin jadi polisi. apapun dilakukan untuk mewujudkannya.

Namun,  hampir tak ada yang paham, menjadi polisi itu adalah beban. Inilah satu-satunya profesi yang paling disorot publik karena pekerjaan dan tanggung jawabnya berkaitan dengan segala hal menyangkut kepentingan orang banyak.

UU Tentang Polri  menyebut tanggung jawab pengamanan dan penegakan hukum. Dua hal itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan manusia yang harus dijalankan secara bersamaan. Hal itu tak mudah. Setidaknya seorang sahabat Krisna Murti, polisi yang menangani kasus pembunuhan mirna (kopi arsen), merasa perlu menjelaskan lewat media sosial bahwa mereka bekerja bukan selfi. seorang perwira saja tak luput dari kritik, konon lagi yang bukan perwira.

Semakin tinggi seseorang, semakin banyak sorotan. profesi polisi paling merasakan makna pepatah itu. sedikit kesalahan akan mendapat hukuman dari komandan (kesatuan), Prestasi belum tentu diganjar hadiah. sering, prestasi polisi sesuai standar profesi justru dapat makian dari publik.
kembali soal mengapa banyak polisi yang bunuh diri.

Pendidikan polisi menempa mereka jadi orang yang dibutuhkan masyarakat luas. Mereka akan mendapat pendidikan spesialis bila berprestasi, dan tidak semua polisi bisa memperolehnya karena pendidikan spesialis berkaitan dengan pangkat dan jabatan.

Artinya, tidak semua polisi bisa menjadi perwira karena perwira berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab tertentu. setiap jabatan di lingkungan Polri dipersiapkan secara matang sehingga produksi SDM selalu dibatasi. Polisi yang jadi perwira menengah, misalnya, dibatasi jumlahnya sesuai jumlah jabatan untuk kapasitas perwira menengah.

Jika untuk jabatan Kapolres harus seorang AKBP, maka setiap AKBP harus ikut kursus kepemimpinan jika ingin jadi Kapolres. Mereka yang tak ikut, tetap jadi AKBP yang tak punya pasukan. Bayangkan, berapa banyak AKBP yang dihasilkan dalam setahun dan berapa jabatan yang cocok untuk kapasitas AKBP.

Begitu juga perwira lain seperti akp yang baru lulus akademi. sejak lulus, sudah terseleksi. Lulusan terbaik 1 sampai 10 punya posisi jelas, lulusan terbaik 11-20 punya posisi jelas. Bagaimana dengan lulusan dengan peringkat  di atas 20?

Profesi polisi penuh tekanan dari dalam maupun dari luar institusi. Konon lagi dari dalam diri. Bisa dibayangkan apa yang akan dialami polisi yang hanya lulus sekolah polisi negeri. mereka masih harus cari gelar sarjana, membangun fondasi diri. Semua itu butuh dana tak sedikit.