Kekeringan, Warga Desa Hatta Gunakan Air di Lokasi Proyek Jalan Tol Trans Sumatera
Sumur warga Jadi Kering Diduga karena Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Zainal Asikin | Teraslampung.com LAMPUNG SELATAN — Musim kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir ini, membuat warga di Dusun II, Dusun Pungguk, dan Dusun Campa...

Sumur warga Jadi Kering Diduga karena Proyek Jalan Tol Trans Sumatera
Zainal Asikin | Teraslampung.com
LAMPUNG SELATAN — Musim kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir ini, membuat warga di Dusun II, Dusun Pungguk, dan Dusun Campang, Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan mengalami kesulitan air bersih. Karena sumur mereka kering, warga di tiga Dusun tersebut mencari air di sekitar lokasi proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Andi, warga Desa Hatta, mengaku sejak dilanda musim panas sekitar satu bulan terakhir hampir semua sumur miik warga desa kering kerontang.
Kekeringan kali ini sangat parah. Biasanya musim kemarau tidak separah ini kami kesulitan mendapatkan air bersih. Kami terpaksa mengambil air sampai di di lokasi pembangunan JTTS ini,” kata Andi kepada Teraslampung.com, Selasa (19/9/2017).
Menurut Andi, air yang diambil warga Desa Hatta di lokasi JTSS adalah air bekas bekas galian siring yang biasanya digunakan untuk mencuci kendaraan di pinggir jalan tol STA 9+700 yang lokasinya memang melintasi Desa Hatta.
Andi mengatakan, kekeringan terparah hingga warga kekurangan air seperti saat ini pernah terhadi pada1999 silam.
“Sekarang setiap hari puluhan warga mengambil air menggunakan jeriken dari lokasi proyek JTTS. Jeriken berisi air itu diangkut menggunakan sepeda motor dan sepeda ontel.
“Ada juga warga yang membawa air ke rumah dengan cara memikulnya. Tidak jarang, para ibu mencuci pakaian di lokasi sumber air di jalur pembangunan tol ini,”ujarnya.
Sementara Dadang, warga Dusun Campang, mengaku mulai sejak dua tahun belakangan ini kondisi sumur milik warga Dusun Campang dan Pungguk Desa Hatta mengalami kekeringan.
Dadang menduga hal tersebut karena karena adanya pembangunan proyek JTTS ruas Bakauheni hingga Sidomulyo sepanjang 39 kilometer yang melintasi di wilayah tempat tinggal mereka.
“Sebelum ada pembangunan JTTS sumur saya dan milik warga lainnya pernah juga kering, tetapi tidak sampai kekeringan seperti sekarang ini. Justru kekeringan saat inilah, yang paling terparah dan terjadi,”kata Dadang.
Dugaan Dadang dan warga lainnya didasarkan pada perbandingan rata-rata kedalaman sumur warga dengan kedalaman galian proyek JTTS.
Menurut Dadang, sumur warga Desa Hatta kedalamannya rata-rata 15 meter hingga 20 meter. Sedangkan kedalaman penggalian di jalur tol yang telah mengeruk atau membelah perbukitan hingga 30 meter.
“Kemungkinan besar pembelahan bukit yang menjadi tempat resapan air itulah menyebabkan kami kekurangan air bersih saat musim kemarau,” kata Dadang.