Pentas “Pelangi Seni Budaya Lampung”, Even Cantik Akhir Tahun 2015

Ketua Umum DKL Aprilani Yustin Ficardo memnyampaikan  sambutan.pada pembukaan “Pelangi Seni Budaya Lampung”, di Lapangan Korpri, Bandarlampung, Sabtu malam (19/12). BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com —  Dewan Keseni...

Pentas “Pelangi Seni Budaya Lampung”, Even Cantik Akhir Tahun 2015
Ketua Umum DKL Aprilani Yustin Ficardo memnyampaikan  sambutan.pada pembukaan “Pelangi Seni Budaya Lampung”, di Lapangan Korpri, Bandarlampung, Sabtu malam (19/12).
BANDARLAMPUNG,
Teraslampung.com —  
Dewan Kesenian
Lampug (DKL) sukses menutup pentas seni 2015 dengan cantik. Pentas “Pelangi Seni Budaya Lampung” yang ditaja sebagai kegiatan pamungkas
tahun 2015,  berlangsung semarak, di Lapangan Korpri,
Kompleks Pemprov Lampung, Sabtu malam (19/12).
Berbagai tangkai seni baik itu tradisi maupun seni kontemporer
disuguhkan pada acara yang dihadiri oleh Gubernur Lampung Ridho Ficardo itu.
Inilah kali pertama, setidaknya dalam 20 tahun terakhir, Gubernur Lampung
menghadiri kegiatan seni yang digelar lembaga seni yang sejatinya berpelat
merah itu. Selama ini, kegiatan seni yang dihelat DKL nyaris sepi dari
kunjungan pejabat selevel Gubernur.
“Pelangi
Seni Budaya Lampung” itu sendiri memang semarak. Baik sastra lisan hingga video mapping dihadirkan di panggung yang
bernuansa Lampung. Ragam warna-warni seni bak pelangi seperti helat akbar seni
menjelang pamungkas tahun 2015.
Perhelatan
“ Pelangi Seni Budaya
Lampung”, di Lapangan Korpri,
Telukbetung, Bandar Lampung, Sabtu (19/12) malam , juga didukung dengan sound
system dan tata lampu yang spektakuler.
Tari
Recaka persembahan dari SMAN Gadingrejo, yang rampak dan mengawali helat akbar
Pelangi Seni Budaya Lampung.
Ketua Umum DKL Aprilani Yustin Ficardo,
mengatakan, upaya perubahan pendekatan berkesenian yang dilakukan DKL mendapat
sambutan hangat dari masyarakat.
“Lampung kaya ragam seni, dari seni
tradisi, kolaborasi hingga yang modern akan kami ramu menjadi ragam warna-warni
seperti pelangi. Berwarna-warni, berbeda tetapi saling melengkapi dalam harmoni
dan indah untuk dinikmati,” ujar Yustin bangga.
Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan
M.Hari Jayaningrat, mengatakan, dalam acara Pelangi Seni Budaya Lampung, akan
digelar rangkaian pementasan yang menggambarkan keragaman budaya Lampung yang
khas.
Tari Recaka persembahan siswi SMAN Gadingrejo
Gubernur Lampung
Ridho Ficardo dalam sambutanya, meminta untuk satuan kerja dan stake holder
untuk segera menyelesaikan  Gedung
Kesenian. “Gedung Kesenian yang representatif harus segera dirampungkan  ini agar seniman bisa berkreativitas,”
ujarnya.
Gubernur juga mengingatkan, untuk
mengembangkan seni budaya menjadi andalan untuk pariwisata, bukan hanya alam.
“Untuk itu keragaman seni budaya Lampung ini harus di promosikan,” ujarnya.
Usai
sambutan, Gubernur Lampung  dan Ketua
Umum DKL  membuka acara dengan menorehkan
cat di atas kanvas.
Komite Film membuka pentas pelangi seni
budaya Lampung dibuka dengan  tayangan video mapping karya Budi S Saputra,
gelegar suara dan tayangan gambar  tiga
dimensi (3D) membetot perhatian penonton. Video animasi berdurasi 7 menit ini
mengisahkan liku-liku perjuangan para seniman dalam mengatasi rintangan dan
kendala dalam terbentuknya kepengurusan Dewan Kesenian Lampung (DKL) yang baru.
