Jangan Remehkan Herman HN, Ini Stok Peluru yang Dimilikinya
TERASLAMPUNG.COM — Seperti menjelang Pilgub Lampung 2014, menjelang Pilgub Lampung 2018 nama Walikota Bandarlampung juga terus berkibar. Itu setidaknya menurut hasil lembaga survei Kuadran dan Rakata Institute. Hasil survei mutakhir Kuadran yan...

TERASLAMPUNG.COM — Seperti menjelang Pilgub Lampung 2014, menjelang Pilgub Lampung 2018 nama Walikota Bandarlampung juga terus berkibar. Itu setidaknya menurut hasil lembaga survei Kuadran dan Rakata Institute. Hasil survei mutakhir Kuadran yang dirilis 14 Juli 2017 menunjukkan nama Herman HN “nangkring” di posisi teratas dalam hal elektabilitas (16,50 persen).
Pesaing terberatnya, Gubernur Ridho Ficardo, berada di bawahnya dengan elektabilitas 14,25 persen. Sementara kawan-pesaing yang sedang saling bernegosiasi — Bupati Lampung Tengah, Mustafa — menguntitnya dengan selisih sangat tipis (16,25).
Dalam hal akseptabilitas, Herman HN berada pada posisi kedua dengan 34,50 persen. Ia masih kalah dibanding Ridho Ficardo (42,50 persen), tetapi lebih unggul tipis dari Mustafa (31,25 persen), Arinal Djunaidi (17,25 persen), Alzier Dianis Thabranie (12,25 persen), Wagub Bachtiar Basri (7,50 persen), dan Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri (7,25 persen).
Dari segi popularitas Herman juga menempati posisi kedua di bawah Ridho Ficardo. Namun, ia masih ungguh dari bakal calon lain yang berminat maju pada Pilgub Lampung 2018.
Ada banyak sebab Herman HN masih memiliki popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas yang baik. Salah satunya adalah karena wujud nyata perubahan yang dilakukan di Kota Bandarlampung. Meski diwarnai pro-kontra, beberapa hasil pembangunan Herman HN di Kota Tapis Berseri mendapatkan apresiasi masyarakat Bandarlampung.
Pembangunan jalan layang, misalnya, mendapatkan kritik keras dari kiri-kanan dan depan-belakang. Namun, ia tetap berkukuh jalan layang penting dibangun di Bandarlampung untuk mengatasi kemcaten. Kritik bertubi-tubi datang, tetapi ia tetap tidak menyerah.
Terakhir, pembangunan jalan layang baru di Jl Z.A. Pagar Alam bahkan memaksa menimbulkan situasi tidak nyaman, yang membuat dirinya berhadap-hadapan dengan Gubernur Ridho Ficardo. Seperti petarung di ajang “gelut ala kampung”, Herman HN tetap “mendheles” (meradang dan siap menyerang). Mungkin karena ia punya prinsip maju terus pantang mundur.
Pembangunan jalan layang berbuah kontroversi itu pun membuat masyarakat terbelah dalam kelompok pendukung. Sebagian pro, sebagian lainnya kontra. Pro dan kontra diyakini tidak hanya tersebab pembangunan jalan layang itu sendiri, tetapi karena ada aroma politik menjelang Pilgub Lampung.
Riak-riak pro-kontra soal pembangunan jalan layang di Jl Z.A. Pagar Alam sedikit banyak telah memengaruhu popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas Herman HN dan Ridho Ficardo. Bagi yang pro, menilai sikap Gubernur Ridho Ficardo tidak tepat dan terlalu berlebihan. Bahkan, Ridho dituding menghampat pembangunan di Kota Bandarlampung.
Mereka yang kontra menyebut Herman HN tidak taat aturan dan membangkang.
Selain jalan layang, hal mencolok lain di Kota Bandarlampung di era Herman HN adalah membaiknya infrastuktur jalan.
Jalan-jalan kampung pendukung jalan utama diaspal, diperlebar, perempatan jalan dipapras sehingga kemacetan sedikit terurai. Herman juga rajin turun langsung mengomandadi perbaikan siring yang mampat dan pemeliharaan taman. Ia tampil seperti pemimpin tradisional yang turun langsung ke masyarakat. Tetapi yang seperti itulah yang disukai masyarakat.
Meskipun begitu, ada juga beberapa ruas jalan kota yang masih hancur. Joko Purwanto, seorang aktivis, beberapa kali mengunggah foto jalan rusak parah di lingkungannya dengan maksud “mencolok mata” Pemkot Bandarlampung agar diperbaiki. Namun, hingga beberapa bulan lamanya harapan Joko belum bersambut.
Selain pembangunan insfrastruktur, ada stok “peluru” lain Herman HN yang menjadikan dirinya punya pendukung setia. Ialah kelincahan istri Herman HN, Eva Dwiana, yang rajin menyampangi warga kampung di beberapa daerah di Lampung dengan gerakan pengajiannya. Pengajian model Eva Dwiana ini diyakini yang menjadi penyumbang suara signifikan bagi Herman HN saat pertama kali maju pada Pilwakot 2010 dan mengalahkan petahana Eddy Sutrisno.
Mungkin karena dinilai tampil sebagai kepala daerah berkarakter dan merakyat itulah Pelaksana Kerua Harian DPD PDIP Lampung, Bambang DH, termasuk orang yang pro-Herman HN dalam polemik pembangunan jalan layang di Jl. Z.A. Pagar Alam. Pada titik ini, kecenderungan Bambang DH mendukung Herman HN dalam polemik jalan layang menjadi energi tersendiri bagi Herman untuk makin percaya diri. Masalahnya, terkait Pilgub, apakah Herman HN intensif menjalin komunikasi dengan Bambang DH dan para pengurus DPP PDIP sampai tembus bos besar (Megawati Soekarnoputri)?
Kekuatan lain Herman HN yang bisa dianggap sebagai peluru adalah warga Lampung yang pernah mendukungnya pada Pilgub 2014 lalu. Layak diyakini, lebih dari 50 persen pendukung Herman HN pada Pilgub 2014 masih akan mendukung Herman pada Pilgub 2017. Meskipun begitu, banyak pula pendukung Herman HN yang lari darinya karena kurang diperhatikan atau diangggap nothing begitu Pilgub 2014 selesai.
Modal “peluru “itu semestinya dimanfaatkan dengan baik. Peluru itu bisa jadi akan menjadi bumerang jika Herman HN terlampau percaya diri sonder makin memperkuat basis dukungan dan memperbaiki cara berkomunikasi dengan calon partai pengusung. Akan menjadi petaka jika parpol-parpol yang menjadi calon perahu diborong calon lain.
Oyos Saroso H.N.