Yasonna Hamonangan Laoly, Tsunami Aceh, dan Kabinet Jokowi
Oleh A’an Suryana* Sedikit cerita mengenai Yasonna Hamonangan Laoly dan Sudirman Said, yang baru ditunjuk jadi Menteri Hukum dan HAM; dan Menteri ESDM, oleh Presiden Jokowi: (1) Yasonna Laoly (dan Susi Air): Perjumpaan saya dengan tokoh B...

Said, yang baru ditunjuk jadi Menteri Hukum dan HAM; dan Menteri ESDM, oleh
Presiden Jokowi: (1) Yasonna Laoly (dan Susi Air): Perjumpaan saya dengan tokoh
Batak Nias ini berawal ketika saya luntang-lantung di LANUD TNI AU di Medan,
Sumatra Utara, menunggu transportasi udara menuju Banda Aceh, yang beberapa
hari sebelumnya luluh lantak dihajar tsunami (tanggal 26 Desember 2004).
karena tak kunjung mendapat tempat di pesawat Hercules TNI AU ataupun pesawat
lainnya yang menuju Banda Aceh. Hal ini terjadi karena yang diprioritaskan
untuk diangkut ialah bantuan berupa obat-obatan, bahan makanan dan tenaga
medis, dan kalau ada tempat kosong, baru kursi pesawat diberikan untuk
wartawan. Makanya banyak wartawan yang terlantar di Medan, termasuk saya.
Hampir setiap hari saya datang ke LANUD TNI itu, berharap mendapatkan
kesempatan diangkut menuju Banda Aceh.
AU yang super sibuk saat itu, sekitar awal Januari 2005,di depan saya ada
bapak-bapak berpakaian parlente, sambil berbicara menggunakan Nokia
Communicator, HP paling canggih di masa itu. Orang ini sok banget, bicara
mondar-mondir, dilihatin banyak orang yang sama-sama menunggu pesawat menuju
Banda Aceh.
menuju pesawat menggunakan cargo lift dan trolley. Seingat saya, dia bicara
mengenai bantuan, dan orang yang diajak bicara di ujung telepon ialah Ruhut.
“Bang Ruhut. Bang Ruhut. Dengar suara saya?” teriak orang ini.
politisi Golkar, dan lawyer terkenal. Juga pemain sinetron dengan nama panggung
Poltak. “HP sialan!” kata orang ini bersungut-sungut.
juga. Orang-orang hanya terdiam melihat tingkahnya. Karena kasihan, saya
ulurkan HP butut saya.
mengulurkan HP kepada dia.
kali dia bicara di telepon. Kayaknya hampir setengah jam dia telepon, barangkali sampai
kupingnya panas. .
Jakarta Post. Dia mengulurkan balik telepon ke saya. “Terima kasih, Dik. Mau
pergi kemana?” katanya.
Aceh, Pak, mau liputan. Tapi karena belum dapat transportasi ke sana, mungkin
saya nanti sore mau ke Belawan, naik kapal menuju Meulaboh,” kata saya.
hancur total disapu tsunami.
mengantar bantuan dari Bu Mega tadi pagi ke Meulaboh. Untuk penerbangan kloter
jam 2, bisa adik pakai,” katanya.
ke dia. “Waduh, terima kasih banyak, Pak,” kata saya.
nama, dan baru saya tahu kalau bapak-bapak ini namanya Yasonna H. Laoly,
anggota DPR PDIP, mewakili wilayah Nias.
pesawat, dan disana sudah ada beberapa orang termasuk Ishadi SK, petinggi Trans
TV; Rosul Sihotang, Koresponden Gatra wilayah Sumatra Utara, dan beberapa orang
lagi yang katanya pejabat pemerintah lokal.
sedang duduk-duduk di bawah pohon di luar hanggar pesawat. Dia bicara ke Pak
Ishadi bahwa saya yang akan menggantikan tempatnya menuju Meulaboh. Baru saya
tahu bahwa pesawat yang akan kita gunakan ialah Susi Air, yang katanya di
charter oleh pihak Trans TV untuk mengantarkan bantuan.
mengangkat bahan-bahan bantuan, yang termuat dalam karung-karung dan kotak
karton, ke dalam pesawat. Saya pernah naik helicopter dan berbagai jenis
pesawat lainnya, tapi baru sekali ini saya naik pesawat kecil seperti ini.
Jadi, lumayan, pengalaman baru buat saya ha ha ha (dan saya bersyukur, bisa
liputan ke Meulaboh. Petualangan luar biasa. Mungkin kalau nanti ada waktu
luang, pingin nulis novel soal petualangan di Meulaboh).
ternyata menyelesaikan pendidikan doktoral ilmu hukum dari North Carolina
University. Saya pikir dia orang kebanyakan, karena cara dia berbicara tidak
mengesankan dia sebagi orang terpelajar. Down to earth. Dia salah satu orang kepercayaan
Megawati dari wilayah Sumatra dan Nias.
karena rekomendasi Mega dan juga karena latar belakangnya sebagai orang Batak.
Tentu saja karena dia juga punya kapasitas dalam bidang hukum. Saya hanya
sekali itu ketemu dia, dan saya punya impresi bahwa orang ini orang baik.
kumuh seperti saya dan Rosul Sihotang, atau seorang Ishadi SK, yang wartawan
senior dan bos Trans TV. Semoga dia bisa bekerja dengan baik dan professional.
Postingan selanjutnya ialah interaksi saya dengan Sudirman Said. Saya dulu
berpikir dia orang Makassar, ternyata asalnya Brebes, Jawa Tengah.
Berita Terkait: Corruption, one of many obstacles in post-tsunami aid distribution
*A’an Suryana adalah mantan jurnalis The Jakarta Post, saat ini kandidat PhD di The Australian National University