Budi S Saputra yang juga sebagai animator
video ini, sebelum penayangan video mengatakan, lewat media video animasi
ini  ingin menuturkan  kisah seputar 
harapan dan masa depan kehidupan kesenian di Lampung. Video 3 D
spektakuler ini menjadi pertunjukan yang menggugah dan pas membuka gelaran
pelangi budaya Lampung.
Kolaborasi tari dan seni rupa
Selanjutnya, Komite Sastra akan menyuguhkan
gelaran musikalisasi puisi. Komunitas Bharatayudha dengan personil; Aswinsyah,
Kasro, Amir, Anidam, Vireo, Wela, dan Yulizar mendedahkan  puisi dengan iringan musik. Harmoni kata dan
musik dengan ciamik menyumbang warna tersendiri dalam pentas pelangi budaya.
Sedangkan Komite Tradisi mengemas
repertoar Hanggum Ku Dilem Ngipey,
dengan rajutan sastra lisan dan lagu-lagu klasik Lampung. Seniman mendedahkan
ode untuk sang pemimpin. Seni tradisi merupakan salah satu ragam yang mewarnai
keanekaragaman penta pelangi budaya Lampung, malam itu.
Teater
Hayat dari UML  mengusung lakon Ramlan Sang Seniman  membuat makin marak pentas pelangi budaya.Lakon
Ramlan
Sang Seniman  
yang disutradarai
Erika
ini mengisahkan kegelisahan
Saodah istri Ramlan seorang seniman. tentang nasib suaminya yang makin hari
makin terpuruk.  Lakon ini digarap dalam
pola garapan teater tradisional warahan dengan kekhasannya Lampungnya yang
kental.
Komite
musik menyuguhkan kolaborasi musik yang melibatkan Sutarko, Sas, Banu, Bobby,
Sabar, Ijul, Nyoman, Syafril Yamin, Abed,Yua, Midun, Situ Daniel, dan Gilang
Ramdhan Studio Band 12. Berbagai aliran musik berjam session dengan ciamik
dengan mengusung lagu daerah Lampung Tepui-Tepui yang dilantun dengan manis
Ricky Ramlie dan Taufik. Para musisi mencoba untuk saling merespon dan mewarnai
menjadi suguhan yang harmonis.
“Ini menunjukkan
kebersamaan (guyub) dalam keberagaman .Lampung memiliki potensi musisi yg luar
biasa yg siap untuk digali dan  dikembangkan,” ujar Naning didampingi
Billy dan Hamonangan dari Komite Musik waktu persiapan sebelum pentas.
Berikutnya
persembahan tari Rampak
Negeri
karya koreografer Barden A Moegni yang mengusung kisah negeri ini,
mewarnai pentas Pelangi Seni Budaya Lampung malam itu. Inilah yang
digambarkan  dalam rampak gerak tari, nilai-nilai
luhur bangsa kita sudah tercabik-cabik oleh rasa individualisme  dan golongan. Rasa kebersamaan dan
gotongroyong—rasa senasib dan sepenanggungan—sebagai anak bangsa telah
porak-poranda atas nama kepentingan dan politik.
Pamungkas acara,   Komite Seni Rupa   menampilkan
perfoming
arts bertajuk Kanvas Dance  arahan  koreografer Itoek dari Padepokan Bagong
Kussudiardjo. Kolaborasi  dengan 20 penari pelukis Bambang SBY merespon
penari yang mengusung kanvas. Di atas kanvas-kanvas berwarna-warni seperti
pelangi itu akhirnya muncul tulisan DKL. 
“Sayang performance art ini, karena terbatas waktu berdurasi pendek.
Padahal, bila dikolaborasikan dengan seni yang lain ini langka dan menarik,”
ujar Marchel,  salah satu penonton berkomentar. (*)
 Christian Heu Cahyo Saputro