Capres, Apa yang Kau Inginkan Dariku?

Oleh Taufik Wijaya* CALON Presiden Indonesia, seperti Pink Floyd berteriak 1), aku pun bertanya, apa yang kau inginkan dariku? Kau dapat mengambil semuanya. Percayalah, aku tidak membenci Amerika Serikat, Arab, Cina, Jepang, Korea Selatan, Timu...

Capres, Apa yang Kau Inginkan Dariku?
Oleh Taufik Wijaya*
CALON Presiden Indonesia, seperti Pink Floyd
berteriak 1), aku pun bertanya, apa
yang kau inginkan dariku? Kau dapat mengambil semuanya. Percayalah, aku tidak
membenci Amerika Serikat, Arab, Cina, Jepang, Korea Selatan, Timur Tengah,
Mesir, Malaysia, Australia, Singapura, juga tidak membenci tentara, politisi,
tidak membenci Ahmadiyah, Syiah, Sunni, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, NU,
Muhammadiyah, pun Jawa, Bugis, Palembang, Padang, Melayu, Dayak, Suku Anak
Dalam, Madura, Bali, apalagi membenci warna merah, putih, kuning, biru, hitam, dan
hijau.
Aku tidak dapat membenci, sebab kebencian bukan
milikku.
Apa yang kau inginkan dariku? Kau dapat
mengambil semuanya. Darah, daging, otak, hati, rambut, kemaluan, gigi, lambung,
pun air seni dan tinja. Hanya, jika kau mampu mengambilnya dari Tuhan. Sebab
aku milik Tuhan, bukan milik aku, apalagi Indonesia.
Indonesia sebuah nama yang membungkusku dengan
kartu tanda penduduk, serta sejumlah pajak dan proyek pembangunan. Indonesia
tidak dapat kumilki sebab hidupku di dunia, mungkin dijatahi Tuhan tidak lebih
seratus tahun. Aku bukan Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun.
Indonesia juga tidak sepenuhnya mampu memiliku.
Indonesia tidak mampu menghukumku karena satu hari tidak membaca Pancasila, dan
diam-diam mendoakan presiden, para menteri, para pimpinan parpol, para pejabat
pemerintah, para penegak hukum, diberi hukuman seberat-beratnya di dunia maupun
di akhirat, sebab telah mengambil fungsi dan hak Tuhan.
Indonesia mungkin mampu memarahiku, memfitnahku,
mengatakan aku sesat, kufur, keras kepala, sesat, sombong, teroris, buyan, lalu
menerorku, memenjarakanku, dan membunuhku, tapi tidak mampu memiliku seperti
hak Tuhan. Tuhan yang memiliki kitabnya, bukan manusia memiliki kitab Tuhan.
Apa yang kau inginkan dariku? Kau dapat
mengambil semuanya. Bahkan, kata Pink Floyd, kau dapat terbang, bermimpi atau
berjalan di atas air. Kau dapat memiliki apa yang kau lihat. Tetapi, jangan kau
salahkan aku, jika kau kehilangan diri saat menghadapi sebuah cahaya Tuhan.
Hey…calon Presiden Indonesia, seperti Pink
Floyd menyapa 2), aku ingin
menyapamu. Di luar sana begitu dingin, hidup kian menjadi tua dan kesepian.
Dan, mampukah kau mengubur cahaya, dan membuat kami menyerah begitu saja tanpa
sebuah perlawanan. Atau, kau mampu membantu kami membawa batu yang kian
membesar ini? Seperti hal yang berulang kali aku teriakan, kami hanya dapat
menggergaji batu, merebus batu, atau menggoreng batu.
Calon Presiden. Tembok ini terlalu tinggi. Dan
aku percaya kau tidak dapat melihat aku. Dan aku percaya kau tidak dapat
membebaskan aku. Aku terkurung padang pasir, padang rumput, sampah, limbah,
sebab jutaan hektar hutanku telah dihabisi ribuan perusahaan penambangan
batubara, perkebunan sawit, penambangan emas, timah, dan migas.
Tiap manusia terkurung tembok tinggi. Truk-truk
berjatuhan dari langit. Lumpur-lumpur meluap dari dalam tanah. Menimbun para
buruh, petani, dan anak yatim. Dan,  sesungguhnya
di luar sana, kau melakukan apa yang telah diperintahkan. Dan kau hanya
mengutip sedikit ajakan Pink Floyd, “Together
we stand, divided we fall”.
CALON Presiden Indonesia, apa yang kau inginkan
dariku? Kau dapat mengambil semuanya. Termasuk suaraku. Sebab suaraku, seperti
rintihan Simon & Garfunkel 3),
aku berjalan dengan seribu orang lebih, berbicara tanpa suara, dan mendengarkan
tanpa didengarkan.
Tidak heran, setiap malam, sebagai mlik Allah
aku hanya mampu membangun Indonesia dengan semangat Leo Kristi, “Sambut dengan
satu kata: Merdeka!“ 4).
Tapi aku pun
sadar, “padi-padi telah kembang. Ani-ani
seluas padang, roda giling berputar-putar siang malam tapi bukan kami punya. 5)
Sungguh, calon Presiden Indonesia, apa yang kau
inginkan dariku? Kau dapat mengambil semuanya. 
Aku tidak membencimu. Apalagi
mengatakan kau sesat, kafir, kejam, atau buyan. Kebencian bukan milikku.
Hanya, aku milik Tuhan, dan terus menggergaji
batu, merebus batu, serta menggoreng batu. Dan, sesekali mendengarkan puisi
yang gagal dibacakan anakku Che:
Sebenarnya
saya berhenti menggergaji batu. Saya menelan batu, Bos. Sebab bukan lagi 63
anak sungai dan 2.300 jenis ikan. Kebutekan air membuat semua penuh lumut,
lumpur, serta anak-anak tangga di mulut. Istri saya yang terus menggergaji
batu.
Ceritanya
bermula kita bergulingan di kamar mandi, Bos. Penis saya meluncur di lantai
berlumut dan pesing, bagai kecemasan menusuk dada sehabis menonton ibu dimakan
anaknya di televisi. Lalu, katamu, Bos, jangan ulangi pertemuan ini. Saya bagai
jas hitam dibungkus beribu-ribu kondom, dan papan nama kantor saya dijepit
pahamu. Bos, saya berhenti menggergaji
batu. Berhenti… 
*Pekerja budaya


Catatan:

1)       What Do You Want From Me (Pink
Floyd)
2)       Hey You (Pink Floyd)
3)       Sound Of Silence (Simon &
Garfunkel)
4)       Nyanyian Tanah Merdeka (Leo
Kristi)
5)       Salam dari Desa (Leo Kristi)