Ini Cara Dirlantas Polda Lampung Atasi Kemacetan Saat Arus Mudik Idul Fitri 2017
Zainal Asikin|Teraslampung.com BANDARLAMPUNG — Selama arus mudik dan balik Hari Raya Idul Fitri 1438 H Tahun 2017, untuk mengantisipasi antrean dan kemacetan kendaraan saat akan memasuki areal Pelabuhan Bakauheni akan dibagi tiga zona. Tiga zon...

Zainal Asikin|Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG — Selama arus mudik dan balik Hari Raya Idul Fitri 1438 H Tahun 2017, untuk mengantisipasi antrean dan kemacetan kendaraan saat akan memasuki areal Pelabuhan Bakauheni akan dibagi tiga zona. Tiga zona tersebut adalah, zona hijau, zona kuning dan zona merah.
“Pemantauan kondisi tersebut, kami membagi tiga kategori atau tiga zona. Yakni zona hijau (situasi normal), zona kuning (terjadi antrean panjang) dan zona merah (terjadi antrean panjang yang parah),” kata Direktur Lalu Lintas Polda Lampung Kombes Pol Prahoro Tri Wahyono kepada teraslampung.com, Rabu (7/6/2017).
Dikatakannya, Jika memang terjadi keadaannya krodit (zona merah), ada beberapa opsi rekayasa lalu lintas yang disiapkan oleh pihaknya. Selain itu juga, akan melakukan langkah diskresi untuk melakukan penanganannya. Diantaranya adalah, membuka jalur JTTS untuk exit siang dari dermaga V Pelabuhan Bakauheni.
“Hal tersebut perlu dilakukan, untuk mengurai kondisi antrean kendaraan di jalur Pelabuhan,”ungkapnya.
Prahoro mengutarakan, untuk jalur zona hijau, jika antrean kendaraan di gerbang tol Pelabuhan Bakauheni masih bergerak normal. Sehingga, langkah tersebut masih seperti biasa dan kendaraan menggunakan jalur arteri (jalan utama), jalur lintas timur sampai kendaraan masuk ke areal parkir di dermaga I dan VI.
Zona kuning, kata Prahoro, jika terjadi antrean kendaraan mulai mengular sampai keluar Pelabuhan hingga ke Mapolsek Bakauheni. Pada situasi itu, akan menghentikan pergerakan truk yang berasal dari jalur Lampung Timur, Bandarlampung dan Lampung Selatan.
Kemudian diaktifkan penggalan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), nantinya kendaraan truk akan dimasukkan ke kantong parkir yang lokasinya mendekati Pelabuhan.
“Kendaraan akan menggunakan jalur arteri (jalan utama), lalu membuka pintu tol hingga melewati jembatan layang (flyover) sampai menuju ke Pelabuhan. Jalur tol yang digunakan, dapat juga untuk keempat jalur lainnya,”paparnya.
Selanjutnya zona merah, jika terjadi antrean dan kepadetan kendaraan cukup panjang dan berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Pelabuhan, hingga di persimpangan jalan raya lintas pantai timur (Jalinpantim) Sumatera (simpang Ketapang). Mengantisipasinya, langkah yang diambil dengan menghentikan laju kendaraan yang bertonase besar di seluruh jalan lintas timur, barat dan tengah.
“Tetapi untuk zona merah ini memang jarang terjadi, namun tetap harus tetap disiapkan sebagai antisipasinya.
Untuk kendaraan pemudik sama saja, seperti pada zona kuning. Pemotor, secara khusus disiapkan jalur alternatif dengan diarahkan ke Polsek Bakauheni dan langsung menuju ke pintu tol,”terangnya.
Dikatannya, secara umum, rekayasa lalu lintas tersebut akan diberlakukan selama arus mudik dan balik. Namun ketiga zona itu, akan dikhususkan saat arus balik. Diprediksikan, kepadetan kendaraan yang mengarah masuk ke Pelabuhan Bakauheni akan terjadi pada arus balik.
“Sebab arus balik akan didominasi pemudik yang menyeberang dari Sumatera menuju ke Jawa, jika dibandingkan arus mudik dari Jawa masuk Sumatera. Meski JTTS ini hanya baru bisa dilalui 3 kilometer saja, setidaknya sudah dapat membantu untuk mengurai kemacetan. Tahun sebelumnya saja, arus mudik dan balik dapat tertangani,”jelasnya.
Dia menambahkan, saat arus mudik dan balik, tingkat kecelakaan lalu lintas khususnya yang menimbulkan korban jiwas, pastinya kerap terjadi. Untuk menekan angka kecelakaan tersebut, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan. Kendaraan yang akan dioperasikan untuk angkutan lebaran, pasti dilakukan uji kelaikan kendaraan. Sehingga jika terjadi sesuatu, dapat segera diantisipasi.
“Hal lain yang dilakukan, dengan menggelar patroli di kawasan rawan kecelakaaan, baik itu di lintas timur, tengah dan barat. Untuk yang memiliki titik paling rawan kecelakaan, yakni lintas timur dan tengah. Selain itu juga, berpatroli di jalur yang minim dengan lampu penerangan jalan,”pungkasnya.